Site icon Prokalteng

Dua Kali Draw, Kobar Juara Sepak Sawut Ditentukan dengan Lempar Koin

dua-kali-draw-kobar-juara-sepak-sawut-ditentukan-dengan-lempar-koin

PALANGKA RAYA- Perburuan gelar juara masih dilakukan
masing-masing kontingen Festval Budaya Isen Mulang (FBIM) tahun 2019. Salah
satunya cabang sepak sawut. Gelar juara berhasil diraih kontingen Kotawaringin
Barat (Kobar). Serunya, Kabupaten Kobar mendapatkan gelar juara 1 setelah adu
keberuntungan melempar koin dengan Kabupaten Kotim, pada pertandingan yang
digelar Kamis malam (20/6).

“Tadi mereka tandingnya draw, setelah itu adu penalti
juga draw, akhirnya mencoba menggunakan lempar koin,” kata salah satu
wasit sepak sawut, Ardiansyah.

Cabang lomba sepak sawut diikuti oleh 5 kabupaten yakni
Kabupaten Kotim, Kota Palangka Raya, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Barito Utara
dan Kabupaten Kobar. Kobar pulang dengan membawa gelar juara 1, Kotim juara 2
dan Barito Utara juara 3.

Ardiansyah mengungkapkan sepak sawut merupakan kearifan
lokal yang harus tetap dilestarikan. Dijelaskan, Sepak sawut menggunakan buah
kelapa tua dengan balutan kobaran api sebagai bolanya. Sepak sawut mempunyai
panjang lapangan 30 m, lebar lapangan 15 m, lebar gawang 3 m dan tinggi gawang
2 m. Pemain berjumlah 5 orang dan 2 orang cadangan. Untuk waktu permainan 2
kali 10 serta istirahat 5 menit.

“Kebanyakan orang mengira permainan sepak sawut ini
mirip dengan futsal. Tetapi sebenarnya berbeda, mulai dari segi peraturan
sampai sistem permainannya.” kata Ardiansyah.

Sementara itu, Yas (21) salah satu pemain sepak sawut dari
Kotim mengakui bermain sepak sawut mempunyai kesulitan tersendiri, berbeda dari
bermain futsal biasanya. Hal ini dikarenakan keadaan bola yang keras ditambah
lagi dengan balutan kobaran api.

“Jadi waktu nendang tidak bisa terlalu keras, kan
bolanya berat dan sakit juga di kaki,” ungkapnya kepada Kalteng Pos.co.

Yas juga mengakui, ia
dan teman-teman satu timnya menggunakan lotion dan pasta gigi untuk dioles di
badan yang diperkirakan akan mengenai bola. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya luka bakar. “Tapi bulu kaki tetap terbakar,”
katanya seraya tertawa. (atm/OL)

Exit mobile version