26.3 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

MU Menderita Kerugian Finansial Tertinggi

MANCHESTER– Penghentian Premier League sejak
tiga pekan yang lalu karena pandemi Covid-19 benar-benar merugikan. Dari 20 tim
di Premier League, Manchester United diperkirakan menderita kerugian finansial
tertinggi.

(7/4) lalu, 
Daily Mail mengkalkulasi hilangnya pemasukan klub-klub itu dari tiga
bidang. Yakni dari hak siar televisi, pemasukan hari-H pertandingan, dan iklan
komersial hari-H pertandingan berlangsung.

Daily Mail membeberkan United kehilangan GBP 48
juta (Rp 966,36 miliar) atas hak siar di semua matchweek tersisa. Lalu GBP 17,6
juta (Rp 354,33 miliar) dari pemasukan di hari-H laga. Terakhir dari iklan
komersial hari-H berjumlah GBP 50,8 juta (Rp 1,02 triliun). Kalau ditotal,
pandemi Covid-19 ini menghilangkan GBP 116,4 juta (Rp 2,34 triliun).

 â€œSuka
tak suka maka di akhir tahun pemasukan klub-klub Premier League akan menurun.
Dan itu akan mempengaruhi banyak aspek musim berikutnya,” kata salah satu chief
executive klub Premier League kepada Daily Mail.      

Dosen ekonomi University of Liverpool yang
studinya fokus soal sepak bola Kieran Maguire kepada The Athletic mengatakan
meski United diperkirakan jadi klub paling rugi secara finansial karena pandemi
Covid-19 namun secara citra klub itu masih sangat menjual. Apalagi United
menegaskan tak akan merumahkan staf non kepelatihan saat pandemi berjalan.

Baca Juga :  Mancini Lahirkan Rekor Baru

“Citra yang baik ini akan mendatangkan
keuntungan dann keputusan tak merumahkan 900 staf non kepelatihan sangat pas
dan mungkin hanya membebani keuangan klub antara GBP 1 juta (Rp 20,13 miliar)
sampai GBP 1,5 juta (Rp 30,19 miliar). Tapi gara-gara prinsip menjaga relasi
dengan staf itu citra United tetap bergengsi,” kata Maguire.

Berbeda dengan Liverpool yang akhirnya mengubah
keputusannya soal merumahkan staf non kepelatihannya. Jika Senin (6/4)
Liverpool mengumumkan menghentikan staf non kepelatihan dengan alasan mengikuti
anjuran pemerintah, kemarin (7/4) Liverpool mengubahnya.

Salah satu yang aspek yang paling terdampak
adalah transfer pemain yang tak akan jor-joran musim depan. Sky Sports menulis
juara Liga Champions musim lalu Liverpool batal bernegoisasi dengan RB Leipzig
untuk transfer penyerang Timo Werner. Kabarnya Si Merah berani membayar Werner
sebesar GBP 50 juta (Rp  1 triliun).

Baca Juga :  Ganda dan Tunggal Putra ke Babak 8 Besar

Selain masalah tranfer strategi beberapa klub
untuk mengembangkan atau membangun stadion kandang miliknya jadi tertunda.
Misalnya Everton yang akan membangun markas baru sedang Chelsea merenovasi
Stamford Bridge.

Bahkan pemindahan lokasi sentralisasi latihan
anyar Liverpool di Kirkby yang sudah 80 persen jadi pun ditunda. Sampai musim
2020-2021, Liverpool akan memusatkan aktivitasnya di lokasi lama Melwood.

Nah, jika tim enam besar (United, Manchester
City, Liverpool, Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Arsenal) plus Wolverhampton
Wanderers masih punya cadangan pemasukan dari hasil laga di pentas Eropa (Liga
Champions dan Liga Europa), maka yang paling apes adalah tim di luar itu.

Contoh tim promosi yang
sedang menanjak prestasinya, Sheffield United, berpotensi kehilangan total
sekitar GBP 41,9 juta (Rp 843,56 miliar) di akhir musim. Padahal mereka saat
ini ada di posisi tujuh klasemen dan berpeluang tampil di ajang Eropa musim
depan. 

MANCHESTER– Penghentian Premier League sejak
tiga pekan yang lalu karena pandemi Covid-19 benar-benar merugikan. Dari 20 tim
di Premier League, Manchester United diperkirakan menderita kerugian finansial
tertinggi.

(7/4) lalu, 
Daily Mail mengkalkulasi hilangnya pemasukan klub-klub itu dari tiga
bidang. Yakni dari hak siar televisi, pemasukan hari-H pertandingan, dan iklan
komersial hari-H pertandingan berlangsung.

Daily Mail membeberkan United kehilangan GBP 48
juta (Rp 966,36 miliar) atas hak siar di semua matchweek tersisa. Lalu GBP 17,6
juta (Rp 354,33 miliar) dari pemasukan di hari-H laga. Terakhir dari iklan
komersial hari-H berjumlah GBP 50,8 juta (Rp 1,02 triliun). Kalau ditotal,
pandemi Covid-19 ini menghilangkan GBP 116,4 juta (Rp 2,34 triliun).

 â€œSuka
tak suka maka di akhir tahun pemasukan klub-klub Premier League akan menurun.
Dan itu akan mempengaruhi banyak aspek musim berikutnya,” kata salah satu chief
executive klub Premier League kepada Daily Mail.      

Dosen ekonomi University of Liverpool yang
studinya fokus soal sepak bola Kieran Maguire kepada The Athletic mengatakan
meski United diperkirakan jadi klub paling rugi secara finansial karena pandemi
Covid-19 namun secara citra klub itu masih sangat menjual. Apalagi United
menegaskan tak akan merumahkan staf non kepelatihan saat pandemi berjalan.

Baca Juga :  Mancini Lahirkan Rekor Baru

“Citra yang baik ini akan mendatangkan
keuntungan dann keputusan tak merumahkan 900 staf non kepelatihan sangat pas
dan mungkin hanya membebani keuangan klub antara GBP 1 juta (Rp 20,13 miliar)
sampai GBP 1,5 juta (Rp 30,19 miliar). Tapi gara-gara prinsip menjaga relasi
dengan staf itu citra United tetap bergengsi,” kata Maguire.

Berbeda dengan Liverpool yang akhirnya mengubah
keputusannya soal merumahkan staf non kepelatihannya. Jika Senin (6/4)
Liverpool mengumumkan menghentikan staf non kepelatihan dengan alasan mengikuti
anjuran pemerintah, kemarin (7/4) Liverpool mengubahnya.

Salah satu yang aspek yang paling terdampak
adalah transfer pemain yang tak akan jor-joran musim depan. Sky Sports menulis
juara Liga Champions musim lalu Liverpool batal bernegoisasi dengan RB Leipzig
untuk transfer penyerang Timo Werner. Kabarnya Si Merah berani membayar Werner
sebesar GBP 50 juta (Rp  1 triliun).

Baca Juga :  Ganda dan Tunggal Putra ke Babak 8 Besar

Selain masalah tranfer strategi beberapa klub
untuk mengembangkan atau membangun stadion kandang miliknya jadi tertunda.
Misalnya Everton yang akan membangun markas baru sedang Chelsea merenovasi
Stamford Bridge.

Bahkan pemindahan lokasi sentralisasi latihan
anyar Liverpool di Kirkby yang sudah 80 persen jadi pun ditunda. Sampai musim
2020-2021, Liverpool akan memusatkan aktivitasnya di lokasi lama Melwood.

Nah, jika tim enam besar (United, Manchester
City, Liverpool, Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Arsenal) plus Wolverhampton
Wanderers masih punya cadangan pemasukan dari hasil laga di pentas Eropa (Liga
Champions dan Liga Europa), maka yang paling apes adalah tim di luar itu.

Contoh tim promosi yang
sedang menanjak prestasinya, Sheffield United, berpotensi kehilangan total
sekitar GBP 41,9 juta (Rp 843,56 miliar) di akhir musim. Padahal mereka saat
ini ada di posisi tujuh klasemen dan berpeluang tampil di ajang Eropa musim
depan. 

Terpopuler

Artikel Terbaru