28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Covid-19 Tak Menular lewat Sperma

KLINIK
Fertilitas Graha Amerta RSUD dr Soetomo saat ini sudah membuka lagi pelayanan
program bayi tabung. Sebelumnya, fasilitas tersebut sempat di-lockdown selama
lebih dari lima bulan sejak pandemi Covid-19 masuk Indonesia pada Maret lalu.

Prof dr Budi Santoso SpOG (K) menjelaskan, pada awal
pandemi, pelayanan dihentikan. Sebab, ada kekhawatiran kondisi pasangan suami
istri yang berisiko. Begitu juga risiko penularan yang dikhawatirkan bisa
memengaruhi proses bayi tabung. ”Saat itu dikhawatirkan suami terinfeksi
Covid-19, lalu spermanya ikut terinfeksi virus. Ternyata tidak seperti itu,”
kata salah seorang ahli fertilitas di Graha Amerta itu.

Pria yang akrab disapa Prof Bus itu menuturkan, dalam
proses kehamilan dengan Covid-19, ternyata penularan secara vertikal tidak
terbukti terjadi. Misalnya, infeksi dari suami ke istri melalui sperma. Namun,
penularan murni terjadi melalui droplet. ”Karena itulah, salah satu pencegahan
yang dianjurkan World Health Organization (WHO) maupun pemerintah adalah wajib
memakai masker,” tuturnya.

Baca Juga :  7 Manfaat Bawang Putih, Dari Kendalikan Tekanan Darah Hingga Kanker

Melihat kondisi tersebut, Klinik Fertilitas Graha Amerta
RSUD dr Soetomo mulai membuka pelayanan program bayi tabung pada akhir Juli
lalu. Tentu peraturan protokol kesehatan dipenuhi. ”Ada sedikit perbedaan dalam
pelayanan program bayi tabung di tengah pandemi Covid-19,” ujar dokter obgyn
yang juga bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari tersebut.

Budi menyatakan, pelaksanaan program bayi tabung
mewajibkan pasangan suami dan istri menjalani tes PCR (polymerase chain
reaction). Jadi, mereka yang ingin mengikuti program bayi tabung tidak sedang
terinfeksi Covid-19. Sebab, kalau mereka terinfeksi, tim yang menangani serta
proses kehamilannya ikut berisiko.

Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada pasangan suami
istri yang mengikuti program tersebut di tengah pandemi. Bahkan sudah tahap
pengambilan sel telur dan penanaman embrio. ”Kita juga tidak tahu kapan pandemi
ini berakhir. Padahal, pelaksanaan bayi tabung rata-rata bersifat urgen,”
jelasnya.

Baca Juga :  6 Manfaat Tidur Siang yang tak Boleh Anda Lewatkan

Pada usia di atas 35 tahun, lanjut Budi, cadangan sel
telur perempuan sudah menipis. Jadi, jika menunggu masa pandemi berhenti, tidak
tahu kondisi pasangan yang ingin memiliki momongan. ”Untuk usia di atas 35
tahun, banyak risiko yang terjadi. Keguguran pun meningkat,” ungkapnya.

Budi menyebutkan, angka infertilitas di masyarakat
sekitar 10 persen. Mereka yang bermasalah dalam kehamilan memerlukan bayi tabung.
Bahkan, setiap tahun selalu ada suami istri yang ingin menjalani program bayi
tabung.

KLINIK
Fertilitas Graha Amerta RSUD dr Soetomo saat ini sudah membuka lagi pelayanan
program bayi tabung. Sebelumnya, fasilitas tersebut sempat di-lockdown selama
lebih dari lima bulan sejak pandemi Covid-19 masuk Indonesia pada Maret lalu.

Prof dr Budi Santoso SpOG (K) menjelaskan, pada awal
pandemi, pelayanan dihentikan. Sebab, ada kekhawatiran kondisi pasangan suami
istri yang berisiko. Begitu juga risiko penularan yang dikhawatirkan bisa
memengaruhi proses bayi tabung. ”Saat itu dikhawatirkan suami terinfeksi
Covid-19, lalu spermanya ikut terinfeksi virus. Ternyata tidak seperti itu,”
kata salah seorang ahli fertilitas di Graha Amerta itu.

Pria yang akrab disapa Prof Bus itu menuturkan, dalam
proses kehamilan dengan Covid-19, ternyata penularan secara vertikal tidak
terbukti terjadi. Misalnya, infeksi dari suami ke istri melalui sperma. Namun,
penularan murni terjadi melalui droplet. ”Karena itulah, salah satu pencegahan
yang dianjurkan World Health Organization (WHO) maupun pemerintah adalah wajib
memakai masker,” tuturnya.

Baca Juga :  7 Manfaat Bawang Putih, Dari Kendalikan Tekanan Darah Hingga Kanker

Melihat kondisi tersebut, Klinik Fertilitas Graha Amerta
RSUD dr Soetomo mulai membuka pelayanan program bayi tabung pada akhir Juli
lalu. Tentu peraturan protokol kesehatan dipenuhi. ”Ada sedikit perbedaan dalam
pelayanan program bayi tabung di tengah pandemi Covid-19,” ujar dokter obgyn
yang juga bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari tersebut.

Budi menyatakan, pelaksanaan program bayi tabung
mewajibkan pasangan suami dan istri menjalani tes PCR (polymerase chain
reaction). Jadi, mereka yang ingin mengikuti program bayi tabung tidak sedang
terinfeksi Covid-19. Sebab, kalau mereka terinfeksi, tim yang menangani serta
proses kehamilannya ikut berisiko.

Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada pasangan suami
istri yang mengikuti program tersebut di tengah pandemi. Bahkan sudah tahap
pengambilan sel telur dan penanaman embrio. ”Kita juga tidak tahu kapan pandemi
ini berakhir. Padahal, pelaksanaan bayi tabung rata-rata bersifat urgen,”
jelasnya.

Baca Juga :  6 Manfaat Tidur Siang yang tak Boleh Anda Lewatkan

Pada usia di atas 35 tahun, lanjut Budi, cadangan sel
telur perempuan sudah menipis. Jadi, jika menunggu masa pandemi berhenti, tidak
tahu kondisi pasangan yang ingin memiliki momongan. ”Untuk usia di atas 35
tahun, banyak risiko yang terjadi. Keguguran pun meningkat,” ungkapnya.

Budi menyebutkan, angka infertilitas di masyarakat
sekitar 10 persen. Mereka yang bermasalah dalam kehamilan memerlukan bayi tabung.
Bahkan, setiap tahun selalu ada suami istri yang ingin menjalani program bayi
tabung.

Terpopuler

Artikel Terbaru