Persebaya Surabaya menyampaikan pesan tegas jelang bergulirnya Super League 2025/2026. Klub kebanggaan Bonek ini menyatakan sikap nol toleransi terhadap segala bentuk tindakan rasisme.
Pernyataan itu dikeluarkan menyusul insiden tak pantas yang terjadi saat Team Launching Game melawan PSS Sleman pada 19 Juli lalu. Dalam momen tersebut, terdengar nyanyian bernada rasis dari sejumlah oknum suporter.
Manajemen Persebaya Surabaya langsung merespons kejadian itu dengan permintaan maaf secara terbuka. Mereka menegaskan hal tersebut tidak mencerminkan semangat dan nilai yang dijunjung oleh Persebaya Surabaya selama ini.
“Persebaya meminta maaf secara luas kepada kelompok, kota, atau etnis lain yang menjadi korban nyanyian rasis dan kebencian,” tulis klub dalam pernyataan resminya.
Mereka juga berkomitmen untuk melawan tindakan buruk serupa di musim ini dan seterusnya.
Surabaya sebagai rumah besar bagi masyarakat yang heterogen menjadi dasar dari sikap tegas ini. Kota Pahlawan sudah lama dikenal sebagai tempat bersatunya berbagai suku dan etnis dalam harmoni yang kuat.
Warga Jawa, Madura, Melayu, Sunda, Bugis, Ambon, Papua, Arab, hingga Tionghoa hidup berdampingan dan tumbuh bersama di Surabaya. Inilah nilai-nilai keberagaman yang seharusnya menjadi identitas Arek-Arek Suroboyo.
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan pun, Surabaya tidak berjuang sendiri.Bung Tomo bersama pejuang dari berbagai latar belakang seperti Madura, Ambon, Papua, Arab, hingga Tionghoa, turut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Fakta historis itu menunjukkan Surabaya adalah simbol keberanian sekaligus kebersamaan. Maka dari itu, tidak pantas jika ada perilaku diskriminatif atau superioritas etnis di tengah atmosfer sepak bola.
Persebaya Surabaya menegaskan sepak bola seharusnya jadi ruang inklusif bagi siapa pun. Tidak boleh ada tempat bagi nyanyian bernada provokatif yang merendahkan atau mengajak membenci kelompok lain.
Rasisme bukanlah bagian dari kreativitas tribun. Justru hal itu mencoreng semangat persaudaraan yang seharusnya diusung oleh suporter sejati.
Sebagai klub yang lahir dari perjuangan rakyat dan didukung masyarakat luas, Persebaya Surabaya merasa perlu memberikan teladan. Termasuk dalam menciptakan atmosfer stadion yang aman, damai, dan bebas diskriminasi.
Komitmen Persebaya Surabaya untuk memberantas rasisme ditegaskan menjelang musim baru Super League 2025/2026. Klub akan memastikan tidak ada lagi ruang untuk tindakan intoleran, baik di lapangan maupun di tribun.
Tema Anniversary Persebaya Surabaya ke-98 tahun ini, “Football for Humanity, Persebaya untuk Semua”, bukan sekadar slogan. Ini adalah prinsip hidup yang akan dijalankan klub secara nyata dan konsisten.
Persebaya Surabaya mengajak seluruh elemen pendukung untuk kembali ke esensi sepak bola sebagai alat pemersatu. Tidak ada satu pun kelompok atau kota yang pantas jadi korban kebencian hanya karena perbedaan.
Sikap ini juga menjadi refleksi bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam berekspresi. Suara dari tribun seharusnya menggelorakan semangat dan sportivitas, bukan menyulut konflik atau menyebar kebencian.
Persebaya Surabaya menyadari pembenahan harus dimulai dari dalam. Oleh karena itu, manajemen akan melakukan edukasi dan pengawasan ketat terhadap seluruh kegiatan pendukung klub.
Langkah-langkah antisipatif akan diperkuat sepanjang musim Super League 2025/2026 berlangsung. Tujuannya jelas: menghapus budaya rasisme dari dunia sepak bola Indonesia, dimulai dari Surabaya.
Bonek sebagai pendukung setia Persebaya Surabaya juga diharapkan ikut menjaga komitmen ini. Menjadi suporter cerdas, kritis, tapi tetap beradab dan penuh respek terhadap lawan.
Rivalitas seharusnya berhenti di garis putih lapangan. Setelah itu, semua pihak tetap saudara dalam ikatan satu bangsa, satu tanah air.
Dengan permintaan maaf yang tulus dan komitmen yang kuat, Persebaya Surabaya memulai musim baru dengan semangat baru. Sepak bola bukan untuk memecah, tapi menyatukan.
Super League 2025/2026 akan jadi ajang pembuktian Persebaya Surabaya tak hanya kuat di lapangan, tapi juga kuat dalam nilai-nilai kemanusiaan.
Karena sejatinya, kemenangan yang paling berharga adalah ketika kita mampu menjaga kemanusiaan dan menghormati sesama.
Persebaya Surabaya, dengan segala kebesaran sejarah dan suporternya, siap jadi pelopor sepak bola yang inklusif dan bebas rasisme. Ini bukan hanya untuk klub, tapi untuk masa depan sepak bola Indonesia yang lebih dewasa.
Dengan semangat “Persebaya untuk Semua”, mari songsong musim baru dengan lebih baik, lebih bersih, dan lebih bermartabat. Karena Surabaya bukan hanya milik satu etnis, tapi rumah besar bagi semua.(jpc)