OLAHRAGA telah menjadi bagian penting dalam gaya hidup sehat. Di antara berbagai pilihan aktivitas fisik, berlari dan berjalan merupakan dua jenis olahraga yang paling populer. Keduanya merupakan aktivitas kardiovaskular yang baik untuk kesehatan.
Namun, masyarakat seringkali bertanya, diantara berlari dan berjalan, manakah yang lebih efektif dalam membakar lemak? Mari simak penjelasan dibawah!
Sumber Energi Ketika Berlari dan Berjalan
Mengutip penjelasan dari dr. Sung melalui kanal YouTube SB30Health, tubuh memiliki dua cara utama untuk mendapatkan energi saat berolahraga:
- Oxidative Phosphorylation (Aerobik)
Proses ini terjadi ketika tubuh memiliki cukup oksigen untuk menghasilkan energi. Pada proses ini, sekitar 80% energi yang digunakan berasal dari lemak dan 15% dari glukosa.
Aktivitas low-intensity exercise (olahraga dengan intensitas rendah) seperti berjalan cenderung memanfaatkan cara ini dalam mendapatkan energi.
- Glikolisis (Anaerobik)
Proses glikolisis terjadi ketika tubuh kekurangan oksigen, atau disebut sebagai proses anaerobik. Dalam proses ini, tubuh lebih mengandalkan glukosa atau gula sebagai sumber energi utama.
Selain itu, proses glikolisis juga dapat menyebabkan penumpukan asam laktat, yang bisa memicu nyeri otot setelah berolahraga, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa.
Aktivitas dengan intensitas tinggi seperti berlari menggunakan mekanisme ini untuk mendapatkan energi.
Berlari vs Berjalan dalam Pembakaran Lemak
Banyak yang beranggapan bahwa berlari pasti lebih efektif dalam membakar lemak lebih banyak karena lebih intens dan menghasilkan lebih banyak keringat.
Namun, pada kenyataannya, berjalan justru lebih unggul dalam hal pembakaran lemak dibandingkan berlari.
Ketika berjalan, detak jantung cenderung berada di bawah 120 bpm yang mana kita akan bernafas lebih stabil. Dengan begitu, tubuh tidak akan kesulitan dalam menarik oksigen untuk proses mendapatkan energi.
Dalam kondisi tersebut, tubuh akan melakukan proses Oxidative Phosphorylation (Aerobik) yang mana mengandalkan lemak sebagai sumber energi utama.
Sebaliknya, saat berlari, detak jantung bisa naik hingga 140-160 bpm. Hal ini membuat kita bernafas lebih cepat dan tubuh kekurangan oksigen.
Dengan begitu, tubuh akan menggunakan proses Glikolisis (Anaerobik) yang mana akan lebih banyak membakar karbohidrat atau glukosa daripada lemak.
Manfaat Jangka Panjang dan Risiko Cedera
Studi menunjukkan bahwa berlari dapat meningkatkan kesehatan jantung hingga 45%. Namun, dalam hal penurunan berat badan dan pembakaran lemak, konsistensi olahraga lebih penting.
Berjalan menawarkan keuntungan karena risiko cedera lebih rendah dibandingkan berlari. Selain itu, berjalan juga lebih mudah diatur intensitasnya tanpa risiko kelelahan atau cedera yang besar, seperti yang sering terjadi pada pelari.
Jadi, Mana yang Lebih Efektif?
Jika tujuan utama kamu adalah membakar lemak secara efektif dan menjaga kesehatan dalam jangka panjang, berjalan menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan berlari.
Selain membakar lebih banyak lemak, berjalan juga memiliki risiko cedera yang lebih rendah dan cocok untuk berbagai tingkatan kebugaran. (mg11/jpg)