29.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Bijak Konsumsi Vitamin di Tengah Pandemi

DI tengah kondisi pandemi, suplemen vitamin makin diburu dengan
tujuan meningkatkan daya tahan tubuh. Terutama vitamin C. Padahal, jika
dikonsumsi berlebih, justru tak baik. Terlebih lagi, tubuh tetap butuh asupan
nutrisi lain. Bagaimana takaran dosis tepat?

Vitamin C disinyalir mampu
menghalangi tubuh agar tak terpapar virus corona. Disampaikan Nurul Afiah,
dosen gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unmul, mengonsumsi berbagai jenis
vitamin memang baik. Namun, immune booster tidak hanya dari golongan vitamin,
tetapi juga dari mineral seperti zink dan protein. Vitamin C banyak diburu
karena dikenal sebagai immune booster yang berfungsi menstimulasi pembentukan
antibodi mencegah infeksi dalam tubuh.

Selain vitamin C, ada vitamin
lain yang tak kalah penting dalam meningkatkan imunitas seperti vitamin E
sebagai zat antioksidan dan kuat melawan infeksi, vitamin A yang bisa mengatur
kerja sistem imun, melindungi infeksi pada jaringan di sistem pencernaan dan
pernapasan, serta vitamin B6 yang penting dalam membantu reaksi biokimia sistem
imun.

Perlu diketahui bahwa kebutuhan
vitamin C untuk tiap umur dan jenis kelamin berbeda. Laki-laki usia 16–80 ke
atas butuh 90 mg per hari. Anak usia 10­–12 tahun butuh 50 mg sedangkan 13–18
tahun 75 mg. Bagi perempuan usia 16–80 ke atas butuh 75 mg per hari. Anak usia
10–12 tahun, 50 mg dan 13–15 tahun, 65 mg per hari.

Baca Juga :  Setelah Berhasil Diet, Bagaimana agar Berat Badan tak Melonjak Lagi?

“Kebutuhan vitamin C tidak perlu
sampai 100 mg per hari. Toleransi limit atas intake-nya bisa mencapai 2000 mg
per hari. Namun, kalau mengonsumsi sebanyak itu dalam jangka waktu cukup lama,
bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Terutama ginjal,” jelas Nurul.

Beda hal jika kondisi tubuh
sedang kurang baik. Seandainya mengalami imun lemah, perlu asupan vitamin C
lebih banyak. Sebagai contoh, mengonsumsi dua jeruk sudah memenuhi kebutuhan
harian vitamin C. Begitu pula dengan dua kiwi, satu cangkir jus pepaya dan
tujuh buah stroberi. Di dalam tubuh, vitamin C dapat berikatan dengan zat gizi
lain. Jadi, jika jumlahnya berlebih, bisa menyebabkan gangguan diare, aliran
kencing, gout symptoms(asam urat), hingga batu ginjal.

Baca Juga :  6 Gejala Bayi Kekurangan ASI

Dijelaskan Nurul, mengonsumsi
bahan makanan alami lebih mudah diserap dan lebih baik dibanding suplemen.
Makanan yang dimaksud tentu harus memenuhi kandungan gizi. Terdiri atas
mikronutrien atau zat gizi mikro yang meliputi vitamin dan mineral. Selain
membantu proses metabolisme zat gizi, keduanya bisa sebagai antioksidan yang
sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Beberapa vitamin dan mineral yang
berperan sebagai antioksidan terkandung dalam vitamin A seperti ubi, wortel,
bayam, brokoli, paprika merah. Lalu vitamin E seperti bayam, alpukat,
kacang-kacangan, dan vitamin C seperti jenis jeruk, stroberi, kiwi, tomat,
pepaya, mangga. Kemudian ada protein yang dapat membantu untuk memperkuat
sistem imun tubuh dengan mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan saat
tubuh sakit.

“Di vitamin B6 ada pada ayam,
tuna, salmon. Selenium di pisang, telur, susu, tuna, yogurt, zat besi di hati
sapi atau ayam, daging merah, kacang merah, terakhir ada zinc pada seafood,
susu, gandum, dan daging merah,” pungkas Nurul.

DI tengah kondisi pandemi, suplemen vitamin makin diburu dengan
tujuan meningkatkan daya tahan tubuh. Terutama vitamin C. Padahal, jika
dikonsumsi berlebih, justru tak baik. Terlebih lagi, tubuh tetap butuh asupan
nutrisi lain. Bagaimana takaran dosis tepat?

Vitamin C disinyalir mampu
menghalangi tubuh agar tak terpapar virus corona. Disampaikan Nurul Afiah,
dosen gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unmul, mengonsumsi berbagai jenis
vitamin memang baik. Namun, immune booster tidak hanya dari golongan vitamin,
tetapi juga dari mineral seperti zink dan protein. Vitamin C banyak diburu
karena dikenal sebagai immune booster yang berfungsi menstimulasi pembentukan
antibodi mencegah infeksi dalam tubuh.

Selain vitamin C, ada vitamin
lain yang tak kalah penting dalam meningkatkan imunitas seperti vitamin E
sebagai zat antioksidan dan kuat melawan infeksi, vitamin A yang bisa mengatur
kerja sistem imun, melindungi infeksi pada jaringan di sistem pencernaan dan
pernapasan, serta vitamin B6 yang penting dalam membantu reaksi biokimia sistem
imun.

Perlu diketahui bahwa kebutuhan
vitamin C untuk tiap umur dan jenis kelamin berbeda. Laki-laki usia 16–80 ke
atas butuh 90 mg per hari. Anak usia 10­–12 tahun butuh 50 mg sedangkan 13–18
tahun 75 mg. Bagi perempuan usia 16–80 ke atas butuh 75 mg per hari. Anak usia
10–12 tahun, 50 mg dan 13–15 tahun, 65 mg per hari.

Baca Juga :  Setelah Berhasil Diet, Bagaimana agar Berat Badan tak Melonjak Lagi?

“Kebutuhan vitamin C tidak perlu
sampai 100 mg per hari. Toleransi limit atas intake-nya bisa mencapai 2000 mg
per hari. Namun, kalau mengonsumsi sebanyak itu dalam jangka waktu cukup lama,
bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Terutama ginjal,” jelas Nurul.

Beda hal jika kondisi tubuh
sedang kurang baik. Seandainya mengalami imun lemah, perlu asupan vitamin C
lebih banyak. Sebagai contoh, mengonsumsi dua jeruk sudah memenuhi kebutuhan
harian vitamin C. Begitu pula dengan dua kiwi, satu cangkir jus pepaya dan
tujuh buah stroberi. Di dalam tubuh, vitamin C dapat berikatan dengan zat gizi
lain. Jadi, jika jumlahnya berlebih, bisa menyebabkan gangguan diare, aliran
kencing, gout symptoms(asam urat), hingga batu ginjal.

Baca Juga :  6 Gejala Bayi Kekurangan ASI

Dijelaskan Nurul, mengonsumsi
bahan makanan alami lebih mudah diserap dan lebih baik dibanding suplemen.
Makanan yang dimaksud tentu harus memenuhi kandungan gizi. Terdiri atas
mikronutrien atau zat gizi mikro yang meliputi vitamin dan mineral. Selain
membantu proses metabolisme zat gizi, keduanya bisa sebagai antioksidan yang
sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Beberapa vitamin dan mineral yang
berperan sebagai antioksidan terkandung dalam vitamin A seperti ubi, wortel,
bayam, brokoli, paprika merah. Lalu vitamin E seperti bayam, alpukat,
kacang-kacangan, dan vitamin C seperti jenis jeruk, stroberi, kiwi, tomat,
pepaya, mangga. Kemudian ada protein yang dapat membantu untuk memperkuat
sistem imun tubuh dengan mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan saat
tubuh sakit.

“Di vitamin B6 ada pada ayam,
tuna, salmon. Selenium di pisang, telur, susu, tuna, yogurt, zat besi di hati
sapi atau ayam, daging merah, kacang merah, terakhir ada zinc pada seafood,
susu, gandum, dan daging merah,” pungkas Nurul.

Terpopuler

Artikel Terbaru