27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Jangan Terlena Gelar Perdana

PARIS– Euforia kemenangan Praveen Jordan/Melati
Daeva Oktavianti di Denmark Open 2019 belum reda. Maklum, Indonesia tidak
pernah lagi merasakan gelar dari sektor ganda campuran setelah Liliyana Natsir
pensiun. Sayang, kita semua harus move on. Lanjutan tur Eropa, French Open,
bergulir  di Stade Pierre de Coubertin,
Paris, Prancis.

Tapi memang tidak bisa dimungkiri, gelar
perdana Praveen/Melati membuat badminton lovers kembali menaruh harapan tinggi
pada pasangan tersebut. Mereka terbukti sudah mampu melewati dua rintangan
mengerikan: Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping
sekaligus. Mestinya, kali ini bisa juara lagi.

“Hasil di Denmark Open cukup
menggembirakan. Ini melebihi harapan saya yang minta mereka miniminal tembus
semifinal,” ujar Richard Mainaky, pelatih ganda campuran pelatnas, ketika
dihubungi kemarin. “Saya berharap di Prancis mereka main lepas. Tidak
terbebani setelah menjuarai Denmark Open,” lanjut Icad, sapaannya.

Sebagai pelatih, Richard lebih takjub pada
upaya anak buahnya mengalahkan dua pasangan Tiongkok yang hampir tidak
tertandingi oleh siapapun. Selama ini Richard sudah mencari-cari formula yang
pas untuk mengimbangi Zheng/Huang maupun Wang/Huang yang seperti tak punya
titik lemah. “Itu yang lebih membanggakan,” ucap pelatih asal Ternate
itu.

Baca Juga :  Aston Villa Keok

Sayang, prestasi itu tidak serta merta membuat
Richard mencabut Surat Peringkatan 2 (SP) yang terlanjur dilayangkan kepada
Praveen. Sebab, sudah terlanjur diproses. SP2 merupakan peringkatan keras
kepada atlet atas tindakan yang dianggap kelewat batas. Jika diulang, dia bisa
dikeluarkan dari pelatnas.

Richard menganggap masalah Praveen sudah
selesai. Sebab, pemain 25 tahun itu sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan
mengulangi. Setelah berbicara empat mata dengan Richard, Praveen juga
menunjukkan perubahan sikap.  

“Soal hasil (dari perubahan sikap) kita
belum bisa menilai secepat itu, ya. Tapi yang jelas anak-anak sudah siap dari
sejak saya beri briefing. Mereka lebih profesonal dan siap bertanggung jawab
dengan kewajiban mereka sebagai atlet pelatnas,” papar Richard. “Tapi
aturan saya tetap berjalan,” tegas dia.

Di French Open ini, dia berharap anak buahnya bisa
mencapai semifinal. Ini tidak cuma berlaku untuk Praveen/Melati, tapi juga
pasangan lain. Misalnya Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Tontowi
Ahmad/Winny Oktavina Kandow, dan bahkan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.

Baca Juga :  Kabar Buruk Buat Napoli Jelang Bertamu ke Kandang Barcelona

Dalam turnamen berlevel super 750 itu,
Pramel—sebutan Praveen/Melati—berada di pul bawah bersama Owi/Winny. Jika
sama-sama berhasil melewati babak pertama, mereka akan duel di babak 16 besar.
Asyiknya, Wang/Huang absen. Pasangan Thailand Dechapol Puavanukroh/Sapsiree
Taerattanachai naik menjadi unggulan kedua.        

Pramel punya peluang kalau menghadapi pasangan
asal Thailand itu di babak perempat final. Head to head seimbang, dua kali
menang, dua kali kalah. Kali terakhir bertemu di Japan Open September lalu,
Praveen/Melati menang mudah 21-15, 21-15. Jika bisa mengatasi pasangan nomor
tiga dunia itu, kans Pramel ke final sangat terbuka.

French Open tahun lalu meninggalkan memori yang
tidak terlalu manis buat skuad Indonesia. Kita gagal merebut satu gelar pun.
Kans terbaik didapatkan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang
menembus final. Sayang, mereka kalah oleh Han Chengkai/Zhou Haodong.
(feb/na/jpg)

PARIS– Euforia kemenangan Praveen Jordan/Melati
Daeva Oktavianti di Denmark Open 2019 belum reda. Maklum, Indonesia tidak
pernah lagi merasakan gelar dari sektor ganda campuran setelah Liliyana Natsir
pensiun. Sayang, kita semua harus move on. Lanjutan tur Eropa, French Open,
bergulir  di Stade Pierre de Coubertin,
Paris, Prancis.

Tapi memang tidak bisa dimungkiri, gelar
perdana Praveen/Melati membuat badminton lovers kembali menaruh harapan tinggi
pada pasangan tersebut. Mereka terbukti sudah mampu melewati dua rintangan
mengerikan: Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping
sekaligus. Mestinya, kali ini bisa juara lagi.

“Hasil di Denmark Open cukup
menggembirakan. Ini melebihi harapan saya yang minta mereka miniminal tembus
semifinal,” ujar Richard Mainaky, pelatih ganda campuran pelatnas, ketika
dihubungi kemarin. “Saya berharap di Prancis mereka main lepas. Tidak
terbebani setelah menjuarai Denmark Open,” lanjut Icad, sapaannya.

Sebagai pelatih, Richard lebih takjub pada
upaya anak buahnya mengalahkan dua pasangan Tiongkok yang hampir tidak
tertandingi oleh siapapun. Selama ini Richard sudah mencari-cari formula yang
pas untuk mengimbangi Zheng/Huang maupun Wang/Huang yang seperti tak punya
titik lemah. “Itu yang lebih membanggakan,” ucap pelatih asal Ternate
itu.

Baca Juga :  Aston Villa Keok

Sayang, prestasi itu tidak serta merta membuat
Richard mencabut Surat Peringkatan 2 (SP) yang terlanjur dilayangkan kepada
Praveen. Sebab, sudah terlanjur diproses. SP2 merupakan peringkatan keras
kepada atlet atas tindakan yang dianggap kelewat batas. Jika diulang, dia bisa
dikeluarkan dari pelatnas.

Richard menganggap masalah Praveen sudah
selesai. Sebab, pemain 25 tahun itu sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan
mengulangi. Setelah berbicara empat mata dengan Richard, Praveen juga
menunjukkan perubahan sikap.  

“Soal hasil (dari perubahan sikap) kita
belum bisa menilai secepat itu, ya. Tapi yang jelas anak-anak sudah siap dari
sejak saya beri briefing. Mereka lebih profesonal dan siap bertanggung jawab
dengan kewajiban mereka sebagai atlet pelatnas,” papar Richard. “Tapi
aturan saya tetap berjalan,” tegas dia.

Di French Open ini, dia berharap anak buahnya bisa
mencapai semifinal. Ini tidak cuma berlaku untuk Praveen/Melati, tapi juga
pasangan lain. Misalnya Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Tontowi
Ahmad/Winny Oktavina Kandow, dan bahkan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.

Baca Juga :  Kabar Buruk Buat Napoli Jelang Bertamu ke Kandang Barcelona

Dalam turnamen berlevel super 750 itu,
Pramel—sebutan Praveen/Melati—berada di pul bawah bersama Owi/Winny. Jika
sama-sama berhasil melewati babak pertama, mereka akan duel di babak 16 besar.
Asyiknya, Wang/Huang absen. Pasangan Thailand Dechapol Puavanukroh/Sapsiree
Taerattanachai naik menjadi unggulan kedua.        

Pramel punya peluang kalau menghadapi pasangan
asal Thailand itu di babak perempat final. Head to head seimbang, dua kali
menang, dua kali kalah. Kali terakhir bertemu di Japan Open September lalu,
Praveen/Melati menang mudah 21-15, 21-15. Jika bisa mengatasi pasangan nomor
tiga dunia itu, kans Pramel ke final sangat terbuka.

French Open tahun lalu meninggalkan memori yang
tidak terlalu manis buat skuad Indonesia. Kita gagal merebut satu gelar pun.
Kans terbaik didapatkan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang
menembus final. Sayang, mereka kalah oleh Han Chengkai/Zhou Haodong.
(feb/na/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru