Site icon Prokalteng

Jangan Salah Kaprah, Ini 4 Mitos Kepribadian Introvert yang Keliru

jangan-salah-kaprah-ini-4-mitos-kepribadian-introvert-yang-keliru

PROKALTENG.CO – Introvert merupakan tipe kepribadian yang lebih
fokus pada perasaan dan pikiran yang berasal dari dalam diri. Orang dengan ciri
kepribadian introvert, seperti kepribadian INFP, cenderung mengisi ulang
energinya saat mereka sendirian.

Orang yang memiliki kerpribadian
introvert sering kali dianggap sebagai sosok yang pemalu dan tidak suka
bersosialisasi. Padahal, hal tersebut belum tentu benar, lho. Ada beberapa
mitos kepribadian introvert yang perlu diluruskan dan penting diketahui.

Hal ini bertolak belakang dengan
orang-orang berkepribadian ekstrovert yang bisa merasa lebih semangat dan
berenergi saat berinteraksi dengan orang lain.

Mitos tentang Kepribadian Introvert

Tidak sedikit orang yang masih
menyalahartikan kepribadian introvert, sehingga salah paham dan sulit
berinteraksi dengan orang yang memiliki kepribadian ini.

Oleh karena itu, berikut adalah
beberapa mitos seputar kepribadian introvert yang perlu diluruskan:

1. Orang introvert tidak suka bersosialisasi

Meski lebih suka menyendiri,
bukan berarti orang introvert tidak suka bersosialisasi. Seorang introvert
tentu bisa memiliki hubungan dengan orang lain dan mampu bersosialisasi secara
baik.

Namun, berbeda dengan orang
ekstrovert yang cenderung memiliki lingkup pertemanan yang cukup luas dan bisa dekat
dengan siapa saja, orang introvert biasanya lebih memilih untuk mementingkan
kualitas hubungan dan dekat dengan segelintir orang saja.

Jika orang ekstrovert bisa mudah
untuk curhat ke semua teman-temannya, orang introvert mungkin lebih memilih
untuk mencurahkan segala perhatian dan keluh kesannya hanya pada teman dekatnya
yang mereka percayai.

2. Orang introvert sudah pasti pemalu

Walau lebih terlihat pendiam,
bukan berarti orang introvert adalah orang yang pemalu dan tidak percaya diri.
Banyak orang introvert yang senang berbicara dan berinteraksi dengan orang
lain.

Hanya saja, orang introvert lebih
memilih untuk mengenal seseorang terlebih dahulu sebelum terlibat dalam banyak
percakapan. Ia juga merasa tidak harus berbicara jika memang tidak perlu.

Kadang kala, orang introvert
lebih suka memperhatikan orang-orang di sekitarnya dan tenggelam dalam
pikirannya sendiri. Bagi orang lain, sikap ini mungkin sangat membosankan.
Padahal, orang introvert memang lebih senang mengobservasi hal-hal di sekitarnya.

3. Orang introvert merasa tidak bahagia

Mitos ini tentu tidak benar.
Kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur dari tipe kepribadiannya semata.
Orang-orang introvert tetap bisa bahagia, kok, asalkan mereka memang merasa
nyaman dan bisa menerima diri sendiri.

Karena sifatnya yang unik,
sebagian orang menganggap kepribadian introvert yang cenderung dingin sebagai
hal yang tidak normal dan perlu diatasi. Padahal, tidak ada yang salah dengan
hal ini.

4. Orang introvert berisiko mengalami
gangguan mental

Mitos lain yang melekat pada
kepribadian introvert adalah lebih berisiko mengalami gangguan mental. Hal ini
tentu tidak benar. Risiko seseorang menderita gangguan mental tidak bisa
dinilai hanya dari jenis kepribadiannya.

Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan
risiko seseorang untuk mengalami masalah kejiwaan, mulai dari trauma
psikologis, tingkat stres, gaya hidup, hingga riwayat gangguan jiwa di
keluarga.

Itulah mitos seputar kepribadian
introvert yang perlu diketahui. Jadi, jangan salah kaprah lagi, ya.

Perlu diingat bahwa setiap orang
memiliki kepribadian yang unik, terlepas dari tipe kepribadian mereka yang
introvert atau ekstrovert. Daripada membandingkan tipe kepribadian mana yang
lebih baik, yang terpenting adalah kemampuan untuk bisa menerima setiap
perbedaan sekaligus mencintai diri sendiri.

Sikap ini akan membuatmu lebih
mudah untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain dan memiliki rasa
percaya diri atau self-esteem yang baik.

Jika kamu merasa perlu
berkonsultasi mengenai kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi sebagai seorang
introvert atau kamu belum mampu melihat dan menyadari potensi yang ada pada
dirimu, jangan sungkan untuk bertanya kepada psikolog.

Exit mobile version