27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 23, 2024

Kenali 4 Tipe Diabetes dan Cara Mendeteksinya Selain Lewat Tes Darah

Penyakit
diabetes saat ini semakin banyak diderita kaum muda karena gaya hidup tak
sehat. Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang dipengaruhi oleh pola makan tak
sehat. Kondisi itu memicu lonjakan gula darah tak terkendali.

Ahli
Endokrin dr. Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, FES mengatakan, penyakit
diabetes adalah ‘ibu dari segala penyakit’. Artinya penyakit ini bisa menjadi
ancaman komplikasi bagi penyakit lainnya.

“Dulu
diabetes artinya dari bahasa Yunani adalah artinya Mengalir. Pada 5 ribu tahun
yang lalu. Kemudian ada seorang dokter pada tahun 1.425 yang menambahkan dengan
kata Melitus yang artinya Manis. Jadi diabetes melitus adalah air yang mengalir
manis seperti madu,” katanya dalam konferensi pers virtual baru-baru ini.

Menurut
dr. Roy, diabetes terdiri dari 4 tipe. Yaitu diabetes tipe I umumnya diderita
oleh seseorang yang masih anak-anak. Mereka tak bisa hidup jika tak memakai
insulin (hormon yang keluar dari pankreas). Pankreasnya tak berfungsi.

Lalu
diabetes tipe II dimulai pada seseorang dengan umur lebih besar. Perut lebih
gemuk. Sehingga timbul kondisi insulin menjadi resisten. Mulailah kadar gula
melonjak.

Baca Juga :  Jangan Lewatkan Jam Makan, Berikut Pola Diet yang Tepat Selama Pandemi

Lalu
tipe III adalah diabetes yang tak diketahui atau tak bisa dikategorikan masuk
dalam tipe 1, 2, atau 4. Dan diabetes tipe IV terjadi pada seseorang yang
sedang hamil mengalami kondisi lonjakan gula darah. Kemudian setelah hamil
selesai, gula darah kembali turun.

“Maka
periksa gula darah puasa Anda. Puasa 10 jam, lalu ambil darah,” tegasnya.

“Kalau
gula darah Anda di atas 126 mg/dL ke atas, sudahlah, selamat datang di dunia
diabetes,” tambah dr. Roy.

Dia
menambahkan selain tes darah, bisa juga menguji seseorang terkena diabetes
dengan meminum minuman manis dengan gula 75 gram. Jika pankreasnya resisten
insulin, maka dia terkena diabetes.

“Tes
saja, suruh minum gula, dikasih 75 gram klepek-klepek. Sudah pasti diabetes.
Ciri khasnya pankreas enggak bekerja,” katanya.

Dan
ingat, di Indonesia, seseorang dalam kondisi pre-diabetes sangat banyak. Adalah
mereka yang tak sadar sudah nyaris terkena diabetes dan rentan terkena diabetes
jika pola makan tinggi gula, garam, dan lemak tak diubah. Dan hidup yang kurang
gerak juga memicu kondisi ini.

Baca Juga :  Tensi Tinggi, Waspada Preeklamsia saat Hamil Memasuki Usia 20 Minggu

“Pre
diabetes itu gula darahnya antara 101-126 Mg/dL. Itu banyak banget di
Indonesia. Indonesia paling banyak nomer 3 di dunia dengan kasus Pre-diabetes,”
jelasnya.

Jangan
Menunggu Gejala

Seseorang
yang terkena diabetes umumnya merasakan gejala seperti sering terbangun tengah
malam untuk buang air kecil. Sering lapar. Sering haus. Pandangan mata kabur.
Dan berat badan turun drastis. Sedangkan untuk seseorang dengan kondisi
pre-diabetes, hampir tidak sadar dengan gejala ini.

“Maka
saya selalu katakan, jangan menunggu gejala itu muncul. Ubahlah gaya hidup
kita, batasi dan cek gula darah,” tegas dr. Roy.

Jika
kita punya faktor risiko 2 hal misalnya keturunan dari orang tua dan kegemukan,
maka cek gula darah 2 kali setahun. Dan jika punya faktor risiko lainnya, cek
gula darah 3 kali dalam setahun.

Penyakit
diabetes saat ini semakin banyak diderita kaum muda karena gaya hidup tak
sehat. Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang dipengaruhi oleh pola makan tak
sehat. Kondisi itu memicu lonjakan gula darah tak terkendali.

Ahli
Endokrin dr. Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, FES mengatakan, penyakit
diabetes adalah ‘ibu dari segala penyakit’. Artinya penyakit ini bisa menjadi
ancaman komplikasi bagi penyakit lainnya.

“Dulu
diabetes artinya dari bahasa Yunani adalah artinya Mengalir. Pada 5 ribu tahun
yang lalu. Kemudian ada seorang dokter pada tahun 1.425 yang menambahkan dengan
kata Melitus yang artinya Manis. Jadi diabetes melitus adalah air yang mengalir
manis seperti madu,” katanya dalam konferensi pers virtual baru-baru ini.

Menurut
dr. Roy, diabetes terdiri dari 4 tipe. Yaitu diabetes tipe I umumnya diderita
oleh seseorang yang masih anak-anak. Mereka tak bisa hidup jika tak memakai
insulin (hormon yang keluar dari pankreas). Pankreasnya tak berfungsi.

Lalu
diabetes tipe II dimulai pada seseorang dengan umur lebih besar. Perut lebih
gemuk. Sehingga timbul kondisi insulin menjadi resisten. Mulailah kadar gula
melonjak.

Baca Juga :  Jangan Lewatkan Jam Makan, Berikut Pola Diet yang Tepat Selama Pandemi

Lalu
tipe III adalah diabetes yang tak diketahui atau tak bisa dikategorikan masuk
dalam tipe 1, 2, atau 4. Dan diabetes tipe IV terjadi pada seseorang yang
sedang hamil mengalami kondisi lonjakan gula darah. Kemudian setelah hamil
selesai, gula darah kembali turun.

“Maka
periksa gula darah puasa Anda. Puasa 10 jam, lalu ambil darah,” tegasnya.

“Kalau
gula darah Anda di atas 126 mg/dL ke atas, sudahlah, selamat datang di dunia
diabetes,” tambah dr. Roy.

Dia
menambahkan selain tes darah, bisa juga menguji seseorang terkena diabetes
dengan meminum minuman manis dengan gula 75 gram. Jika pankreasnya resisten
insulin, maka dia terkena diabetes.

“Tes
saja, suruh minum gula, dikasih 75 gram klepek-klepek. Sudah pasti diabetes.
Ciri khasnya pankreas enggak bekerja,” katanya.

Dan
ingat, di Indonesia, seseorang dalam kondisi pre-diabetes sangat banyak. Adalah
mereka yang tak sadar sudah nyaris terkena diabetes dan rentan terkena diabetes
jika pola makan tinggi gula, garam, dan lemak tak diubah. Dan hidup yang kurang
gerak juga memicu kondisi ini.

Baca Juga :  Tensi Tinggi, Waspada Preeklamsia saat Hamil Memasuki Usia 20 Minggu

“Pre
diabetes itu gula darahnya antara 101-126 Mg/dL. Itu banyak banget di
Indonesia. Indonesia paling banyak nomer 3 di dunia dengan kasus Pre-diabetes,”
jelasnya.

Jangan
Menunggu Gejala

Seseorang
yang terkena diabetes umumnya merasakan gejala seperti sering terbangun tengah
malam untuk buang air kecil. Sering lapar. Sering haus. Pandangan mata kabur.
Dan berat badan turun drastis. Sedangkan untuk seseorang dengan kondisi
pre-diabetes, hampir tidak sadar dengan gejala ini.

“Maka
saya selalu katakan, jangan menunggu gejala itu muncul. Ubahlah gaya hidup
kita, batasi dan cek gula darah,” tegas dr. Roy.

Jika
kita punya faktor risiko 2 hal misalnya keturunan dari orang tua dan kegemukan,
maka cek gula darah 2 kali setahun. Dan jika punya faktor risiko lainnya, cek
gula darah 3 kali dalam setahun.

Terpopuler

Artikel Terbaru