28.9 C
Jakarta
Thursday, April 18, 2024

Sigap Tangani Gerakan Tutup Mulut Anak saat Diberi Makan

Gerakan
tutup mulut alias GTM adalah musuh para orang tua. Terutama bagi ayah dan ibu
dengan buah hati yang belajar makan. Kekhawatiran pun bermunculan.

MENURUT
dr Fatimah Hidayati SpA, menutup mulut atau menolak makan –dari menyembur,
mengemut, hingga melepeh makanan– pada anak adalah hal alami. ”Itu adalah
bentuk insting melindungi diri dari sesuatu yang dianggap asing,” ungkapnya.
Namun, spesialis anak RSIA Bina Medika Bintaro tersebut menyatakan, GTM perlu
dilawan. Dengan demikian, kebutuhan gizi terpenuhi dan tumbuh kembang baik.
Berikut tip dari dokter alumnus Universitas Indonesia itu dalam menangani GTM.

Saat
dikenalkan makanan padat, anak melepeh makanan. Makannya pun lama. Akhirnya,
saya berikan lagi bubur lembut. Apakah boleh dilakukan?

Mengenalkan
tekstur adalah salah satu bagian ”belajar makan” yang penting. Tingkatan
lunak–padat makanan disesuaikan dengan usia anak. Dimulai puree, bubur saring,
nasi tim, hingga makanan keluarga. Ragam bahan makanan bisa diujicobakan,
dengan catatan anak tak alergi terhadap bahan tersebut.

Jika
anak terbiasa dengan menu lunak, mereka akan enggan mengunyah. Kekuatan rahang
dan gerak otot mulut pun tak terlatih. Hal itu memengaruhi kemampuan mereka
dalam mulai berbicara. Di sisi lain, variasi menu anak terbatas karena mereka
hanya mengonsumsi makanan yang bertekstur lunak.

Karena
GTM, saya berikan susu untuk pengganti makan utama. Kandungannya lengkap kok.
Berarti, kebutuhan gizinya terpenuhi kan?

Sumber
gizi paling utama tetap berasal dari makanan. Vitamin dan susu hanya
melengkapi, tidak memenuhi kebutuhan nutrisi. Porsinya pun tak boleh
berlebihan. Idealnya, konsumsi susu anak usia 2 tahun atau lebih adalah 500–700
ml per hari. Jika berlebihan, si kecil akan kenyang sehingga menolak makan.

Baca Juga :  Jangan Sepelekan Bronkitis, Ini Bahayanya

Kandungan
kalsium pada susu juga bisa menghambat penyerapan zat besi dari makanan. Jika
anak mengonsumsi susu soya, ada kandungan serat yang berpengaruh pada
penyerapan makanan. Targetnya tidak hanya mengejar kebutuhan kalori, tetapi
juga kebutuhan gizi makro –terutama karbohidrat, protein, dan lemak– serta
mikro. Plus, penambahan bobot.

Anak
saya suka ngemut, bahkan melepeh makanan. Kenapa ya?

Orang
tua perlu mengecek, apakah anak sedang tumbuh gigi sehingga nyeri dan malas
mengunyah? Atau, bisa jadi mereka masih terlalu kenyang dari jam makan atau
selingan sebelumnya. Terkait melepeh maupun menyemburkan makanan, amat mungkin
karena anak tak familier dengan rasa maupun tekstur makanan. Itu adalah insting
anak melindungi diri dari benda ”asing”. Agar anak tidak menolak makanan,
kenalkan perlahan dengan menyisipkan bahan makanan baru di menu favorit si
kecil.

Pengalaman
GTM juga pernah dialami Melisa Kusnadi, ibunda Kathleen Renee. Dalam sepekan,
setidaknya ada satu momen putrinya rewel saat makan. “Biasanya, kalau kuahnya
sedikit atau kurang berbumbu,” ujarnya. Kathleen pun ogah buka mulut.

Beragam
cara dicoba, mulai disuapi sambil bermain hingga membuatkan nasi atau mi goreng
kesukaan Kathleen. Namun, yang paling ampuh justru membiarkan anak makan
sendiri. “Dia malah lebih lahap. Jadi, saya belikan peralatan makan beragam.
Dan, nyoba finger food biar tinggal hap, hap,” imbuhnya.

Penolakan
menu baru adalah hal wajar. Ayah dan ibu perlu bersabar ya. Jangan keburu
melabeli anak picky eater. Sebab, umumnya anak baru menerima makanan baru di
”percobaan” ke-10 hingga ke-15. (*)

Baca Juga :  81,6 Persen Pasien Covid-19 yang Alami Pneumonia Meninggal Dunia

WASPADA
BENDERA MERAH!

–
Berat badan anak tetap atau justru turun selama 1–2 bulan berturut-turut tanpa
disertai sakit.

–
Jika diukur di grafik tumbuh kembang IDAI atau WHO, anak ada di bawah garis
hijau (standar tumbuh kembang ideal).

–
Muntah atau gumoh berulang.

–
Diare berulang, kronis (lebih dari 14 hari), atau berdarah.

Terlihat
kesakitan ketika disuapi atau makan.

–
Sesak ketika diberi minum.

–
Muncul batuk lebih dari tiga minggu dan demam lebih dari dua minggu yang
penyebabnya tak diketahui.

AYO,
BENTUK KEBIASAAN MAKAN YANG BAIK!

JADWAL

–
Pemberian makan terjadwal. Ada waktu makan utama dan selingan.

–
Batasi durasi makan maksimal 30 menit.

LINGKUNGAN

–
Ada interaksi antara orang tua dan anak. Terutama bila anak masih disuapi.

–
Hindari makan sambil diselingi menonton TV/gawai dan berjalan-jalan.

–
Orang tua perlu memberi contoh sikap baik saat makan (tak sambil diselingi
kegiatan lain, tak pilih-pilih makan).

PROSEDUR

–
Berikan makanan dalam porsi kecil yang ditambah perlahan.

–
Dorong anak untuk makan sendiri dengan menyediakan alat makan. Terutama jika
mereka mampu memegang benda.

–
Tawarkan makan lebih dulu. Jika anak masih menolak setelah 10–15 menit, jangan
paksa.

–
Orang tua bisa ”memancing” anak dengan lebih dulu mencicipi makanan.

Gerakan
tutup mulut alias GTM adalah musuh para orang tua. Terutama bagi ayah dan ibu
dengan buah hati yang belajar makan. Kekhawatiran pun bermunculan.

MENURUT
dr Fatimah Hidayati SpA, menutup mulut atau menolak makan –dari menyembur,
mengemut, hingga melepeh makanan– pada anak adalah hal alami. ”Itu adalah
bentuk insting melindungi diri dari sesuatu yang dianggap asing,” ungkapnya.
Namun, spesialis anak RSIA Bina Medika Bintaro tersebut menyatakan, GTM perlu
dilawan. Dengan demikian, kebutuhan gizi terpenuhi dan tumbuh kembang baik.
Berikut tip dari dokter alumnus Universitas Indonesia itu dalam menangani GTM.

Saat
dikenalkan makanan padat, anak melepeh makanan. Makannya pun lama. Akhirnya,
saya berikan lagi bubur lembut. Apakah boleh dilakukan?

Mengenalkan
tekstur adalah salah satu bagian ”belajar makan” yang penting. Tingkatan
lunak–padat makanan disesuaikan dengan usia anak. Dimulai puree, bubur saring,
nasi tim, hingga makanan keluarga. Ragam bahan makanan bisa diujicobakan,
dengan catatan anak tak alergi terhadap bahan tersebut.

Jika
anak terbiasa dengan menu lunak, mereka akan enggan mengunyah. Kekuatan rahang
dan gerak otot mulut pun tak terlatih. Hal itu memengaruhi kemampuan mereka
dalam mulai berbicara. Di sisi lain, variasi menu anak terbatas karena mereka
hanya mengonsumsi makanan yang bertekstur lunak.

Karena
GTM, saya berikan susu untuk pengganti makan utama. Kandungannya lengkap kok.
Berarti, kebutuhan gizinya terpenuhi kan?

Sumber
gizi paling utama tetap berasal dari makanan. Vitamin dan susu hanya
melengkapi, tidak memenuhi kebutuhan nutrisi. Porsinya pun tak boleh
berlebihan. Idealnya, konsumsi susu anak usia 2 tahun atau lebih adalah 500–700
ml per hari. Jika berlebihan, si kecil akan kenyang sehingga menolak makan.

Baca Juga :  Jangan Sepelekan Bronkitis, Ini Bahayanya

Kandungan
kalsium pada susu juga bisa menghambat penyerapan zat besi dari makanan. Jika
anak mengonsumsi susu soya, ada kandungan serat yang berpengaruh pada
penyerapan makanan. Targetnya tidak hanya mengejar kebutuhan kalori, tetapi
juga kebutuhan gizi makro –terutama karbohidrat, protein, dan lemak– serta
mikro. Plus, penambahan bobot.

Anak
saya suka ngemut, bahkan melepeh makanan. Kenapa ya?

Orang
tua perlu mengecek, apakah anak sedang tumbuh gigi sehingga nyeri dan malas
mengunyah? Atau, bisa jadi mereka masih terlalu kenyang dari jam makan atau
selingan sebelumnya. Terkait melepeh maupun menyemburkan makanan, amat mungkin
karena anak tak familier dengan rasa maupun tekstur makanan. Itu adalah insting
anak melindungi diri dari benda ”asing”. Agar anak tidak menolak makanan,
kenalkan perlahan dengan menyisipkan bahan makanan baru di menu favorit si
kecil.

Pengalaman
GTM juga pernah dialami Melisa Kusnadi, ibunda Kathleen Renee. Dalam sepekan,
setidaknya ada satu momen putrinya rewel saat makan. “Biasanya, kalau kuahnya
sedikit atau kurang berbumbu,” ujarnya. Kathleen pun ogah buka mulut.

Beragam
cara dicoba, mulai disuapi sambil bermain hingga membuatkan nasi atau mi goreng
kesukaan Kathleen. Namun, yang paling ampuh justru membiarkan anak makan
sendiri. “Dia malah lebih lahap. Jadi, saya belikan peralatan makan beragam.
Dan, nyoba finger food biar tinggal hap, hap,” imbuhnya.

Penolakan
menu baru adalah hal wajar. Ayah dan ibu perlu bersabar ya. Jangan keburu
melabeli anak picky eater. Sebab, umumnya anak baru menerima makanan baru di
”percobaan” ke-10 hingga ke-15. (*)

Baca Juga :  81,6 Persen Pasien Covid-19 yang Alami Pneumonia Meninggal Dunia

WASPADA
BENDERA MERAH!

–
Berat badan anak tetap atau justru turun selama 1–2 bulan berturut-turut tanpa
disertai sakit.

–
Jika diukur di grafik tumbuh kembang IDAI atau WHO, anak ada di bawah garis
hijau (standar tumbuh kembang ideal).

–
Muntah atau gumoh berulang.

–
Diare berulang, kronis (lebih dari 14 hari), atau berdarah.

Terlihat
kesakitan ketika disuapi atau makan.

–
Sesak ketika diberi minum.

–
Muncul batuk lebih dari tiga minggu dan demam lebih dari dua minggu yang
penyebabnya tak diketahui.

AYO,
BENTUK KEBIASAAN MAKAN YANG BAIK!

JADWAL

–
Pemberian makan terjadwal. Ada waktu makan utama dan selingan.

–
Batasi durasi makan maksimal 30 menit.

LINGKUNGAN

–
Ada interaksi antara orang tua dan anak. Terutama bila anak masih disuapi.

–
Hindari makan sambil diselingi menonton TV/gawai dan berjalan-jalan.

–
Orang tua perlu memberi contoh sikap baik saat makan (tak sambil diselingi
kegiatan lain, tak pilih-pilih makan).

PROSEDUR

–
Berikan makanan dalam porsi kecil yang ditambah perlahan.

–
Dorong anak untuk makan sendiri dengan menyediakan alat makan. Terutama jika
mereka mampu memegang benda.

–
Tawarkan makan lebih dulu. Jika anak masih menolak setelah 10–15 menit, jangan
paksa.

–
Orang tua bisa ”memancing” anak dengan lebih dulu mencicipi makanan.

Terpopuler

Artikel Terbaru