PROKALTENG.CO
– Tubuh kerdil atau stunting pada anak dipastikan akan mengganggu tumbuh
kembangnya. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan lebih rentan sakit
dan daya kognitif atau kecerdasannya juga akan menurun.
Hal
itu diungkap dalam webinar Global Forum Human Capital Project 2021 yang
diselenggarakan secara virtual baru-baru ini. Masalah stunting harus mulai
digenjot pada seribu hari pertama kelahiran.
Stunting
disebabkan banyak faktor. Salah satunya adalah kemiskinan. Saat ini, Indonesia
terus mendorong konvergensi program penurunan stunting dari pusat hingga
tingkat desa, agar bisa menyasar sasaran program rumah tangga 1.000 hari
pertama kehidupan (1.000 HPK).
“Kami
tidak akan setengah-setengah dalam menuntaskan persoalan ini (stunting). Segala
daya upaya akan kami kerahkan untuk menurunkan angka stunting ke level 14
persen di tahun 2024 mendatang,†kata Deputi Bidang Dukungan Kebijakan
Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden
Suprayoga Hadi.
Dalam
forum yang dihadiri 79 negara tersebut itu Suprayoga menyebut stunting
berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan
produktivitas. Jangka panjang, akan menghambat pertumbuhan ekonomi, dan
meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan di tingkat negara.
“Stunting
harus segera diatasi. Apalagi mulai 2030 Indonesia akan menghadapi bonus
demografi. Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan menjadi ancaman besar
bagi bonus demografi tersebut. Indonesia harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya
bonus demografi itu,†tegasnya.
Suprayoga
memaparkan, keseriusan Indonesia dalam menuntaskan stunting ditunjukkan melalui
komitmen pimpinan nasional yang telah menetapkan bahwa prevalensi stunting
untuk dapat diturunkan dari 27,7 persen di tahun 2019 menjadi 14 persen di
tahun 2024, yang didukung peningkatan alokasi pendanaan yang terdesentralisasi
ke daerah dan desa. Langkah ini ditujukan untuk mempercepat upaya penurunan stunting
di Indonesia hingga level desa.
Dalam
presentasinya, Suprayoga menyebut bahwa selain komitmen di tingkat nasional,
kepala daerah menjadi motor bergulirnya program penurunan stunting yang
menyasar keluarga 1.000 HPK. Saat ini, tercatat 358 dari 514 pemimpin daerah
berkomitmen mempercepat program pencegahan stunting.
Sementara
itu, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen
mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat terkait
pengembangan modal manusia, khususnya dalam penanganan stunting. Bank Dunia,
kata dia, mendukung Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan Stunting
di mana 23 Kementerian bekerja sama dalam melaksanakan berbagai program.