26.1 C
Jakarta
Sunday, October 6, 2024

Gizi Masih Jadi Masalah Serius di Asia

PERKEMBANGAN gizi di Asia
khususnya yang terkait dengan diet dan obesitas, mendapat penilaian dari
Cargill.

Peningkatan pendapatan per
kapita dan grafik asupan kalori menunjukkan, pertumbuhan signifikan dalam
jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagian besar negara mengonsumsi lebih dari
2.500 kalori per kapita setiap hari.

Akibatnya, pertumbuhan
asupan kalori cenderung moderat. Komposisi diet mengalami perubahan cepat
dengan meningkatnya konsumsi protein. Khususnya daging dan ikan.

“Di sisi lain, sektor
makanan kemasan Asia juga telah mengalami pertumbuhan empat persen pada 2017,
sekaligus menyoroti peningkatan konsumsi makanan olahan dan tidak meninggalkan
persyaratan kebutuhan gizi konsumen,” kata Cargill melalui keterangan
tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (10/6).

Baca Juga :  Mengapa Masyarakat Kota Lebih Rentan Terkena Diabetes?

Peningkatan urbanisasi dan
pendapatan berimbas terhadap belanja konsumen. Salah satunya makanan. Seperti
mendorong pertumbuhan gerai makanan cepat saji dan supermarket. “Ini juga
diyakini mendorong gaya hidup masyarakat menjadi kurang bergerak dan
mengonsumsi makanan yang lebih enak,” ucapnya.

Kemudian terjadi peningkatan
kasus obesitas pada masyarakat di sejumlah negara Asia. Seperti di Indonesia,
Malaysia, Thailand, dan Pakistan. Disebabkan meningkatnya konsumsi minuman
manis dan makanan olahan.

“Di sisi lain,
urbanisasi ternyata memiliki korelasi langsung dengan obesitas. Pasalnya,
selama migrasi ke kota, diet cenderung tidak lagi dilakukan sekaligus
mengonfirmasikan terjadinya perubahan nutrisi, ketika pindah ke daerah
perkotaan,” jelasnya.

Masyarakat di negara kurang
berkembang dengan pendapatan nasional Gross National Income per kapita yang
lebih rendah, malah lebih rentan terhdap konsekuensi kesehatan negatif dari
urbanisasi. Sementara asupan kalori meningkat, kualitas makanan tidak.

Baca Juga :  8 Manfaat Mengawali Hari dengan Jalan Kaki

Selain pemilihan dan takaran
karbohidrat, konsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, olahraga teratur,
dan rutin periksa kadar gula darah, penderita diabetes juga perlu berkonsultasi
dengan dokter secara berkala.

Ini penting untuk menentukan
pengobatan yang tepat untuk menjaga kadar gula darah terkendali, karena
pengobatan diabetes dapat bervariasi seiring berjalannya waktu.(RN/
RVS/Klikdokter)

 

PERKEMBANGAN gizi di Asia
khususnya yang terkait dengan diet dan obesitas, mendapat penilaian dari
Cargill.

Peningkatan pendapatan per
kapita dan grafik asupan kalori menunjukkan, pertumbuhan signifikan dalam
jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagian besar negara mengonsumsi lebih dari
2.500 kalori per kapita setiap hari.

Akibatnya, pertumbuhan
asupan kalori cenderung moderat. Komposisi diet mengalami perubahan cepat
dengan meningkatnya konsumsi protein. Khususnya daging dan ikan.

“Di sisi lain, sektor
makanan kemasan Asia juga telah mengalami pertumbuhan empat persen pada 2017,
sekaligus menyoroti peningkatan konsumsi makanan olahan dan tidak meninggalkan
persyaratan kebutuhan gizi konsumen,” kata Cargill melalui keterangan
tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (10/6).

Baca Juga :  Mengapa Masyarakat Kota Lebih Rentan Terkena Diabetes?

Peningkatan urbanisasi dan
pendapatan berimbas terhadap belanja konsumen. Salah satunya makanan. Seperti
mendorong pertumbuhan gerai makanan cepat saji dan supermarket. “Ini juga
diyakini mendorong gaya hidup masyarakat menjadi kurang bergerak dan
mengonsumsi makanan yang lebih enak,” ucapnya.

Kemudian terjadi peningkatan
kasus obesitas pada masyarakat di sejumlah negara Asia. Seperti di Indonesia,
Malaysia, Thailand, dan Pakistan. Disebabkan meningkatnya konsumsi minuman
manis dan makanan olahan.

“Di sisi lain,
urbanisasi ternyata memiliki korelasi langsung dengan obesitas. Pasalnya,
selama migrasi ke kota, diet cenderung tidak lagi dilakukan sekaligus
mengonfirmasikan terjadinya perubahan nutrisi, ketika pindah ke daerah
perkotaan,” jelasnya.

Masyarakat di negara kurang
berkembang dengan pendapatan nasional Gross National Income per kapita yang
lebih rendah, malah lebih rentan terhdap konsekuensi kesehatan negatif dari
urbanisasi. Sementara asupan kalori meningkat, kualitas makanan tidak.

Baca Juga :  8 Manfaat Mengawali Hari dengan Jalan Kaki

Selain pemilihan dan takaran
karbohidrat, konsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, olahraga teratur,
dan rutin periksa kadar gula darah, penderita diabetes juga perlu berkonsultasi
dengan dokter secara berkala.

Ini penting untuk menentukan
pengobatan yang tepat untuk menjaga kadar gula darah terkendali, karena
pengobatan diabetes dapat bervariasi seiring berjalannya waktu.(RN/
RVS/Klikdokter)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru