32.6 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Tiket Olimpiade, Baru Eko Yuli yang Aman

JAKARTA- Tim nasional angkat besi Indonesia
hanya memiliki waktu dua bulan untuk mempersiapkan diri terjun di Kejuaraan
Dunia 2019 di Pattaya, Thailand, September mendatang.

Kejuaraan tersebut bakal menjadi ajang
perebutan tiket ke Olimpiade Tokyo 2020 yang sangat sengit.

“Itu target kami juga. Meloloskan atlet
sebanyak-banyaknya ke Olimpiade,” jelas Dirdja Wihardja, kepala pelatih
pelatnas angkat besi, Jumat (14/6).

Hingga saat ini, baru Eko Yuli Irawan yang
posisinya aman. Untuk sementara, dia menduduki peringkat ketiga di klasemen
kualifikasi Tokyo 2020.

Rahmat Erwin Abdullah juga relatif aman. Lifter
kelas 73 kg itu menduduki peringkat keenam klasemen.

Peringkatnya jauh lebih bagus daripada
seniornya, Triyatno, yang di urutan 21. Sementara itu, Deni yang kini terjun di
kelas 67 kg ada di peringkat 14.

Bagaimana cara mendongkrak poin? Satu-satunya
cara tentu dengan menaikkan angkatan dan meraih medali di kejuaraan
dunia.Sebagai langkah awal, mereka harus mengembalikan total angkatan terbaik
yang pernah dibuat sebelumnya.

Baca Juga :  Kinerja Pesepakbola di Lapangan Dapat Memengaruhi Pasangannya

Di kelas lamanya, 69 kg, Deni mampu membukukan
325 kg. Sementara itu, Triyatno pernah mengangkat hingga total 340 kg.

“Atlet angkat besi ini punya rekam jejak
yang harus diulang. Saya rasa perubahan kelas tidak jadi masalah. Mereka harus
membuat prestasi yang pernah dicapai itu,” jelas Dirdja. 

Dirdja mengakui punya segudang PR untuk
mengembalikan angkatan mereka. Salah satunya adalah perbaikan teknik.

Namun, porsi latihan untuk setiap individu
berbeda. Sebab, kebutuhan tiap lifter juga berbeda.

Misalnya Deni. Dia harus memperbanyak latihan
dasar untuk meningkatkan power. Beda lagi dengan Eko.

Juara dunia 2018 itu sudah tidak punya problem
dengan teknik. Fokus dia adalah mempertahankan berat badannya supaya tidak
overweight.

Untuk Erwin yang usianya masih 18 tahun harus
menjalani latihan pembentukan otot.Di sisi lain, Windy Cantika Aisah yang baru
menginjak usia 17 tahun harus dipantau agar angkatannya tidak terlalu
melesat.Langkah itu untuk menjaga agar perkembangan lifter kelas 49 kg tersebut
tidak instan sehingga masih bisa berkembang di masa depan.

Baca Juga :  Masih di Puncak, Hanya Unggul Selisih Gol

“Rata-rata yang harus ditingkatkan adalah
kepercayaan diri mereka ketika bertanding. Kami punya tim psikologi yang bisa
membantu untuk mengatasi itu,” ucap Dirdja.

Lifter kelas +87 kg Nurul Akmal mengakui beban
yang dipikulnya. Untuk kelas baru ini total angkatan terbaiknya baru 260 kg.
Dia menempati peringkat 16.Sangat jauh jika dibandingkan dengan Tatiana
Kashirina, si penguasa kelas +87 kg, yang total angkatannya mencapai 331 kg.
Dia punya target sendiri untuk mengatrol posisi.

“Soal berapa
(targetnya) rahasia. Nanti lawan bisa tahu,” ucap Nurul. (feb/na/jpg)

JAKARTA- Tim nasional angkat besi Indonesia
hanya memiliki waktu dua bulan untuk mempersiapkan diri terjun di Kejuaraan
Dunia 2019 di Pattaya, Thailand, September mendatang.

Kejuaraan tersebut bakal menjadi ajang
perebutan tiket ke Olimpiade Tokyo 2020 yang sangat sengit.

“Itu target kami juga. Meloloskan atlet
sebanyak-banyaknya ke Olimpiade,” jelas Dirdja Wihardja, kepala pelatih
pelatnas angkat besi, Jumat (14/6).

Hingga saat ini, baru Eko Yuli Irawan yang
posisinya aman. Untuk sementara, dia menduduki peringkat ketiga di klasemen
kualifikasi Tokyo 2020.

Rahmat Erwin Abdullah juga relatif aman. Lifter
kelas 73 kg itu menduduki peringkat keenam klasemen.

Peringkatnya jauh lebih bagus daripada
seniornya, Triyatno, yang di urutan 21. Sementara itu, Deni yang kini terjun di
kelas 67 kg ada di peringkat 14.

Bagaimana cara mendongkrak poin? Satu-satunya
cara tentu dengan menaikkan angkatan dan meraih medali di kejuaraan
dunia.Sebagai langkah awal, mereka harus mengembalikan total angkatan terbaik
yang pernah dibuat sebelumnya.

Baca Juga :  Kinerja Pesepakbola di Lapangan Dapat Memengaruhi Pasangannya

Di kelas lamanya, 69 kg, Deni mampu membukukan
325 kg. Sementara itu, Triyatno pernah mengangkat hingga total 340 kg.

“Atlet angkat besi ini punya rekam jejak
yang harus diulang. Saya rasa perubahan kelas tidak jadi masalah. Mereka harus
membuat prestasi yang pernah dicapai itu,” jelas Dirdja. 

Dirdja mengakui punya segudang PR untuk
mengembalikan angkatan mereka. Salah satunya adalah perbaikan teknik.

Namun, porsi latihan untuk setiap individu
berbeda. Sebab, kebutuhan tiap lifter juga berbeda.

Misalnya Deni. Dia harus memperbanyak latihan
dasar untuk meningkatkan power. Beda lagi dengan Eko.

Juara dunia 2018 itu sudah tidak punya problem
dengan teknik. Fokus dia adalah mempertahankan berat badannya supaya tidak
overweight.

Untuk Erwin yang usianya masih 18 tahun harus
menjalani latihan pembentukan otot.Di sisi lain, Windy Cantika Aisah yang baru
menginjak usia 17 tahun harus dipantau agar angkatannya tidak terlalu
melesat.Langkah itu untuk menjaga agar perkembangan lifter kelas 49 kg tersebut
tidak instan sehingga masih bisa berkembang di masa depan.

Baca Juga :  Masih di Puncak, Hanya Unggul Selisih Gol

“Rata-rata yang harus ditingkatkan adalah
kepercayaan diri mereka ketika bertanding. Kami punya tim psikologi yang bisa
membantu untuk mengatasi itu,” ucap Dirdja.

Lifter kelas +87 kg Nurul Akmal mengakui beban
yang dipikulnya. Untuk kelas baru ini total angkatan terbaiknya baru 260 kg.
Dia menempati peringkat 16.Sangat jauh jika dibandingkan dengan Tatiana
Kashirina, si penguasa kelas +87 kg, yang total angkatannya mencapai 331 kg.
Dia punya target sendiri untuk mengatrol posisi.

“Soal berapa
(targetnya) rahasia. Nanti lawan bisa tahu,” ucap Nurul. (feb/na/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru