33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Peneliti Sebut 40 Persen Pasien Covid-19 Kehilangan Bau dan Rasa

Gejala
pasien Covid-19 ketika terinfeksi virus korona semakin lama semakin berkembang.
Sudah bukan lagi sesak, demam dan batuk saja, tetapi ada tambahan gejala
lainnya sepertu kehilangan kemampuan untuk mencium bau dan rasa. Kondisi ini
semakin banyak dialami pasien.

Dilansir
dari Express.co.uk, Minggu (13/9), pada 18 Mei, diumumkan bahwa kehilangan atau
perubahan indra penciuman atau rasa secara resmi ditambahkan ke daftar gejala
virus Korona oleh Pusat Kesehatan Nasional (NHS Inggris. Pada bulan Maret,
Asosiasi Otorhinolaringologi Inggris (THT UK) menerbitkan pernyataan yang
menguraikan gejala yang telah ditemukan di antara sejumlah pasien dengan tidak
adanya gejala lain.

Presiden
British Rhinological Society Profesor Claire Hopkins dan Ahli THT Inggris
Profesor Nirmal Kumar mengatakan dalam pernyataan bersama telah terjadi
peningkatan gejala dalam kasus anosmia terisolasi. Yaitu kehilangan bau total
atau sebagian di Inggris, AS, Prancis, dan Italia utara.

Baca Juga :  Manfaat Ajaib Sawi Hijau untuk Kesehatan

Wakil
kepala petugas medis Profesor Jonathan Van Tam mengatakan penambahan hilangnya
bau dan rasa itu menjadi gejala resmi. Profesor Rhinology dan Olfaktologi di
Norwich Medical School Carl Philpott, mengatakan gangguan bau dan rasa sudah
diakui sebagai gejala lain. Organisasi Kesehatan Dunia WHO juha sudah
menambahkannya ke dalam daftar.

Mengapa
Bisa Terjadi?

Dalam
pernyataan bersama yang dirilis Profesor Hopkins dan Profesor Kumar dijelaskan
ada sejumlah kasus seperti itu secara signifikan dialami pasien virus Korona di
Italia, Korea Selatan, dan Eropa lainnya serta Tiongkok. Gejala anosmia dan
hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium dan mendeteksi bau.

Rilis
tersebut menguraikan bahwa anosmia pasca-virus adalah salah satu penyebab utama
hilangnya indera penciuman pada orang dewasa. Bahkan jumlahnya bisa terhitung
sekitar 40 persen kasus.

Baca Juga :  Bukan Soal Mitos, Tanda Lahir Ada Kaitannya dengan Kesehatan

Padahal
sebelumnya diperkirakan menyebabkan 10 hingga 15 persen kasus. Para peneliti di
Harvard Medical School mengidentifikasi jenis sel mana terkait indera penciuman
yang paling rentan terhadap infeksi Covid-19. Studi tersebut menemukan bahwa
kondisi itu terjadi karena virus menyerang sel-sel yang mendukung neuron
sensorik penciuman. Kabar baiknya, Associate Professor Neurobiology di Harvard
Medical School dan rekan penulis penelitian, Dr Sandeep Robert Datta, yakin
gejala ini tidak mungkin menyebabkan hilangnya bau secara permanen. (*)

Gejala
pasien Covid-19 ketika terinfeksi virus korona semakin lama semakin berkembang.
Sudah bukan lagi sesak, demam dan batuk saja, tetapi ada tambahan gejala
lainnya sepertu kehilangan kemampuan untuk mencium bau dan rasa. Kondisi ini
semakin banyak dialami pasien.

Dilansir
dari Express.co.uk, Minggu (13/9), pada 18 Mei, diumumkan bahwa kehilangan atau
perubahan indra penciuman atau rasa secara resmi ditambahkan ke daftar gejala
virus Korona oleh Pusat Kesehatan Nasional (NHS Inggris. Pada bulan Maret,
Asosiasi Otorhinolaringologi Inggris (THT UK) menerbitkan pernyataan yang
menguraikan gejala yang telah ditemukan di antara sejumlah pasien dengan tidak
adanya gejala lain.

Presiden
British Rhinological Society Profesor Claire Hopkins dan Ahli THT Inggris
Profesor Nirmal Kumar mengatakan dalam pernyataan bersama telah terjadi
peningkatan gejala dalam kasus anosmia terisolasi. Yaitu kehilangan bau total
atau sebagian di Inggris, AS, Prancis, dan Italia utara.

Baca Juga :  Manfaat Ajaib Sawi Hijau untuk Kesehatan

Wakil
kepala petugas medis Profesor Jonathan Van Tam mengatakan penambahan hilangnya
bau dan rasa itu menjadi gejala resmi. Profesor Rhinology dan Olfaktologi di
Norwich Medical School Carl Philpott, mengatakan gangguan bau dan rasa sudah
diakui sebagai gejala lain. Organisasi Kesehatan Dunia WHO juha sudah
menambahkannya ke dalam daftar.

Mengapa
Bisa Terjadi?

Dalam
pernyataan bersama yang dirilis Profesor Hopkins dan Profesor Kumar dijelaskan
ada sejumlah kasus seperti itu secara signifikan dialami pasien virus Korona di
Italia, Korea Selatan, dan Eropa lainnya serta Tiongkok. Gejala anosmia dan
hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium dan mendeteksi bau.

Rilis
tersebut menguraikan bahwa anosmia pasca-virus adalah salah satu penyebab utama
hilangnya indera penciuman pada orang dewasa. Bahkan jumlahnya bisa terhitung
sekitar 40 persen kasus.

Baca Juga :  Bukan Soal Mitos, Tanda Lahir Ada Kaitannya dengan Kesehatan

Padahal
sebelumnya diperkirakan menyebabkan 10 hingga 15 persen kasus. Para peneliti di
Harvard Medical School mengidentifikasi jenis sel mana terkait indera penciuman
yang paling rentan terhadap infeksi Covid-19. Studi tersebut menemukan bahwa
kondisi itu terjadi karena virus menyerang sel-sel yang mendukung neuron
sensorik penciuman. Kabar baiknya, Associate Professor Neurobiology di Harvard
Medical School dan rekan penulis penelitian, Dr Sandeep Robert Datta, yakin
gejala ini tidak mungkin menyebabkan hilangnya bau secara permanen. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru