PROKALTENG.CO – Saat ini Pemerintah tengah memasifkan vaksinasi Covid-19 terhadap masyarakat. Vaksin diberikan dua dosis atau dua kali kepada setiap individu.
Seperti diketahui, saat ini vaksin yang digunakan di Indonesia pun tak hanya satu macam. Tetapi ada beberapa macam dengan produsen yang berbeda pula. Sehingga tak heran jika kemudian muncul pertanyaan, apakah boleh dan aman jika vaksin pertama dan kedua berbeda?
Berdasar penelitian Oxford University, menyatakan bahwa tidak perlu takut jika vaksin pertama dan kedua berbeda. Sebab hal itu justru dipercaya membuat daya perlindungannya lebih kuat, jika dibandingkan dengan pemberian vaksin jenis yang sama.
Namun penelitian itu tampaknya tidak terhadap semua kombinasi vaksin. Tapi, hanya pada vaksin Covid-19 yang diproduksi AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech.
Penelitian yang diberi nama Com-Cov tersebut mengamati tiga kelompok. Yaitu, kelompok yang diberi dua dosis AstraZeneca, kelompok yang diberi dua dosis Pfizer-BioNTech, serta kelompok yang diberi Astra Zeneca di dosis pertama dan diberi Pfizer-BioNTech pada dosis kedua. Antara dosis pertama dan kedua, rentang waktunya 4 pekan.
“Ini tentu menggembirakan bahwa antibodi dan respons sel T ini terlihat bagus dengan campuran vaksin tersebut,” ujar Profesor Matthew Snape dari Oxford seperti dikutip BBC.
Itu menjadi kabar baik bagi beberapa negara Eropa yang menawarkan vaksin selain AstraZeneca kepada penduduknya. Ada peluang kecil AstraZeneca bisa menyebabkan pembekuan darah. Karena itu, mereka yang sudah mendapatkan dosis pertama dan ketakutan divaksin AstraZeneca lagi bisa ditawarkan merek vaksin lain. Spanyol dan Jerman, misalnya, menawarkan Pfizer atau Moderna untuk dosis kedua.
Hasil penelitian tersebut membuat program vaksinasi lebih fleksibel. Meski begitu, Snape tetap menyarankan agar proses vaksinasi sesuai rencana semula. Yaitu, dengan dosis dari jenis yang sama.
Mereka yang sudah divaksin lengkap dengan AstraZeneca juga bisa memiliki imunitas lebih kuat jika diberi suntikan booster vaksin jenis lain 6 bulan kemudian. Tapi, tentu dengan syarat, jika persediaan vaksin di negara yang bersangkutan sudah berlebih. Sebab, dengan booster artinya satu orang mendapatkan tiga dosis.