26.7 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

80 Persen Anak Muda Dikatakan Alami Penurunan Mental Selama Pandemi

PROKALTENG.CO
– Dampak pandemi memang bukan hanya memukul sektor usaha dan kesehatan. Tapi
juga ikut memengaruhi kesehatan mental seseorang. Termasuk generasi muda yang
seharusnya bisa meraih berbagai kesempatan di luar rumah tapi tertahan karena
pandemi Covid-19.

Dalam
laporan Risiko Global 2021 (Global Risks Report 2021), yang diterbitkan oleh
World Economic Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich) tercatat, 80
persen anak muda di seluruh dunia tercatat mengalami penurunan kondisi
kesehatan mental selama pandemi. Bahkan, kekecewaan yang dirasakan anak muda
dan memburuknya kesehatan mental juga disorot sebagai top global blind spot
atau risiko global yang paling terabaikan selama pandemi.

Laporan
tersebut juga mengatakan, memburuknya kondisi kesehatan mental anak muda ini
diakibatkan oleh prospek ekonomi dan pendidikan yang terbatas. Terhambatnya
pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran yang
signifikan. Generasi muda yang baru memasuki dunia kerja terpukul keras oleh
situasi ini.

Baca Juga :  Ini Beberapa Manfaat Jika Anda Mengkonsumsi Madu

Bahkan,
pelajar yang baru lulus dan memasuki dunia kerja cenderung berpenghasilan lebih
rendah dari rekan-rekan mereka lainnya. Bahkan, menganggur selama satu bulan
pada usia 18-20 tahun, yang diprediksi bisa menyebabkan hilangnya pendapatan
sebesar 2 persen secara permanen di masa mendatang.

Terlebih
bagi generasi muda yang tinggal di kawasan terpencil. Risiko pengangguran ini
berpotensi bisa menjadi semakin serius dengan adanya kesenjangan digital selama
pandemi. Ketika anak muda di perkotaan lebih cepat beradaptasi dan berkembang
di tengah digitalisasi, tapi mereka yang di pedesaan masih kesulitan
mengimbangi minimnya akses dan infrastruktur digital.

Di
Indonesia sendiri, data dari telemedicine Halodoc menunjukkan, peningkatan
konsultasi terkait kesehatan mental. Yakni meningkat hingga 300 persen selama
pandemi. Lonjakan drastis tersebut pun membuat layanan konsultasi kesehatan
mental menjadi satu dari lima layanan konsultasi yang paling banyak digunakan
pasien.

Baca Juga :  5 Gejala Diabetes Tahap Awal yang Sering Diabaikan

“Kami
menemukan bahwa pandemi telah menghadapkan generasi muda di seluruh dunia pada
tantangan yang sangat besar, dan tanpa terkecuali generasi muda di Indonesia,”
ujar Hassan Karim, Direktur Utama Adira Insurance, bagian dari Zurich Group.

Menurutnya,
kualitas hidup generasi muda merupakan hal yang sangat penting, mengingat bahwa
merekalah yang akan memimpin negeri ini pada 20 hingga 30 tahun mendatang.
Dengan Visi Generasi Emas Indonesia 2045, situasi ini menjadi kian menantang
dan semakin penting untuk ditangani. Untuk itu, tidak bisa diselesaikan secara
individual.

PROKALTENG.CO
– Dampak pandemi memang bukan hanya memukul sektor usaha dan kesehatan. Tapi
juga ikut memengaruhi kesehatan mental seseorang. Termasuk generasi muda yang
seharusnya bisa meraih berbagai kesempatan di luar rumah tapi tertahan karena
pandemi Covid-19.

Dalam
laporan Risiko Global 2021 (Global Risks Report 2021), yang diterbitkan oleh
World Economic Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich) tercatat, 80
persen anak muda di seluruh dunia tercatat mengalami penurunan kondisi
kesehatan mental selama pandemi. Bahkan, kekecewaan yang dirasakan anak muda
dan memburuknya kesehatan mental juga disorot sebagai top global blind spot
atau risiko global yang paling terabaikan selama pandemi.

Laporan
tersebut juga mengatakan, memburuknya kondisi kesehatan mental anak muda ini
diakibatkan oleh prospek ekonomi dan pendidikan yang terbatas. Terhambatnya
pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran yang
signifikan. Generasi muda yang baru memasuki dunia kerja terpukul keras oleh
situasi ini.

Baca Juga :  Ini Beberapa Manfaat Jika Anda Mengkonsumsi Madu

Bahkan,
pelajar yang baru lulus dan memasuki dunia kerja cenderung berpenghasilan lebih
rendah dari rekan-rekan mereka lainnya. Bahkan, menganggur selama satu bulan
pada usia 18-20 tahun, yang diprediksi bisa menyebabkan hilangnya pendapatan
sebesar 2 persen secara permanen di masa mendatang.

Terlebih
bagi generasi muda yang tinggal di kawasan terpencil. Risiko pengangguran ini
berpotensi bisa menjadi semakin serius dengan adanya kesenjangan digital selama
pandemi. Ketika anak muda di perkotaan lebih cepat beradaptasi dan berkembang
di tengah digitalisasi, tapi mereka yang di pedesaan masih kesulitan
mengimbangi minimnya akses dan infrastruktur digital.

Di
Indonesia sendiri, data dari telemedicine Halodoc menunjukkan, peningkatan
konsultasi terkait kesehatan mental. Yakni meningkat hingga 300 persen selama
pandemi. Lonjakan drastis tersebut pun membuat layanan konsultasi kesehatan
mental menjadi satu dari lima layanan konsultasi yang paling banyak digunakan
pasien.

Baca Juga :  5 Gejala Diabetes Tahap Awal yang Sering Diabaikan

“Kami
menemukan bahwa pandemi telah menghadapkan generasi muda di seluruh dunia pada
tantangan yang sangat besar, dan tanpa terkecuali generasi muda di Indonesia,”
ujar Hassan Karim, Direktur Utama Adira Insurance, bagian dari Zurich Group.

Menurutnya,
kualitas hidup generasi muda merupakan hal yang sangat penting, mengingat bahwa
merekalah yang akan memimpin negeri ini pada 20 hingga 30 tahun mendatang.
Dengan Visi Generasi Emas Indonesia 2045, situasi ini menjadi kian menantang
dan semakin penting untuk ditangani. Untuk itu, tidak bisa diselesaikan secara
individual.

Terpopuler

Artikel Terbaru