26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Deteksi Dini Kanker Prostat Bisa Selamatkan Pasien, Ini Pengobatannya

PROKALTENG.CO
– Kanker prostat merupakan salah satu jenis penyakit kanker yang mengancam
pria. Sayangnya, kanker ini sering terlambat disadari. Maka dari itu penting
untuk deteksi secara dini.

Pasien
kanker prostat memiliki jumlah angka kejadian terbanyak ke-4 di seluruh dunia
dan menempati urutan ke-2 kanker yang diderita oleh pria setelah kanker paru.
Berdasarkan Global Cancer Statistics 2018, diperkirakan sebanyak 1,2 juta kasus
baru muncul di seluruh dunia dan 359 ribu kematian disebabkan oleh kanker
prostat.

“Kondisi
ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker prostat dan
kesadaran akan pentingnya pemeriksaan dini, terutama pada populasi risiko
tinggi,” kata Dokter spesialis konsultan uro-onkologi dari Siloam Hospitals
ASRI dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U (K), PhD dalam webinar baru-baru
ini.

Di
Indonesia, kanker prostat menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
diperkirakan mencapai

25.012
orang. Sebagian besar pasien didiagnosis pada stadium lanjut karena deteksi
dini kasus kanker prostat belum optimal di Indonesia.

“Padahal,
pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditata laksana pada stadium dini
memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun dan mencapai di atas 90 persen.
Angka ini dapat turun hingga 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut.
Oleh karena itu, program deteksi dini yang lebih baik dan efisien perlu
ditingkatkan,” jelas dr. Agus Rizal.

Baca Juga :  Mutasi Virus Korona D614G Dikhawatirkan Percepat Kasus Penularan

Cara
Deteksi Dini

Untuk
deteksi dini kanker prostat bisa dengan melakukan biopsi prostat menggunakan
teknologi robotik. Deteksi dini bertujuan agar dapat dilakukan intervensi
secepatnya dan mencegah prognosis yang lebih buruk.

Biopsi
prostat dengan teknologi robotik digunakan untuk meningkatkan ketepatan
pengambilan sampel jaringan di lokasi sel kanker prostat. Dengan adanya
teknologi ini, diagnosis menjadi lebih cepat dan akurat, waktu biopsi lebih
singkat, serta menghindari dilakukannya biopsi ulang,” ujar Dokter Spesialis
Urologi dan Ketua Asri Urology Center (AUC) Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K).

Ada
beberapa metode biopsi yang biasa dilakukan oleh para ahli, seperti biopsi
transperineal. Biopsi ini tidak melalui saluran cerna (gastro-intestinal) atau
saluran kemih, melainkan melalui bagian perineal (di antara kantung kemaluan
dan anus) dan memiliki risiko sepsis yang sangat kecil sehingga dianggap paling
aman.

Biopsi
prostat dengan teknologi robotik dan lokalisasi jarum merupakan perkembangan
teknologi yang berpotensi positif memengaruhi diagnosis dan tata laksana kanker
prostat. Kemajuan signifikan

Baca Juga :  Berhubungan Seks dengan Pasangan Bisa Membuat Otak Lebih Cerdas?

memungkinkan
lokalisasi target yang lebih tepat dan akurat namun perlu adanya pengembangan
teknologi agar alat ini tersedia untuk penggunaan klinis sehari-hari.

Pengobatan
Lainnya

Penggunaan
teknik minimal invasif dalam tatalaksana kanker prostat yakni Laparascopic
Radical Prostatectomy (LRP). Pengaplikasian teknik LRP dalam penatalaksanaan
kanker prostat memberikan efek komplikasi lebih ringan jika dibandingkan dengan
operasi terbuka pengangkatan prostat, durasi rawat lebih singkat, jumlah
pendarahan lebih sedikit, serta risiko infeksi lebih rendah.

Operasi
laparoskopi merupakan pilihan utama dalam penanganan kanker prostat stadium
awal. Namun

perlu
diingat, pilihan terapi pada kanker prostat baik operasi, radiasi, hormonal,
kemoterapi, bergantung pada stadium kanker serta kondisi pasien.

“Umumnya,
tumor lokal dapat ditatalaksana dengan pembedahan dan radiasi, sedangkan tumor
yang sudah menyebar perlu penatalaksanaan khusus dengan terapi hormonal atau kemoterapi,”
sebut dr. Nur Rasyid.

Keuntungan
yang didapatkan dari laparoskopi dibandingkan dengan terapi yang lain adalah
bahwa tumor primernya diangkat sehingga eradikasi kanker lebih baik. Karena
itu, konsultasi dengan dokter penting dilakukan untuk menentukan pilihan
tatalaksana yang terbaik.

PROKALTENG.CO
– Kanker prostat merupakan salah satu jenis penyakit kanker yang mengancam
pria. Sayangnya, kanker ini sering terlambat disadari. Maka dari itu penting
untuk deteksi secara dini.

Pasien
kanker prostat memiliki jumlah angka kejadian terbanyak ke-4 di seluruh dunia
dan menempati urutan ke-2 kanker yang diderita oleh pria setelah kanker paru.
Berdasarkan Global Cancer Statistics 2018, diperkirakan sebanyak 1,2 juta kasus
baru muncul di seluruh dunia dan 359 ribu kematian disebabkan oleh kanker
prostat.

“Kondisi
ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker prostat dan
kesadaran akan pentingnya pemeriksaan dini, terutama pada populasi risiko
tinggi,” kata Dokter spesialis konsultan uro-onkologi dari Siloam Hospitals
ASRI dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U (K), PhD dalam webinar baru-baru
ini.

Di
Indonesia, kanker prostat menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
diperkirakan mencapai

25.012
orang. Sebagian besar pasien didiagnosis pada stadium lanjut karena deteksi
dini kasus kanker prostat belum optimal di Indonesia.

“Padahal,
pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditata laksana pada stadium dini
memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun dan mencapai di atas 90 persen.
Angka ini dapat turun hingga 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut.
Oleh karena itu, program deteksi dini yang lebih baik dan efisien perlu
ditingkatkan,” jelas dr. Agus Rizal.

Baca Juga :  Mutasi Virus Korona D614G Dikhawatirkan Percepat Kasus Penularan

Cara
Deteksi Dini

Untuk
deteksi dini kanker prostat bisa dengan melakukan biopsi prostat menggunakan
teknologi robotik. Deteksi dini bertujuan agar dapat dilakukan intervensi
secepatnya dan mencegah prognosis yang lebih buruk.

Biopsi
prostat dengan teknologi robotik digunakan untuk meningkatkan ketepatan
pengambilan sampel jaringan di lokasi sel kanker prostat. Dengan adanya
teknologi ini, diagnosis menjadi lebih cepat dan akurat, waktu biopsi lebih
singkat, serta menghindari dilakukannya biopsi ulang,” ujar Dokter Spesialis
Urologi dan Ketua Asri Urology Center (AUC) Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K).

Ada
beberapa metode biopsi yang biasa dilakukan oleh para ahli, seperti biopsi
transperineal. Biopsi ini tidak melalui saluran cerna (gastro-intestinal) atau
saluran kemih, melainkan melalui bagian perineal (di antara kantung kemaluan
dan anus) dan memiliki risiko sepsis yang sangat kecil sehingga dianggap paling
aman.

Biopsi
prostat dengan teknologi robotik dan lokalisasi jarum merupakan perkembangan
teknologi yang berpotensi positif memengaruhi diagnosis dan tata laksana kanker
prostat. Kemajuan signifikan

Baca Juga :  Berhubungan Seks dengan Pasangan Bisa Membuat Otak Lebih Cerdas?

memungkinkan
lokalisasi target yang lebih tepat dan akurat namun perlu adanya pengembangan
teknologi agar alat ini tersedia untuk penggunaan klinis sehari-hari.

Pengobatan
Lainnya

Penggunaan
teknik minimal invasif dalam tatalaksana kanker prostat yakni Laparascopic
Radical Prostatectomy (LRP). Pengaplikasian teknik LRP dalam penatalaksanaan
kanker prostat memberikan efek komplikasi lebih ringan jika dibandingkan dengan
operasi terbuka pengangkatan prostat, durasi rawat lebih singkat, jumlah
pendarahan lebih sedikit, serta risiko infeksi lebih rendah.

Operasi
laparoskopi merupakan pilihan utama dalam penanganan kanker prostat stadium
awal. Namun

perlu
diingat, pilihan terapi pada kanker prostat baik operasi, radiasi, hormonal,
kemoterapi, bergantung pada stadium kanker serta kondisi pasien.

“Umumnya,
tumor lokal dapat ditatalaksana dengan pembedahan dan radiasi, sedangkan tumor
yang sudah menyebar perlu penatalaksanaan khusus dengan terapi hormonal atau kemoterapi,”
sebut dr. Nur Rasyid.

Keuntungan
yang didapatkan dari laparoskopi dibandingkan dengan terapi yang lain adalah
bahwa tumor primernya diangkat sehingga eradikasi kanker lebih baik. Karena
itu, konsultasi dengan dokter penting dilakukan untuk menentukan pilihan
tatalaksana yang terbaik.

Terpopuler

Artikel Terbaru