Site icon Prokalteng

Bikin Belasan Lagu Rohani saat Pandemi

bikin-belasan-lagu-rohani-saat-pandemi

TAK hanya fokus latihan mandiri untuk menjaga
kondisi fisik, selama pandemi korona, David Laly juga bisa mengembangkan bakat
lain di luar sepak bola. Salah satunya menciptakan lagu. Belasan lagu rohani
berhasil diciptakan selama #Dirumahaja.

Tidak seperti kalangan pemula yang baru saja rekaman lagu, David Laly
begitu enjoy ketika merekam lagu rohani baru ciptaannya pada 4 Mei lalu.
Ditemani produser yang dipanggilnya Papa Ical, pesepak bola asal klub Madura
United itu sesekali berdiskusi soal nada dan notasi yang cocok untuk lagunya.

Walau sehari-hari berkutat dengan kulit bundar, dalam sesi diskusi,
David sangat aktif mengusulkan beberapa irama. Terutama musik reggae yang kerap
digunakan untuk lagu-lagu ciptaannya. Selang satu jam, seluruh kebutuhan suara
dalam lagu rohani yang bakal dirilis di channel YouTube pribadinya itu selesai
dilahapnya dengan baik.

Ya, selama pandemi korona, David memang banyak berkutat pada gitar,
keyboard, hingga laptop miliknya. Berkreasi menciptakan banyak lagu. Mengisi
waktu luangnya. ’’Kebanyakan lagu rohani. Ada belasan lagu selama korona saya
ciptakan. Baru satu dirilis di YouTube pada 29 Mei kemarin,’’ paparnya.
’’Step-by-step,’’ lanjutnya.

Di channel YouTube bernama Dnov Seven itu, sudah ada 14 lagu yang
diluncurkannya. Terakhir, lagu rohani berjudul Only You My Name yang
dinyanyikannya berduet dengan musisi bernama Andi Besin ditonton sekitar 100
orang. Channel-nya sendiri sudah di-follow 1.096 orang sampai saat ini. ’’Semua
lagu aku yang ciptain sendiri,’’ terangnya.

David memang sudah punya ketertarikan di jalur musik sejak 2013. Hal itu
berawal ketika dirinya pulang ke Papua. Di sana, mantan pemain Pelita Bandung
Raya itu bertemu musisi R&B di Papua. ’’Namanya Kakak Ronly Peace
Melanssia. Mereka yang memulai musik rap di Papua, belajar dari mereka,’’
tuturnya.

Beberapa lagu sudah diciptakannya saat itu. Dengan berbekal gitar dan
keyboard, David mencoba membuat nada dasar dulu, baru diisi lirik. ’’Baru tahun
kemarin saya benar-benar bernyanyi. Saya milih musik reggae. Karena kalau pop,
suara tidak masuk sama sekali,’’ katanya, lantas tertawa.

Awalnya, David tidak pede ketika merekam lagu ciptaannya. Tapi, beberapa
orang yang dikenalnya menyebut suaranya sangat khas dan bagus. ’’Saya makin
termotivasi, tapi masih tidak pede nyanyi sendiri. Makanya selalu berduet,’’
ucapnya.

Sebelum pandemi, beberapa lagu di luar rohani banyak diciptakan. Sebut
saja lagu berjudul Bandung Town yang berkisah tentang Kota Kembang, tempatnya
berkarir selama di PBR pada musim 2014–2015. Ada pula lagu berjudul Cuma Peta
yang berkisah tentang Papua dan dinyanyikan berduet dengan dua pesepak bola,
yakni Fandry Imbiri dan Marcho Sandi Meraudje.

Pemain 28 tahun itu mengaku saat ini banyak kepikiran lagu rohani selama
pandemi korona. Alasannya, pandemi korona mengingatkannya pada karunia dan
perlindungan Tuhan. ’’Saya mencoba ingatkan ada hal positif yang bisa didapat
selama pandemi ini. Jadi, saya coba ungkapkan dengan lagu. Kebetulan dibantu
dua kawan produser, jadilah beberapa lagu itu,’’ ungkapnya.

Walau sudah bisa dikatakan ’’profesional’’, karena dalam hal rekaman
hingga rilis lagu melalui proses seperti yang dilakukan musisi, David belum
berencana ganti profesi sejauh ini. Bahkan, dia juga belum tahu akan membuat
album atau tidak walau lagu-lagu ciptaannya sudah banyak. ’’Tapi, aku mikir
nanti mungkin orang lain yang bernyanyi. Saya hanya menciptakan lagu saja.
Tidak pede,’’ bebernya.

Targetnya adalah mengenalkan Papua ke seluruh dunia melalui musik. David
sadar mimpinya itu memang terlalu tinggi. Tapi, bagi dia, orang-orang Papua
punya suara emas dan layak bersanding dengan penyanyi-penyanyi internasional.
’’Hanya saja tidak ada lagu. Saya coba bikin berlirik bahasa Inggris untuk
mereka agar bisa go international. Step-by-step,’’ paparnya.

Exit mobile version