28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pentingnya Laporkan Efek Samping Obat

Efek
samping yang dirasakan ketika mengonsumsi obat penting untuk dilaporkan demi
keselamatan dan keamanan pasien saat ini, maupun di masa depan, kata Ketua
International Society of Pharmacovigilance (ISoP) Indonesia dr Jarir At Thobari.

“Peran
masyarakat sangat penting untuk turut aktif dalam memantau dan melaporkan efek
samping obat-obatan yang tengah dikonsumsi,” kata Jarir di webinar Patient
Safety Day 2020, Kamis (17/9), seperti dilansir dari Antara.

Akademisi
Departemen Farmakologi dan Terapi Universitas Gadjah Mada itu menjelaskan,
laporan dari masyarakat akan membantu menentukan tindak lanjut terhadap
obat-obatan tersebut. Penting untuk merinci dan mencatat sebanyak mungkin
reaksi merugikan demi keselamatan pasien dan obat yang berkelanjutan
(pharmacovigilance).

“ISoP
Indonesia sebagai organisasi ilmiah independen berkomitmen dalam memajukan
sistem Farmakovigilans di Indonesia, salah satunya dengan secara terus menerus
melakukan sosialisasi tentang pentingnya pelaporan efek samping obat baik untuk
masyarakat, industri farmasi dan profesional kesehatan.”

Baca Juga :  Perokok Salah Satu Penyebab BPJS Kesehatan Defisit

Setiap
obat punya dua sisi, yakni khasiat dan efek samping, yang dampaknya dapat
bervariasi tergantung individu. Ada empat hal yang bisa terjadi kepada pasien
dengan penyakit dan obat yang sama. Pertama, tidak mendapatkan khasiat namun
mengalami efek samping. Lalu mendapatkan khasiat tanpa efek samping, tidak
mendapat khasiat maupun efek samping, juga mendapatkan khasiat obat namun tetap
merasakan efek samping.

Berbagai
faktor mempengaruhi hal ini, termasuk faktor genetik yang sifatnya individual.
Efek samping juga dapat terjadi ketika ada interaksi pemakaian obat yang
berbeda. Melaporkan efek samping obat juga penting untuk diperhatikan oleh
pasien kanker, ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dr. Aru Wicaksono
Sudoyo.

Aru
menuturkan, pasien kanker harus segera melapor kepada dokter bila mengalami
efek samping setelah menggunakan obat tertentu. Dengan demikian, dokter dapat
memberi saran seperti memberi perawatan medis tertentu atau mengubah obat jika
harus menjalani perawatan lain.

Baca Juga :  Merasa Sehat, Pasien Hipertensi di Indonesia Masih Abai Minum Obat

Selama
mengonsumsi obat, pasien sebaiknya memahami dan bisa mengelola efek samping
yang umum terjadi, seperti pusing, mual, kelelahan hingga bibir pecah-pecah.
Pasien pun dapat melakukan perubahan gaya hidup serta pola makan untuk menekan
efek samping pengobatan bila memungkinkan.

”Efek
samping dapat terjadi selama masa pengobatan. Mulai dari yang ringan sampai
berat. Sebaiknya pasien dan keluarga dapat berkonsultasi dengan dokter untuk
mendapatkan informasi terkait efek samping yang bisa atau mungkin terjadi
selama pengobatan,” ujar dr. Eko Adhi Pangarsa, Ketua YKI Cabang Jawa Tengah.

Pasien
dan dokter harus menjalin komunikasi yang baik sehingga efek samping obat yang
mungkin terjadi bisa ditangani tepat dan cepat. Dokter akan menghentikan pemberian
obat bila memang membahayakan pasien.n “Ada juga yang butuh dihentikan
sementara, atau turunkan dosisnya dulu, lalu dinaikkan perlahan,” jelas Aru.
(*)

Efek
samping yang dirasakan ketika mengonsumsi obat penting untuk dilaporkan demi
keselamatan dan keamanan pasien saat ini, maupun di masa depan, kata Ketua
International Society of Pharmacovigilance (ISoP) Indonesia dr Jarir At Thobari.

“Peran
masyarakat sangat penting untuk turut aktif dalam memantau dan melaporkan efek
samping obat-obatan yang tengah dikonsumsi,” kata Jarir di webinar Patient
Safety Day 2020, Kamis (17/9), seperti dilansir dari Antara.

Akademisi
Departemen Farmakologi dan Terapi Universitas Gadjah Mada itu menjelaskan,
laporan dari masyarakat akan membantu menentukan tindak lanjut terhadap
obat-obatan tersebut. Penting untuk merinci dan mencatat sebanyak mungkin
reaksi merugikan demi keselamatan pasien dan obat yang berkelanjutan
(pharmacovigilance).

“ISoP
Indonesia sebagai organisasi ilmiah independen berkomitmen dalam memajukan
sistem Farmakovigilans di Indonesia, salah satunya dengan secara terus menerus
melakukan sosialisasi tentang pentingnya pelaporan efek samping obat baik untuk
masyarakat, industri farmasi dan profesional kesehatan.”

Baca Juga :  Perokok Salah Satu Penyebab BPJS Kesehatan Defisit

Setiap
obat punya dua sisi, yakni khasiat dan efek samping, yang dampaknya dapat
bervariasi tergantung individu. Ada empat hal yang bisa terjadi kepada pasien
dengan penyakit dan obat yang sama. Pertama, tidak mendapatkan khasiat namun
mengalami efek samping. Lalu mendapatkan khasiat tanpa efek samping, tidak
mendapat khasiat maupun efek samping, juga mendapatkan khasiat obat namun tetap
merasakan efek samping.

Berbagai
faktor mempengaruhi hal ini, termasuk faktor genetik yang sifatnya individual.
Efek samping juga dapat terjadi ketika ada interaksi pemakaian obat yang
berbeda. Melaporkan efek samping obat juga penting untuk diperhatikan oleh
pasien kanker, ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dr. Aru Wicaksono
Sudoyo.

Aru
menuturkan, pasien kanker harus segera melapor kepada dokter bila mengalami
efek samping setelah menggunakan obat tertentu. Dengan demikian, dokter dapat
memberi saran seperti memberi perawatan medis tertentu atau mengubah obat jika
harus menjalani perawatan lain.

Baca Juga :  Merasa Sehat, Pasien Hipertensi di Indonesia Masih Abai Minum Obat

Selama
mengonsumsi obat, pasien sebaiknya memahami dan bisa mengelola efek samping
yang umum terjadi, seperti pusing, mual, kelelahan hingga bibir pecah-pecah.
Pasien pun dapat melakukan perubahan gaya hidup serta pola makan untuk menekan
efek samping pengobatan bila memungkinkan.

”Efek
samping dapat terjadi selama masa pengobatan. Mulai dari yang ringan sampai
berat. Sebaiknya pasien dan keluarga dapat berkonsultasi dengan dokter untuk
mendapatkan informasi terkait efek samping yang bisa atau mungkin terjadi
selama pengobatan,” ujar dr. Eko Adhi Pangarsa, Ketua YKI Cabang Jawa Tengah.

Pasien
dan dokter harus menjalin komunikasi yang baik sehingga efek samping obat yang
mungkin terjadi bisa ditangani tepat dan cepat. Dokter akan menghentikan pemberian
obat bila memang membahayakan pasien.n “Ada juga yang butuh dihentikan
sementara, atau turunkan dosisnya dulu, lalu dinaikkan perlahan,” jelas Aru.
(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru