26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kata Ahli, Jangan Pilih-Pilih Vaksin Covid, Semua Lolos Uji Klinis

PROKALTENG.CO
– Sebagian besar orang di Indonesia belum divaksinasi Covid-19. Baru kelompok
prioritas yang masuk kategori vaksinasi seperti tenaga kesehatan, lansia, dan
pekerja di sektor publik.

Untuk
mencapai kekebalan kawanan atau herd immunity, diperlukan vaksinasi hingga 70
persen. Sehingga jika nanti sudah ada pada gilirannya untuk divaksinasi,
masyarakat diminta untuk tak memilih-milih ingin divaksinasi pakai vaksin yang
mana.

Ahli
Alergi dan Imunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI)
Prof Iris Rengganis menjelaskan, dengan vaksinasi diharapkan, virus bisa dieradikasi
atau lenyap dari muka bumi.

Misalnya
seperti vaksinasi polio, campak, dan cacar. Karena itu vaksinasi diharapkan
bisa menciptakan kekebalan kawanan. ’’Beberapa negara masih ada polio. Tapi
yamg jelas tak menyebabkan pandemi dengan adanya vaksinasi,’’ tutur Iris.

Dia
menambahkan, vaksin yang tersedia memang ada beberapa tipe. Lalu mana yang
terbaik? ’’Itu sangat tergantung kepada platform. Para pakar awalnya saat
Covid-19 muncul, mereka menemukan genom. Ini langkah awal menemukan vaksin,’’
katanya.

Baca Juga :  5 Manfaat Kayu Manis Untuk Kesehatan

Maka,
setelah itu dilakukannya semua rangkaian uji klinis dari mulai pra klinis, uji
klinis I, II, III dan seterusnya. Karena semuanya sudah lolos uji klinis, maka
masyarakat sebaiknya segera divaksinasi begitu gilirannya tiba.

Apalagi
vaksin yang diberikan sudah diberikan Izin Penggunaan Darurat (EUA) oleh Badan
Pengawasam Obat dan Makanan (BPOM). ’’Maka jangan memilih, mau yang ini deh mau
yang itu deh vaksin mana yang baik. Kita belum tahu mana yang terbaik,’’
tegasnya. ’’Yang jelas semua semua sudah lolos uji klinis, keamanan dan
imunogenisitas. Sudah melewati uji pada hewan lalu fase I dan fase II dengan
jumlah subjek yang lebih banyak,’’ tambahnya.

Baca Juga :  Simak Ini, Pertolongan Pertama Serangan Jantung

Sebelumnya,
Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan bahwa dari uji klinis fase 1 dan 2 di
Tiongkok yang melibatkan subjek lansia sebanyak sekitar 400 orang, menunjukkan
vaksin CoronaVac dari Sinovac yang diberikan dalam 2 dosis vaksin dengan jarak
28 hari memberi hasil imunogenisitas yang baik. Yaitu dengan seroconversion
rate setelah 28 hari pemberian dosis kedua adalah 97,96 persen
imunogenesitasnya

Imunogenisitas
adalah vaksin itu bagaimana direspons imun dari tubuh manusia atau hewan
lainnya. Penny memastikan keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik, serta
tidak ada efek samping serius derajat 3 yang dilaporkan akibat pemberian
vaksin.

’’Efek
samping yang umum terjadi berdasarkan uji klinik yang dilakukan, antara lain
nyeri pada tempat penyuntikan, mual, demam, bengkak, kemerahan pada kulit
sebesar 1,19 persen, dan sakit kepala sebesar 1,19 persen,’’ jelasnya. (*)

PROKALTENG.CO
– Sebagian besar orang di Indonesia belum divaksinasi Covid-19. Baru kelompok
prioritas yang masuk kategori vaksinasi seperti tenaga kesehatan, lansia, dan
pekerja di sektor publik.

Untuk
mencapai kekebalan kawanan atau herd immunity, diperlukan vaksinasi hingga 70
persen. Sehingga jika nanti sudah ada pada gilirannya untuk divaksinasi,
masyarakat diminta untuk tak memilih-milih ingin divaksinasi pakai vaksin yang
mana.

Ahli
Alergi dan Imunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI)
Prof Iris Rengganis menjelaskan, dengan vaksinasi diharapkan, virus bisa dieradikasi
atau lenyap dari muka bumi.

Misalnya
seperti vaksinasi polio, campak, dan cacar. Karena itu vaksinasi diharapkan
bisa menciptakan kekebalan kawanan. ’’Beberapa negara masih ada polio. Tapi
yamg jelas tak menyebabkan pandemi dengan adanya vaksinasi,’’ tutur Iris.

Dia
menambahkan, vaksin yang tersedia memang ada beberapa tipe. Lalu mana yang
terbaik? ’’Itu sangat tergantung kepada platform. Para pakar awalnya saat
Covid-19 muncul, mereka menemukan genom. Ini langkah awal menemukan vaksin,’’
katanya.

Baca Juga :  5 Manfaat Kayu Manis Untuk Kesehatan

Maka,
setelah itu dilakukannya semua rangkaian uji klinis dari mulai pra klinis, uji
klinis I, II, III dan seterusnya. Karena semuanya sudah lolos uji klinis, maka
masyarakat sebaiknya segera divaksinasi begitu gilirannya tiba.

Apalagi
vaksin yang diberikan sudah diberikan Izin Penggunaan Darurat (EUA) oleh Badan
Pengawasam Obat dan Makanan (BPOM). ’’Maka jangan memilih, mau yang ini deh mau
yang itu deh vaksin mana yang baik. Kita belum tahu mana yang terbaik,’’
tegasnya. ’’Yang jelas semua semua sudah lolos uji klinis, keamanan dan
imunogenisitas. Sudah melewati uji pada hewan lalu fase I dan fase II dengan
jumlah subjek yang lebih banyak,’’ tambahnya.

Baca Juga :  Simak Ini, Pertolongan Pertama Serangan Jantung

Sebelumnya,
Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan bahwa dari uji klinis fase 1 dan 2 di
Tiongkok yang melibatkan subjek lansia sebanyak sekitar 400 orang, menunjukkan
vaksin CoronaVac dari Sinovac yang diberikan dalam 2 dosis vaksin dengan jarak
28 hari memberi hasil imunogenisitas yang baik. Yaitu dengan seroconversion
rate setelah 28 hari pemberian dosis kedua adalah 97,96 persen
imunogenesitasnya

Imunogenisitas
adalah vaksin itu bagaimana direspons imun dari tubuh manusia atau hewan
lainnya. Penny memastikan keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik, serta
tidak ada efek samping serius derajat 3 yang dilaporkan akibat pemberian
vaksin.

’’Efek
samping yang umum terjadi berdasarkan uji klinik yang dilakukan, antara lain
nyeri pada tempat penyuntikan, mual, demam, bengkak, kemerahan pada kulit
sebesar 1,19 persen, dan sakit kepala sebesar 1,19 persen,’’ jelasnya. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru