Sebuah
obat baru yang dikembangkan oleh tim peneliti Australia menunjukkan hasil yang
menjanjikan sebagai pencegah serangan jantung dan strok, serta berpotensi
mengobati pembekuan darah yang dipicu oleh Covid-19.
Riset
yang dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine pada Kamis
(23/7) itu mengungkapkan bahwa pengujian obat tersebut pada hewan menunjukkan
kemampuannya dalam mencegah pembekuan darah yang dipicu oleh trombosit, yang
dapat menyebabkan serangan jantung atau strok, untuk sementara waktu.
Para
peneliti berharap obat itu juga dapat digunakan untuk mengobati pasien Covid-19
yang mengalami pembekuan darah serupa, yang menurut mereka terjadi pada sekitar
75 persen dari jumlah pasien kritis Covid-19 dan menjadi penyebab utama
kematian terkait coronavirus.
“Kemungkinan
penggunaan obat antitrombotik kami yang baru dikembangkan untuk meningkatkan
pengobatan pada pasien Covid-19 merupakan ide menarik yang ingin kami telaah,â€
ujar Justin Hamilton, peneliti utama sekaligus lektor kepala di Pusat Penyakit
Darah Australia di Universitas Monash, seperti dikutip Antara dari Xinhua.
Hamilton
menjelaskan bahwa obat potensial itu ditemukan secara tidak sengaja ketika para
peneliti mengamati perubahan trombosit saat strok atau serangan jantung terjadi
dan menemukan enzim yang menarik.
“Enzim
ini memungkinkan trombosit untuk merespons perubahan aliran darah ini dan
‘meningkatkan’ kapasitas pembekuan mereka, sehingga menyebabkan serangan
(jantung),†kata Hamilton.
“Gangguan
aliran darah inilah yang menjadi ciri dan prediktor serangan jantung.â€
Dengan
menghentikan upaya enzim itu mengawali proses ini untuk sementara waktu, obat
baru tersebut dapat membatasi jumlah sel yang saling menempel dan karenanya
membentuk gumpalan, yang dapat menghalangi aliran darah ke jantung atau otak.
Hamilton
memaparkan bahwa terdapat perkembangan yang sangat terbatas selama satu
setengah dekade terakhir dalam alternatif yang ditawarkan kepada para pasien
penderita kondisi tersebut.
“Tidak
ada obat baru untuk mengobati, apalagi mencegah, serangan jantung atau strok
selama lebih dari 15 tahun,†ujar Hamilton.
Obat-obatan
saat ini yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah yang lebih parah saat
serangan jantung atau strok terjadi, seperti aspirin, hanya ampuh pada sekitar
25 persen kasus, dan memiliki kemungkinan yang menyebabkan efek-efek samping
serius.
Para
peneliti kini berusaha meningkatkan obat itu untuk uji coba klinis tahap
selanjutnya. (*)