Dalam
mendeteksi penyebaran virus Covid-19, diperlukan adanya tes atau pengecekan
infeksi terlebih dahulu. Pengecekan infeksi jadi salah satu langkah menekan
laju penyebaran virus.
Sayangnya,
masih banyak masyarakat yang enggan untuk mengikuti tes Covid-19. Tim Pakar
Satgas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku, Turro Wongkaren mengungkapkan, salah
satu alasannya karena faktor ekonomi.
Sebagian
masyarakat khawatir, apabila mereka positif maka tidak akan mendapatkan
pemasukan. Oleh sebab itu, mereka mengurungkan niatnya untuk mengikuti tes
Covid-19.
“Dia
takut kalau di-testing kemudian hasilnya positif, bisa jadi dia nggak boleh
masuk kantor. Ini khususnya untuk mereka yang di kalangan bawah sosial
ekonominya. Mereka jadinya nggak bisa dapat uang makan, atau mereka enggak bisa
kerja. Nanti kalau nggak kerja keluarga makan apa?†terang dia dalam siaran
YouTube BNPB Indonesia, Selasa (24/11).
Di
sisi lain, masyarakat juga masih dibingungkan dengan jenis pengecekan, misalnya
rapid dan swab test. Kurangnya pengetahuan karena tidak adanya sosialisasi yang
baik membuat masyarakat tidak mau dicek.
“Itu
yang membuat masyarakat kemudian jadi agak ragu-ragu gitu,†tambahnya.
Masalah
terakhir adalah terkait dengan kenyamanan dan keamanan. Tentunya pada saat
melakukan testing, masyarakat perlu datang ke fasilitas kesehatan. Mereka
justru khawatir akan tertular ketika harus mengantre lama di fasilitas
kesehatan atau tempat pengecekan.
“Kalau
seseorang itu harus ke rumah sakit, kemudian ia harus antre lama di tempat
nunggunya itu, dia justru takut kena Covid-19 di situ (rumah sakit),â€
lanjutnya. Oleh karena itu, guna menekan penularan, masyarakat diminta
menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, serta
menjaga jarak.