25.6 C
Jakarta
Friday, September 13, 2024

Olimpiade Paris 2024:

Gagal Raih Medali, Eko Yuli Irawan Tetap Atlet Besar Indonesia

PROKALTENG.CO-Lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena tidak mampu mempersembahkan medali pada laga angkat besi kelas 61 kg Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena 6, Rabu malam.

“Saya minta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena belum bisa memberikan medali. Tapi saya sudah mencoba untuk mengeluarkan semua kemampuan saya sampai titik darah terakhir,” ujar Eko dalam siaran pers Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rabu malam.

Setelah menduduki urutan kedua dalam angkatan snatch di bawah Li Fabin dari China, tapi gagal dalam semua dari tiga angkatan clean & jerk yang baru kali ini dia alami, Olimpian terbesar Indonesia, Eko Yuli Irawan, untuk pertama kali mengakhiri kompetisi tanpa medali.

Selalu meraih medali dalam empat Olimpiade sebelumnya, Eko gagal pada Olimpiade kelimanya, dalam Olimpiade Paris 2024.

Dia adalah peraih medali perunggu kelas 56kg pada Olimpiade Beijing 2008, kemudian medali perunggu 62kg pada Olimpiade London 2012, lalu berturut-turut medali perak dalam kelas 62kg dan 61kg masing-masing dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016 serta Olimpiade Tokyo 2020 yang diadakan mundur setahun lebih lama akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga :  Kalah Lagi, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Semakin Berat

Membuat angkatan snatch pada 135 kg pada kesempatan kedua atau 8 kg di bawah Li Fabin yang mencatat angkatan 143 kg, Eko tak berhasil pada tiga kesempatan clean & jerk.

Pertama, pada Angkatan 162kg, lalu kembali 162kg, dan terakhir 165kg.

Padahal, banyak kalangan, termasuk komentator cabang angkat besi Olimpiade Paris 2024 yang mengulas final kelas 61kg putra pada Rabu malam WIB itu, yakin Eko bakal memperoleh medali perak seperti dia lakukan tiga tahun silam di Tokyo.

Itu karena dia menduduki urutan kedua dalam angkatan snatch, di bawah juara bertahan Li Fabin.

Akhirnya, angkat besi kelas 61kg putra kembali dimenangkan oleh Li Fabin yang tiga tahun silam bertarung seru dengan Eko dalam Olimpiade Tokyo 2022.

Li Fabin tak saja menciptakan rekor Olimpiade snatch kelas 61kg putra, tapi juga menghasilkan total angkatan 310 kg, yang merupakan total angkatan terbesar dibandingkan dengan lifter-lifter lain dalam final itu.

Baca Juga :  Laga Kontra PSCS Cilacap Hari Ini Gagal, Manajemen Kalteng Putra Minta Maaf

Medali perak disabet oleh lifter Thailand Theerapong Silachai setelah membuat total angkatan 303 kg, sedangkan atlet Amerika Serikat Hampton Morris yang memecahkan rekor dunia dan Olimpiade clean & jerk kelas ini, memperoleh medali perunggu setelah berakhir dengan total angkatan 298 kg.

Seharusnya ini juga menjadi pertarungan seru yang kedua antara Eko dan Li, tapi mungkin usia mempengaruhi penampilan Eko.

Dalam usia 35 tahun, Eko adalah peserta tertua dalam angkat besi Olimpiade Paris 2024.

Sebagai atlet yang berpengalaman bisa dikata Eko tidak perlu seorang pelatih untuk urusan teknik, taktik dan mental, dan dia butuhkan sebenarnya adalah seorang pendamping yang benar-benar bisa  memantau, memantainance kondisi tubuh dan cederanya.

Terlepas dari kegagalan meraih medali pada Olimpiade Paris 2024, Eko Yuli Irawan adalah atlet terbesar yang pernah dimiliki Indonesia.(rak/jpg)

 

 

 

PROKALTENG.CO-Lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena tidak mampu mempersembahkan medali pada laga angkat besi kelas 61 kg Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena 6, Rabu malam.

“Saya minta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena belum bisa memberikan medali. Tapi saya sudah mencoba untuk mengeluarkan semua kemampuan saya sampai titik darah terakhir,” ujar Eko dalam siaran pers Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rabu malam.

Setelah menduduki urutan kedua dalam angkatan snatch di bawah Li Fabin dari China, tapi gagal dalam semua dari tiga angkatan clean & jerk yang baru kali ini dia alami, Olimpian terbesar Indonesia, Eko Yuli Irawan, untuk pertama kali mengakhiri kompetisi tanpa medali.

Selalu meraih medali dalam empat Olimpiade sebelumnya, Eko gagal pada Olimpiade kelimanya, dalam Olimpiade Paris 2024.

Dia adalah peraih medali perunggu kelas 56kg pada Olimpiade Beijing 2008, kemudian medali perunggu 62kg pada Olimpiade London 2012, lalu berturut-turut medali perak dalam kelas 62kg dan 61kg masing-masing dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016 serta Olimpiade Tokyo 2020 yang diadakan mundur setahun lebih lama akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga :  Kalah Lagi, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Semakin Berat

Membuat angkatan snatch pada 135 kg pada kesempatan kedua atau 8 kg di bawah Li Fabin yang mencatat angkatan 143 kg, Eko tak berhasil pada tiga kesempatan clean & jerk.

Pertama, pada Angkatan 162kg, lalu kembali 162kg, dan terakhir 165kg.

Padahal, banyak kalangan, termasuk komentator cabang angkat besi Olimpiade Paris 2024 yang mengulas final kelas 61kg putra pada Rabu malam WIB itu, yakin Eko bakal memperoleh medali perak seperti dia lakukan tiga tahun silam di Tokyo.

Itu karena dia menduduki urutan kedua dalam angkatan snatch, di bawah juara bertahan Li Fabin.

Akhirnya, angkat besi kelas 61kg putra kembali dimenangkan oleh Li Fabin yang tiga tahun silam bertarung seru dengan Eko dalam Olimpiade Tokyo 2022.

Li Fabin tak saja menciptakan rekor Olimpiade snatch kelas 61kg putra, tapi juga menghasilkan total angkatan 310 kg, yang merupakan total angkatan terbesar dibandingkan dengan lifter-lifter lain dalam final itu.

Baca Juga :  Laga Kontra PSCS Cilacap Hari Ini Gagal, Manajemen Kalteng Putra Minta Maaf

Medali perak disabet oleh lifter Thailand Theerapong Silachai setelah membuat total angkatan 303 kg, sedangkan atlet Amerika Serikat Hampton Morris yang memecahkan rekor dunia dan Olimpiade clean & jerk kelas ini, memperoleh medali perunggu setelah berakhir dengan total angkatan 298 kg.

Seharusnya ini juga menjadi pertarungan seru yang kedua antara Eko dan Li, tapi mungkin usia mempengaruhi penampilan Eko.

Dalam usia 35 tahun, Eko adalah peserta tertua dalam angkat besi Olimpiade Paris 2024.

Sebagai atlet yang berpengalaman bisa dikata Eko tidak perlu seorang pelatih untuk urusan teknik, taktik dan mental, dan dia butuhkan sebenarnya adalah seorang pendamping yang benar-benar bisa  memantau, memantainance kondisi tubuh dan cederanya.

Terlepas dari kegagalan meraih medali pada Olimpiade Paris 2024, Eko Yuli Irawan adalah atlet terbesar yang pernah dimiliki Indonesia.(rak/jpg)

 

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru