32.9 C
Jakarta
Sunday, April 20, 2025

Kue Keranjang: Tak Sekadar Hidangan Manis Imlek

TAHUN Baru Imlek tak lengkap tanpa kehadiran kue keranjang, makanan khas yang selalu menjadi bagian dari perayaan. Kue yang dikenal juga sebagai dodol China ini bukan sekadar camilan manis, tetapi memiliki makna mendalam dalam tradisi masyarakat Tionghoa.

Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang disebut Nian Gao atau Niangao, yang berarti “kue tahun.” Selain sebagai hidangan khas, kue ini memiliki filosofi keberuntungan dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru.

Penuh Makna dan Harapan

Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula, memberikan tekstur kenyal yang khas. Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, nama Nian Gao memiliki pelafalan yang mirip dengan kata gao, yang berarti tinggi.

Oleh karena itu, kue ini melambangkan harapan agar pendapatan, kedudukan, dan kehidupan seseorang semakin meningkat di tahun yang baru.

Selain itu, menyantap kue keranjang saat Imlek dipercaya membawa keberuntungan. Bentuknya yang bulat tanpa ujung mencerminkan kebersamaan keluarga yang erat sepanjang tahun.

Membagikan kue keranjang juga menjadi simbol berbagi rezeki dan kemakmuran, dengan harapan bahwa keberuntungan tidak hanya datang untuk si pemberi, tetapi juga bagi penerimanya.

Baca Juga :  Bisa Dicoba! Ini Resep Sajian Daging Kambing Muda untuk Iduladha

Tekstur kue keranjang yang kenyal dan lembut melambangkan keuletan, kegigihan, dan daya juang tinggi. Sementara itu, susunannya yang bertingkat dan mengerucut mencerminkan rezeki dan kemakmuran yang terus meningkat.

Bahkan, proses pembuatannya yang membutuhkan waktu lama mengajarkan makna kesabaran dan ketekunan dalam mencapai hasil terbaik.

Sejarah Panjang dan Tradisi yang Terus Berlanjut

Di balik kelezatannya, kue keranjang memiliki cerita unik dalam budaya Tionghoa. Konon, dalam kepercayaan masyarakat, Dewa Dapur bertugas mengawasi perilaku manusia selama satu tahun penuh. Menjelang pergantian tahun, ia akan kembali ke Kaisar Langit untuk melaporkan segala perbuatan baik dan buruk manusia.

Agar laporan Dewa Dapur tetap baik, masyarakat Tionghoa menyajikan kue keranjang sebagai persembahan. Tekstur kue yang lengket dipercaya bisa “menutup mulut” Dewa Dapur, sehingga ia hanya menyampaikan hal-hal baik kepada Kaisar Langit.

Baca Juga :  Hadir di Palangka Raya, Bakwan A'long, Jajanan Khas Pontianak yang Pen

Inilah alasan mengapa kue keranjang selalu hadir dalam upacara persembahyangan leluhur yang dilakukan sejak tujuh hari sebelum Imlek.

Tradisi yang Terus Hidup dalam Setiap Perayaan Imlek

Hingga kini, tradisi menikmati dan berbagi kue keranjang terus berlanjut setiap perayaan Tahun Baru Imlek.

Kehadirannya bukan hanya sebagai makanan penutup yang lezat, tetapi juga sebagai simbol keberuntungan, kebersamaan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Rasa manisnya melambangkan kebahagiaan, sementara daya tahannya yang lama menjadi simbol hubungan yang awet dan berkualitas.

Setiap gigitan kue keranjang membawa makna mendalam, mengingatkan bahwa kesuksesan dan kemakmuran membutuhkan kesabaran, kerja keras, serta dukungan keluarga.

Dengan berbagai filosofi yang terkandung di dalamnya, kue keranjang menjadi lebih dari sekadar sajian manis, melainkan bagian dari warisan budaya yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. (jpg)

TAHUN Baru Imlek tak lengkap tanpa kehadiran kue keranjang, makanan khas yang selalu menjadi bagian dari perayaan. Kue yang dikenal juga sebagai dodol China ini bukan sekadar camilan manis, tetapi memiliki makna mendalam dalam tradisi masyarakat Tionghoa.

Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang disebut Nian Gao atau Niangao, yang berarti “kue tahun.” Selain sebagai hidangan khas, kue ini memiliki filosofi keberuntungan dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru.

Penuh Makna dan Harapan

Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula, memberikan tekstur kenyal yang khas. Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, nama Nian Gao memiliki pelafalan yang mirip dengan kata gao, yang berarti tinggi.

Oleh karena itu, kue ini melambangkan harapan agar pendapatan, kedudukan, dan kehidupan seseorang semakin meningkat di tahun yang baru.

Selain itu, menyantap kue keranjang saat Imlek dipercaya membawa keberuntungan. Bentuknya yang bulat tanpa ujung mencerminkan kebersamaan keluarga yang erat sepanjang tahun.

Membagikan kue keranjang juga menjadi simbol berbagi rezeki dan kemakmuran, dengan harapan bahwa keberuntungan tidak hanya datang untuk si pemberi, tetapi juga bagi penerimanya.

Baca Juga :  Bisa Dicoba! Ini Resep Sajian Daging Kambing Muda untuk Iduladha

Tekstur kue keranjang yang kenyal dan lembut melambangkan keuletan, kegigihan, dan daya juang tinggi. Sementara itu, susunannya yang bertingkat dan mengerucut mencerminkan rezeki dan kemakmuran yang terus meningkat.

Bahkan, proses pembuatannya yang membutuhkan waktu lama mengajarkan makna kesabaran dan ketekunan dalam mencapai hasil terbaik.

Sejarah Panjang dan Tradisi yang Terus Berlanjut

Di balik kelezatannya, kue keranjang memiliki cerita unik dalam budaya Tionghoa. Konon, dalam kepercayaan masyarakat, Dewa Dapur bertugas mengawasi perilaku manusia selama satu tahun penuh. Menjelang pergantian tahun, ia akan kembali ke Kaisar Langit untuk melaporkan segala perbuatan baik dan buruk manusia.

Agar laporan Dewa Dapur tetap baik, masyarakat Tionghoa menyajikan kue keranjang sebagai persembahan. Tekstur kue yang lengket dipercaya bisa “menutup mulut” Dewa Dapur, sehingga ia hanya menyampaikan hal-hal baik kepada Kaisar Langit.

Baca Juga :  Hadir di Palangka Raya, Bakwan A'long, Jajanan Khas Pontianak yang Pen

Inilah alasan mengapa kue keranjang selalu hadir dalam upacara persembahyangan leluhur yang dilakukan sejak tujuh hari sebelum Imlek.

Tradisi yang Terus Hidup dalam Setiap Perayaan Imlek

Hingga kini, tradisi menikmati dan berbagi kue keranjang terus berlanjut setiap perayaan Tahun Baru Imlek.

Kehadirannya bukan hanya sebagai makanan penutup yang lezat, tetapi juga sebagai simbol keberuntungan, kebersamaan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Rasa manisnya melambangkan kebahagiaan, sementara daya tahannya yang lama menjadi simbol hubungan yang awet dan berkualitas.

Setiap gigitan kue keranjang membawa makna mendalam, mengingatkan bahwa kesuksesan dan kemakmuran membutuhkan kesabaran, kerja keras, serta dukungan keluarga.

Dengan berbagai filosofi yang terkandung di dalamnya, kue keranjang menjadi lebih dari sekadar sajian manis, melainkan bagian dari warisan budaya yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru