Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mewajibkan penggunaan masker untuk menangkal penyebaran
virus Korona dari droplet (percikan saat orang batuk, bersin, dan bicara).
Masker kain diperuntukkan masyarakat umum, sedangkan masker bedah untuk tenaga
medis. Ternyata, daya jangkau lompatan virus Korona menembus dari balik masker
bisa dipengaruhi dari jenis kainnya.
Para
peneliti membuat kelompok jenis-jenis masker dari kainnya. Para peneliti
menganalisis mana merupakan masker terbaik dan terburuk untuk meminimalkan
penyebaran tetesan dari batuk atau bersin untuk mengurangi penularan virus.
Dilansir
dari Mirror, Jumat (3/7), studi yang diterbitkan dalam jurnal Physics of Fluids
itu menemukan bahwa jika seseorang batuk berpotensi menyebarkan virus Korona
hingga 12 kaki atau sekitar 3,6 meter. Kondisi itu bisa terjadi jika mulut dan
hidung manusia tidak terhalang masker.
Virus
Korona ditemukan dalam tetesan pernapasan yang dikeluarkan oleh orang yang
terinfeksi selama batuk, bersin, atau bahkan berbicara dan bernapas. Peneliti
utama studi Dr Stella Batalama di Florida Atlantic University (FAU) di AS,
mengatakan para peneliti telah menunjukkan bagaimana masker mampu secara
signifikan mengurangi kecepatan lompatan tetesan pernapasan.
Tim
peneliti menggunakan teknik yang disebut visualisasi aliran dalam pengaturan
laboratorium di mana mereka menggunakan campuran air suling dan gliserin untuk
menghasilkan kabut sintetis untuk meniru tetesan batuk. Mereka menggunakan
manekin untuk mensimulasikan batuk dan bersin, sebelum memvisualisasikan
tetesan yang dikeluarkan dari mulutnya.
Ketika
orang tidak mengenakan masker, peneliti memproyeksikan tetesan virus bisa
melompat 3,65 meter, dalam waktu sekitar 50 detik. Tetesan tetap menggantung di
udara hingga tiga menit di lingkungan sekitarnya.
Para
peneliti mengatakan pengamatan mereka menunjukkan bahwa pedoman jarak sosial
saat ini perlu diperbarui. Bukan lagi 1-2 meter.
“Yang
penting, baik jumlah dan konsentrasi tetesan akan berkurang dengan meningkatnya
jarak, semakin jauh akan semakin baik. Itu merupakan alasan mendasar di balik
jarak sosial diberlakukan,†kata Pemimpin studi Dr Siddhartha Verma yang
merupakan asisten profesor di FAU.
“Selain
memberikan indikasi awal tentang efektivitas masker, visual yang digunakan
dalam penelitian kami dapat membantu menyampaikan kepada masyarakat umum
mengapa penting untuk tetap pakai masker dan menjaga jarak,†katanya.
Lalu
mana masker yang terbaik?
1.
Masker 2 Lapis
Penutup
masker yang dijahit menggunakan dua lapis kain katun dengan ditempatkan di
berbagai manekin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masker wajah ini bisa
memberikan kemampuan menghentikan minimal untuk tetesan pernapasan. Dan virus
hanya melompat 6 centimeter.
2.
Masker Berbentuk Kerucut
Masker
dengan bentuk kerucut mancung di bagian depan terbukti menjadi yang paling
efektif. Masker ini mampu secara signifikan membatasi kecepatan dan jangkauan
lompatan droplet. Meskipun tetap hati-hati bisa ada beberapa kebocoran melalui
celah masker di sepanjang tepi. Virus bisa saja melompat 20 centimeter.
3.
Sapu Tangan
Dengan
sapu tangan berbahan katun yang dilipat, virus bisa bisa melompat di bawah 40
centimeter.