29.8 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Bahaya Setop Minum Obat Hipertensi, Hati-hati Komplikasi

PROKALTENG.CO
– Sebagian pasien darah tinggi atau hipertensi memutuskan untuk berhenti minum
obat setelah satu tahun sakit. Alasannya macam-macam, salah satunya percaya
mitos terlalu banyak minum obat bisa mengganggu kesehatan ginjal.

Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 1,13 miliar populasi menderita
hipertensi. Data 2015 menunjukkan 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 perempuan,
menderita hipertensi.

Dokter
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Faris Basalamah, SpJP(K), spesialis di
Klinik Heartology Cardiovascular Center pada bidang intervensi jantung dan
elektrofisiologi mengatakan, kurang dari 1 penderita berhasil mengendalikan
hipertensi. Hipertensi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan peningkatan
resiko penyakit jantung, stroke,dan ginjal.

 â€œHipertensi merupakan penyebab utama kematian
prematur di dunia. Selama ini tekanan darah tinggi dapat diatasi dengan
perubahan pola makan atau konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah,” kata dr.
Faris kepada wartawan dalam webinar, Kamis (8/4).

Baca Juga :  Ajarkan Anak Pola Makan Seimbang dengan ‘Isi Piringku’

“Sayangnya,
hampir setengah dari semua pasien berhenti minum obat setelah satu tahun,”
tambahnya.

Menurut
dr. Faris, sehingga perubahan gaya hidup dan pengobatan tidak cukup mengendalikan
kondisi mereka. Akibatnya, komplikasi pun bisa menghantui salah satunya pada
ginjal mereka.

Mengendalikam
Hipertensi dengan Teknologi

Menurut
dr. Faris, sejumlah prosedur bisa diaplikasikan pada penderita hipertensi.
Salah satunya menggunakan gelombang radio yang dapat menghancurkan saraf-saraf
yang terlalu aktif di sekitar ginjal untuk membantu meredakan tekanan darah
tinggi alias hipertensi.

Prosedur
invasif minimal yang disebut dengan denervasi ginjal berbasis kateter
(catheter-based renal denervation) tersebut menggunakan probe atau semacam
kawat yang dimasukkan lewat arteri femoralis (arteri besar pada paha). Nantinya
dapat mengeluarkan ‘tembakan’ gelombang radio intens untuk menghancurkan
saraf-saraf di

Baca Juga :  Waspadai 5 Gejala Ringan Covid-19 Ini yang Sering Tak Disadari

sekitar
ginjal yang bertingkah terlalu aktif pada pasien hipertensi. Terutama yang
tidak mempan dengan beberapa obat penurun tekanan darah. Prosedur denervasi
ginjal juga membantu pasien hipertensi yang mempunyai efek samping dengan obat
konvensional dan pasien yang kesulitan mengkonsumsi obat hipertensi secara
patuh dalam jangka panjang.

“Tentu
aman untuk ginjal, tidak diperlukan implan ke ginjal atau arteri di dekat
ginjal, prosedur sekitar satu jam, hanya menginap 1-2 hari di rumah sakit serta
membantu menurunkan resiko kerusakan lebih lanjut pada jantung, ginjal dan
pembuluh darah,” ujarnya.

PROKALTENG.CO
– Sebagian pasien darah tinggi atau hipertensi memutuskan untuk berhenti minum
obat setelah satu tahun sakit. Alasannya macam-macam, salah satunya percaya
mitos terlalu banyak minum obat bisa mengganggu kesehatan ginjal.

Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 1,13 miliar populasi menderita
hipertensi. Data 2015 menunjukkan 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 perempuan,
menderita hipertensi.

Dokter
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Faris Basalamah, SpJP(K), spesialis di
Klinik Heartology Cardiovascular Center pada bidang intervensi jantung dan
elektrofisiologi mengatakan, kurang dari 1 penderita berhasil mengendalikan
hipertensi. Hipertensi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan peningkatan
resiko penyakit jantung, stroke,dan ginjal.

 â€œHipertensi merupakan penyebab utama kematian
prematur di dunia. Selama ini tekanan darah tinggi dapat diatasi dengan
perubahan pola makan atau konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah,” kata dr.
Faris kepada wartawan dalam webinar, Kamis (8/4).

Baca Juga :  Ajarkan Anak Pola Makan Seimbang dengan ‘Isi Piringku’

“Sayangnya,
hampir setengah dari semua pasien berhenti minum obat setelah satu tahun,”
tambahnya.

Menurut
dr. Faris, sehingga perubahan gaya hidup dan pengobatan tidak cukup mengendalikan
kondisi mereka. Akibatnya, komplikasi pun bisa menghantui salah satunya pada
ginjal mereka.

Mengendalikam
Hipertensi dengan Teknologi

Menurut
dr. Faris, sejumlah prosedur bisa diaplikasikan pada penderita hipertensi.
Salah satunya menggunakan gelombang radio yang dapat menghancurkan saraf-saraf
yang terlalu aktif di sekitar ginjal untuk membantu meredakan tekanan darah
tinggi alias hipertensi.

Prosedur
invasif minimal yang disebut dengan denervasi ginjal berbasis kateter
(catheter-based renal denervation) tersebut menggunakan probe atau semacam
kawat yang dimasukkan lewat arteri femoralis (arteri besar pada paha). Nantinya
dapat mengeluarkan ‘tembakan’ gelombang radio intens untuk menghancurkan
saraf-saraf di

Baca Juga :  Waspadai 5 Gejala Ringan Covid-19 Ini yang Sering Tak Disadari

sekitar
ginjal yang bertingkah terlalu aktif pada pasien hipertensi. Terutama yang
tidak mempan dengan beberapa obat penurun tekanan darah. Prosedur denervasi
ginjal juga membantu pasien hipertensi yang mempunyai efek samping dengan obat
konvensional dan pasien yang kesulitan mengkonsumsi obat hipertensi secara
patuh dalam jangka panjang.

“Tentu
aman untuk ginjal, tidak diperlukan implan ke ginjal atau arteri di dekat
ginjal, prosedur sekitar satu jam, hanya menginap 1-2 hari di rumah sakit serta
membantu menurunkan resiko kerusakan lebih lanjut pada jantung, ginjal dan
pembuluh darah,” ujarnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru