32.2 C
Jakarta
Saturday, August 9, 2025

Start Pahit Persebaya di Super League

PROKALTENG.CO – Persebaya Surabaya harus menelan pil pahit di laga pembuka Super League 2025/26 setelah kalah tipis 0-1 dari PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jumat (8/8/2025) malam.

Gol telat Ezequiel Pulga Vidal di masa injury time babak kedua membungkam ribuan Bonek-Bonita yang sudah bersiap merayakan kemenangan.

Hasil ini menjadi pukulan bagi Green Force yang sebenarnya tampil dominan di babak pertama.

Pelatih Eduardo Perez pun menegaskan kekalahan tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk menurunkan semangat tim di laga-laga berikutnya.

Berikut tiga fakta kekalahan Persebaya Surabaya dari PSIM yang membuat start musim ini jauh dari harapan. Fakta ini menjadi catatan penting bagi Eduardo Perez untuk memperbaiki performa skuadnya agar kembali ke jalur kemenangan.

Gagal Cetak Gol di Babak Pertama

Pertama, Persebaya Surabaya gagal memanfaatkan dominasi di babak pertama. Sejak peluit awal dibunyikan, tuan rumah langsung mengambil inisiatif serangan dan mengurung pertahanan PSIM.

Peluang emas didapat pada menit ke-17 lewat sepakan keras Bruno Moreira yang sayangnya hanya membentur mistar gawang.

Tekanan demi tekanan terus diberikan, tetapi penyelesaian akhir yang tumpul membuat kedudukan tetap 0-0 hingga turun minum.

Eduardo Perez menilai performa di babak pertama sebenarnya sudah sesuai rencana yang disiapkan. Menurutnya, jika satu peluang bisa menjadi gol, jalannya pertandingan akan sangat berbeda.

“Jika kami mencetak gol di babak pertama, pertandingan akan sangat berbeda. Tentu saya kecewa dengan hasil ini, tetapi performa babak pertama adalah gambaran yang perlu kami pertahankan,” ujar Eduardo Perez, dikutip dari Radar Surabaya (8/8/2025).

Baca Juga :  Soal Lanjutan Liga 1 dan Liga 2, APPI Beri Masukan Begini ke PSSI

Kehilangan Kendali di Babak Kedua

Kedua, Persebaya Surabaya kehilangan kendali permainan di babak kedua. PSIM yang awalnya bermain bertahan mulai berani keluar menyerang dan memanfaatkan celah di lini tengah lawan.

Kesalahan Persebaya Surabaya adalah terlalu banyak berlari tanpa penguasaan bola yang efektif, sehingga stamina cepat terkuras.

Situasi ini membuat serangan balik PSIM semakin berbahaya dan kerap mengancam gawang tim tuan rumah.

Gol penentu PSIM lahir pada menit ke-90+2 melalui skema yang sederhana namun mematikan. Umpan matang Dede Sapari dituntaskan dengan sundulan Vidal yang tak mampu diantisipasi kiper Persebaya Surabaya.

Kehilangan konsentrasi di menit akhir menjadi pelajaran mahal bagi Green Force. Satu momen kelengahan membuat tiga poin yang sudah di depan mata melayang begitu saja.

Pekerjaan Rumah Eduardo Perez

Ketiga, faktor mental menjadi pekerjaan rumah besar bagi Eduardo Perez.

Meski skuad Persebaya Surabaya berjuang keras, kegagalan mencetak gol dan kebobolan di detik akhir menunjukkan kurangnya ketenangan dalam situasi krusial.

Eduardo Perez menegaskan dalam sepak bola tidak ada waktu untuk mencari alasan. Bagi pelatih asal Spanyol ini, setiap kekalahan harus segera dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan.

Dia juga meminta maaf kepada para suporter setia Persebaya Surabaya yang hadir memenuhi stadion. Eduardo Perez mengakui ekspektasi Bonek-Bonita sangat tinggi, dan tim pun sebenarnya sama-sama menginginkan kemenangan.

Baca Juga :  Eduardo Perez Siapkan Kejutan Persebaya Surabaya di Super League 2025/2026

Namun, mantan asisten pelatih tim nasional Indonesia itu mengingatkan perjalanan musim masih panjang. Baginya, yang terpenting adalah menjaga motivasi dan mental bertarung di setiap pertandingan.

“Besok kami mulai berlatih lagi. Kami perlu meningkatkan banyak hal. Dalam sepak bola, tidak ada waktu untuk mencari alasan. Kami harus terus berjuang,” ujar Eduardo Perez usai pertandingan.

Dia berharap dukungan suporter tidak surut meski hasil perdana mengecewakan.

Kekalahan dari PSIM memang menjadi awal yang pahit bagi Persebaya Surabaya di musim ini. Tapi dari tiga fakta di atas, terlihat jelas masalah yang harus segera dibenahi agar Green Force kembali tajam dan solid.

Dominasi tanpa gol, hilangnya kendali permainan di babak kedua, serta rapuhnya konsentrasi di menit akhir adalah kombinasi yang harus diatasi.

Jika tidak, bukan hanya kemenangan yang sulit diraih, tapi juga kepercayaan diri pemain bisa terkikis.

Laga berikutnya akan menjadi ujian mental bagi Persebaya Surabaya. Apakah mereka bisa bangkit dari kekalahan ini atau justru terpuruk lebih dalam, semua akan terjawab di pertandingan mendatang.

Bagi Bonek-Bonita, hasil ini memang menyakitkan, tapi dukungan tanpa henti tetap menjadi modal utama tim kebanggaan Kota Pahlawan ini.

Seperti optimisme Eduardo Perez, perjalanan musim masih panjang dan perjuangan baru saja dimulai. (jpg)

PROKALTENG.CO – Persebaya Surabaya harus menelan pil pahit di laga pembuka Super League 2025/26 setelah kalah tipis 0-1 dari PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jumat (8/8/2025) malam.

Gol telat Ezequiel Pulga Vidal di masa injury time babak kedua membungkam ribuan Bonek-Bonita yang sudah bersiap merayakan kemenangan.

Hasil ini menjadi pukulan bagi Green Force yang sebenarnya tampil dominan di babak pertama.

Pelatih Eduardo Perez pun menegaskan kekalahan tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk menurunkan semangat tim di laga-laga berikutnya.

Berikut tiga fakta kekalahan Persebaya Surabaya dari PSIM yang membuat start musim ini jauh dari harapan. Fakta ini menjadi catatan penting bagi Eduardo Perez untuk memperbaiki performa skuadnya agar kembali ke jalur kemenangan.

Gagal Cetak Gol di Babak Pertama

Pertama, Persebaya Surabaya gagal memanfaatkan dominasi di babak pertama. Sejak peluit awal dibunyikan, tuan rumah langsung mengambil inisiatif serangan dan mengurung pertahanan PSIM.

Peluang emas didapat pada menit ke-17 lewat sepakan keras Bruno Moreira yang sayangnya hanya membentur mistar gawang.

Tekanan demi tekanan terus diberikan, tetapi penyelesaian akhir yang tumpul membuat kedudukan tetap 0-0 hingga turun minum.

Eduardo Perez menilai performa di babak pertama sebenarnya sudah sesuai rencana yang disiapkan. Menurutnya, jika satu peluang bisa menjadi gol, jalannya pertandingan akan sangat berbeda.

“Jika kami mencetak gol di babak pertama, pertandingan akan sangat berbeda. Tentu saya kecewa dengan hasil ini, tetapi performa babak pertama adalah gambaran yang perlu kami pertahankan,” ujar Eduardo Perez, dikutip dari Radar Surabaya (8/8/2025).

Baca Juga :  Soal Lanjutan Liga 1 dan Liga 2, APPI Beri Masukan Begini ke PSSI

Kehilangan Kendali di Babak Kedua

Kedua, Persebaya Surabaya kehilangan kendali permainan di babak kedua. PSIM yang awalnya bermain bertahan mulai berani keluar menyerang dan memanfaatkan celah di lini tengah lawan.

Kesalahan Persebaya Surabaya adalah terlalu banyak berlari tanpa penguasaan bola yang efektif, sehingga stamina cepat terkuras.

Situasi ini membuat serangan balik PSIM semakin berbahaya dan kerap mengancam gawang tim tuan rumah.

Gol penentu PSIM lahir pada menit ke-90+2 melalui skema yang sederhana namun mematikan. Umpan matang Dede Sapari dituntaskan dengan sundulan Vidal yang tak mampu diantisipasi kiper Persebaya Surabaya.

Kehilangan konsentrasi di menit akhir menjadi pelajaran mahal bagi Green Force. Satu momen kelengahan membuat tiga poin yang sudah di depan mata melayang begitu saja.

Pekerjaan Rumah Eduardo Perez

Ketiga, faktor mental menjadi pekerjaan rumah besar bagi Eduardo Perez.

Meski skuad Persebaya Surabaya berjuang keras, kegagalan mencetak gol dan kebobolan di detik akhir menunjukkan kurangnya ketenangan dalam situasi krusial.

Eduardo Perez menegaskan dalam sepak bola tidak ada waktu untuk mencari alasan. Bagi pelatih asal Spanyol ini, setiap kekalahan harus segera dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan.

Dia juga meminta maaf kepada para suporter setia Persebaya Surabaya yang hadir memenuhi stadion. Eduardo Perez mengakui ekspektasi Bonek-Bonita sangat tinggi, dan tim pun sebenarnya sama-sama menginginkan kemenangan.

Baca Juga :  Eduardo Perez Siapkan Kejutan Persebaya Surabaya di Super League 2025/2026

Namun, mantan asisten pelatih tim nasional Indonesia itu mengingatkan perjalanan musim masih panjang. Baginya, yang terpenting adalah menjaga motivasi dan mental bertarung di setiap pertandingan.

“Besok kami mulai berlatih lagi. Kami perlu meningkatkan banyak hal. Dalam sepak bola, tidak ada waktu untuk mencari alasan. Kami harus terus berjuang,” ujar Eduardo Perez usai pertandingan.

Dia berharap dukungan suporter tidak surut meski hasil perdana mengecewakan.

Kekalahan dari PSIM memang menjadi awal yang pahit bagi Persebaya Surabaya di musim ini. Tapi dari tiga fakta di atas, terlihat jelas masalah yang harus segera dibenahi agar Green Force kembali tajam dan solid.

Dominasi tanpa gol, hilangnya kendali permainan di babak kedua, serta rapuhnya konsentrasi di menit akhir adalah kombinasi yang harus diatasi.

Jika tidak, bukan hanya kemenangan yang sulit diraih, tapi juga kepercayaan diri pemain bisa terkikis.

Laga berikutnya akan menjadi ujian mental bagi Persebaya Surabaya. Apakah mereka bisa bangkit dari kekalahan ini atau justru terpuruk lebih dalam, semua akan terjawab di pertandingan mendatang.

Bagi Bonek-Bonita, hasil ini memang menyakitkan, tapi dukungan tanpa henti tetap menjadi modal utama tim kebanggaan Kota Pahlawan ini.

Seperti optimisme Eduardo Perez, perjalanan musim masih panjang dan perjuangan baru saja dimulai. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/