25.9 C
Jakarta
Thursday, April 18, 2024

Batal Coaching Clinic di Jakarta, Happy di Surabaya

Seluruh dunia mengenal Diego Armando Maradona. Tetapi, tidak semua
negara beruntung pernah disinggahi legenda sepak bola yang meninggal karena
serangan jantung pada Rabu malam (25/11) lalu. Indonesia termasuk yang
berbangga.

 

——————–

TUJUH tahun lalu, Maradona sempat mampir ke tanah air. Tepatnya selama
empat hari pada 29 Juni hingga 2 Juli 2013. Untuk dua hari pertama serasa
dilupakan. Sebab, kapten timnas Argentina kala menjuarai Piala Dunia 1986 itu
dalam mood yang
tidak baik saat tiba di Jakarta.

Akibatnya, beberapa agendanya terpaksa batal. Salah satunya, coaching clinic di
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Dia hanya datang dan menyapa
penggemarnya di Stadion Gelora Bung Karno, serta sempat melakukan tendangan
bola di atas karpet merah, tapi tak sampai melaksanakan pelatihan singkat
seperti yang dijadwalkan sebelumnya.

Bahkan imbas suasana hati yang tidak enak itu pula yang membuat Maradona
batal berkunjung ke Medan dan Makassar. Salah satu pemicunya adalah dia tidak
ingin terbang lagi dalam waktu lama. Akhirnya, untuk dua hari terakhir di
Indonesia, pria kelahiran Lanus 30 Oktober 1960 itu terbang ke Surabaya yang
hanya memakan waktu sekitar satu jam dari Jakarta.

”Saat itu, sebenarnya suasana hatinya belum pulih. Siang saat dia tiba
di Surabaya, wajahnya lebih banyak murung,” tutur Sidik Tualeka, mantan
wartawan Jawa Pos yang waktu itu kedapatan tugas menemani Maradona di Surabaya.

Tetapi, mood Maradona
membaik dalam acara gala
dinner
 malam harinya di Hotel JW Marriott. Apalagi, ketika
band pengiring melantunkan beberapa lagu Amerika Latin. Salah satunya, Volare.
Maradona ikut bernyanyi.

Baca Juga :  PSSI Usulkan Sosok Soeratin menjadi Pahlawan Nasional

Ada lagi momen saat gala
dinner
 yang membuat Maradona happy. Yaitu, ketika awak media
menyanyikan ”Ho Visto Maradona”. Itu merupakan ”lagu wajib” ultras SSC Napoli
ketika menyaksikan Maradona tampil di Stadio San Paolo, Napoli.

Oh mama, mama, mama

Oh mama, mama, mama

Sai perche mi batte il Corazon

Ho visto Maradona

Ho visto Maradona

We mamma, innamorato So

 

Kala itu, mantan gelandang serang Persebaya Mario Karlovic yang jadi
pemandu. Suaranya pelan, tetapi secara tidak langsung sukses memancing awak
media untuk mengikutinya.

Lantaran paduan suara dadakan itu kian kencang, terdengar oleh Maradona.
Mantan bintang FC Barcelona dan Boca Juniors tersebut semakin bersemangat.

”Bahkan, Maradona bernyanyi sambil mengisap cerutu dengan raut wajah
bahagia. Mungkin, dia seperti bernostalgia ketika masih membela Napoli,” beber
Tualeka yang kini menjabat sebagai asisten manajer Persebaya Surabaya.

Apa yang terjadi dalam gala
dinner
 itu berimbas positif kepada agenda coaching clinic keesokan
harinya. Bertempat di lapangan Tugu Pahlawan, Surabaya, Maradona langsung turun
tangan memberi materi dasar seperti mengoper, dribel, hingga pergerakan tanpa
bola kepada ratusan anak-anak yang begitu antusias.

Meski, ada keterbatasan komunikasi di antara mereka serta cuaca yang
gerimis. ”Bahasa sepak bola yang menyatukan mereka. Indonesia pasti masuk
kenangan Maradona hingga akhir hayatnya,” klaim Tualeka.

Muhammad Zein Alhadad, pelatih nasional yang saat itu bertugas sebagai
ketua panpel coaching
clinic
 di Tugu Pahlawan turut memberikan testimoni. Menurut
pria yang akrab disapa Mamak tersebut, Maradona yang datang bersama kekasih dan
asisten pribadi mengajukan beberapa permintaan selama di Surabaya.

Baca Juga :  Susah Payah Maju ke Babak Kedua

”Sesudah sampai di hotel pagi harinya, tiba-tiba dia minta sepatu dan
baju merek kesukaannya, saya lupa apa. Padahal, setahu saya, Maradona biasa
membawa sendiri perlengkapannya,” tuturnya.

Akhirnya, bersama asisten Maradona, dia langsung berangkat ke Tunjungan
Plaza untuk mencari sepatu dan baju seperti yang diinginkan pemilik julukan El
Pibe de Oro itu.

Permintaan aneh Maradona tak berhenti sampai di situ. Setelah Mamak
membawakan sepatu dan baju yang diinginkan, Maradona kembali meminta hal lain.
Salah satunya disediakan alat karaoke khusus di kamar hotelnya. ”Untungnya,
pihak hotel mau. Kami langsung siapkan semuanya,” ucapnya.

Mamak pun tak mau ke mana-mana setelah itu. Dia tetap stand by di lobi hotel
sebagai antisipasi kalau Maradona tiba-tiba meminta sesuatu lagi.

”Dia sempat panggil saya ke kamar. Ngobrol-ngobrol, saya lupa ngobrolin
apa. Pokoknya seputaran bola. Dia terlihat senang saat itu karena bisa
bernyanyi di kamarnya. Banyak ketawa-tawa juga,” bebernya.

Kabar kepergian Maradona tak pelak membuat Mamak sedih. Selain
kehilangan sosok pesepak bola hebat, dia merasa Maradona adalah pria yang ramah
dan humoris meski hanya berbicara beberapa jam.

”Dia
orang baik, tetapi memang nyeleneh. Dia juga sangat peduli dengan sepak bola
karena dia mewanti-wanti kepada kami hanya mau mengajar anak kecil (saat coaching clinic) dan bukan
pesepak bola usia muda,” papar mantan pelatih Persija dan Persida Sidoarjo itu.

Seluruh dunia mengenal Diego Armando Maradona. Tetapi, tidak semua
negara beruntung pernah disinggahi legenda sepak bola yang meninggal karena
serangan jantung pada Rabu malam (25/11) lalu. Indonesia termasuk yang
berbangga.

 

——————–

TUJUH tahun lalu, Maradona sempat mampir ke tanah air. Tepatnya selama
empat hari pada 29 Juni hingga 2 Juli 2013. Untuk dua hari pertama serasa
dilupakan. Sebab, kapten timnas Argentina kala menjuarai Piala Dunia 1986 itu
dalam mood yang
tidak baik saat tiba di Jakarta.

Akibatnya, beberapa agendanya terpaksa batal. Salah satunya, coaching clinic di
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Dia hanya datang dan menyapa
penggemarnya di Stadion Gelora Bung Karno, serta sempat melakukan tendangan
bola di atas karpet merah, tapi tak sampai melaksanakan pelatihan singkat
seperti yang dijadwalkan sebelumnya.

Bahkan imbas suasana hati yang tidak enak itu pula yang membuat Maradona
batal berkunjung ke Medan dan Makassar. Salah satu pemicunya adalah dia tidak
ingin terbang lagi dalam waktu lama. Akhirnya, untuk dua hari terakhir di
Indonesia, pria kelahiran Lanus 30 Oktober 1960 itu terbang ke Surabaya yang
hanya memakan waktu sekitar satu jam dari Jakarta.

”Saat itu, sebenarnya suasana hatinya belum pulih. Siang saat dia tiba
di Surabaya, wajahnya lebih banyak murung,” tutur Sidik Tualeka, mantan
wartawan Jawa Pos yang waktu itu kedapatan tugas menemani Maradona di Surabaya.

Tetapi, mood Maradona
membaik dalam acara gala
dinner
 malam harinya di Hotel JW Marriott. Apalagi, ketika
band pengiring melantunkan beberapa lagu Amerika Latin. Salah satunya, Volare.
Maradona ikut bernyanyi.

Baca Juga :  PSSI Usulkan Sosok Soeratin menjadi Pahlawan Nasional

Ada lagi momen saat gala
dinner
 yang membuat Maradona happy. Yaitu, ketika awak media
menyanyikan ”Ho Visto Maradona”. Itu merupakan ”lagu wajib” ultras SSC Napoli
ketika menyaksikan Maradona tampil di Stadio San Paolo, Napoli.

Oh mama, mama, mama

Oh mama, mama, mama

Sai perche mi batte il Corazon

Ho visto Maradona

Ho visto Maradona

We mamma, innamorato So

 

Kala itu, mantan gelandang serang Persebaya Mario Karlovic yang jadi
pemandu. Suaranya pelan, tetapi secara tidak langsung sukses memancing awak
media untuk mengikutinya.

Lantaran paduan suara dadakan itu kian kencang, terdengar oleh Maradona.
Mantan bintang FC Barcelona dan Boca Juniors tersebut semakin bersemangat.

”Bahkan, Maradona bernyanyi sambil mengisap cerutu dengan raut wajah
bahagia. Mungkin, dia seperti bernostalgia ketika masih membela Napoli,” beber
Tualeka yang kini menjabat sebagai asisten manajer Persebaya Surabaya.

Apa yang terjadi dalam gala
dinner
 itu berimbas positif kepada agenda coaching clinic keesokan
harinya. Bertempat di lapangan Tugu Pahlawan, Surabaya, Maradona langsung turun
tangan memberi materi dasar seperti mengoper, dribel, hingga pergerakan tanpa
bola kepada ratusan anak-anak yang begitu antusias.

Meski, ada keterbatasan komunikasi di antara mereka serta cuaca yang
gerimis. ”Bahasa sepak bola yang menyatukan mereka. Indonesia pasti masuk
kenangan Maradona hingga akhir hayatnya,” klaim Tualeka.

Muhammad Zein Alhadad, pelatih nasional yang saat itu bertugas sebagai
ketua panpel coaching
clinic
 di Tugu Pahlawan turut memberikan testimoni. Menurut
pria yang akrab disapa Mamak tersebut, Maradona yang datang bersama kekasih dan
asisten pribadi mengajukan beberapa permintaan selama di Surabaya.

Baca Juga :  Susah Payah Maju ke Babak Kedua

”Sesudah sampai di hotel pagi harinya, tiba-tiba dia minta sepatu dan
baju merek kesukaannya, saya lupa apa. Padahal, setahu saya, Maradona biasa
membawa sendiri perlengkapannya,” tuturnya.

Akhirnya, bersama asisten Maradona, dia langsung berangkat ke Tunjungan
Plaza untuk mencari sepatu dan baju seperti yang diinginkan pemilik julukan El
Pibe de Oro itu.

Permintaan aneh Maradona tak berhenti sampai di situ. Setelah Mamak
membawakan sepatu dan baju yang diinginkan, Maradona kembali meminta hal lain.
Salah satunya disediakan alat karaoke khusus di kamar hotelnya. ”Untungnya,
pihak hotel mau. Kami langsung siapkan semuanya,” ucapnya.

Mamak pun tak mau ke mana-mana setelah itu. Dia tetap stand by di lobi hotel
sebagai antisipasi kalau Maradona tiba-tiba meminta sesuatu lagi.

”Dia sempat panggil saya ke kamar. Ngobrol-ngobrol, saya lupa ngobrolin
apa. Pokoknya seputaran bola. Dia terlihat senang saat itu karena bisa
bernyanyi di kamarnya. Banyak ketawa-tawa juga,” bebernya.

Kabar kepergian Maradona tak pelak membuat Mamak sedih. Selain
kehilangan sosok pesepak bola hebat, dia merasa Maradona adalah pria yang ramah
dan humoris meski hanya berbicara beberapa jam.

”Dia
orang baik, tetapi memang nyeleneh. Dia juga sangat peduli dengan sepak bola
karena dia mewanti-wanti kepada kami hanya mau mengajar anak kecil (saat coaching clinic) dan bukan
pesepak bola usia muda,” papar mantan pelatih Persija dan Persida Sidoarjo itu.

Terpopuler

Artikel Terbaru