Site icon Prokalteng

Sulit Sanksi Klub yang Menolak Berkompetisi

sulit-sanksi-klub-yang-menolak-berkompetisi

JAKARTA– Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan cukup tenang
menanggapi isu empat klub Liga 1 yang enggan melanjutkan kompetisi. Bahkan, dia
merasa hal tersebut bisa saja berubah seiring dengan perkembangan waktu. Sebab,
PSSI serta PT LIB sejauh ini masih mematangkan regulasi dan format.

 

Apalagi, menurut dia, waktu menuju kompetisi cukup panjang.
Bagi dia, hal tersebut bisa didiskusikan kembali. Baik melalui virtual meeting
maupun beberapa cara lainnya. ’’Ada saja karena memang situasi juga begini. Pelan-pelan,
masih ada tiga bulan lagi. Kami akan berkomunikasi agar nanti satu persepsi
soal melanjutkan kompetisi,’’ ucapnya.

 

Menurut dia, saat ini suara terbanyak dari para peserta
adalah melanjutkan kompetisi. Hal tersebut akan menjadi pegangannya. Tapi,
menurut pria yang akrab disapa Iwan Bule itu, PSSI tetap berusaha keras agar
Liga 1 tetap sesuai dengan rencana. Yakni, diikuti 18 klub. ’’Yang jelas tidak
ada masalah. Namanya perbedaan pendapat, wajar lah,’’ ungkapnya.

 

Nah, jika memang empat klub itu masih ngotot tidak ingin
melanjutkan kompetisi karena alasan kesehatan, Iwan Bule menuturkan masih
berpikir soal adanya sanksi. Pihaknya tidak ingin gegabah mengenai hal
tersebut. Sejauh ini, PSSI belum masuk ranah sanksi bagi klub yang tidak mau
melanjutkan kompetisi. Baik Liga 1 maupun Liga 2. ’’Belum sampai di situ
(sanksi). Tidak juga kami panggil, diskusi saja,’’ katanya.

 

Namun, secara pribadi, dia tidak ingin ada sanksi untuk
keempat klub. Iwan Bule ingin keempatnya tetap ikut melanjutkan kompetisi pada
Oktober mendatang. ’’Saya kira tidak akan ada sanksi. Degradasi saja tidak ada,
apalagi sanksi,’’ bebernya.

 

Di luar itu, Iwan Bule juga menyadari faktor finansial
mungkin menjadi alasan lain klub masih berpikir dua kali untuk melanjutkan
kompetisi. Apalagi, subsidi yang dijanjikan kepada klub selama ini hanya cair
di termin pertama.

 

Sebagaimana diketahui, memang banyak klub yang meminta
subsidi segera dicairkan. Terutama periode April hingga Juni. Baik klub Liga 1
maupun Liga 2. Sebab, walau sudah menuruti surat keputusan PSSI pada Maret lalu
dengan membayar maksimal 25 persen dari gaji, klub juga mengalami kesulitan
karena sama sekali tidak ada pemasukan selama pandemi korona.

 

Nah, ketika SK PSSI terbaru soal kelanjutan kompetisi
keluar, klub-klub kian merana. Sebab, kompetisi baru dilanjutkan pada Oktober
mendatang. Padahal, mulai Juli hingga September, klub juga masih diwajibkan
membayar gaji para pemain meski tetap diatur maksimal membayar 25 persen dari
nilai kontrak.

 

Iwan Bule menyadari hal tersebut. Dia pun menegaskan akan
berdiskusi dengan PT LIB agar secepatnya mencairkan subsidi untuk para klub.
’’Nanti kami komunikasi sama Dirut LIB. Ini kan masuk situasi juga,’’ tuturnya.

 

Dia juga menyadari kenapa LIB belum juga membayar subsidi
kepada klub. Menurut dia, pandemi korona membuat kompetisi berhenti. Akibatnya,
banyak sponsor yang menghentikan suntikan dana kepada LIB. ’’Dana kami kan
semua dari sponsor,’’ ucapnya.

 

Karena itu, dengan adanya SK melanjutkan kompetisi pada
Oktober, dia berharap para sponsor berpikir ulang. Bisa negosiasi lagi untuk
tetap menyuntikkan dana kepada LIB. ’’Kami menuju ke sana. Kami meyakinkan
bahwa liga akan bergulir dengan kompetisi diteruskan panjang. Berarti kan
sponsor akan tertarik kembali untuk memberikan uang kepada liga,’’ tegasnya.

 

Sementara itu, Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita
angkat bicara mengenai mandeknya subsidi. Dia menegaskan bahwa LIB tetap
berkomitmen untuk membayar semua subsidi yang diminta.

 

Termasuk subsidi untuk melanjutkan kompetisi pada Oktober
mendatang. Dia menuturkan, LIB sudah mempersiapkan semuanya setelah PSSI
mengeluarkan SK melanjutkan kompetisi. ’’Kami tegaskan tetap berkomitmen tinggi
terhadap kewajiban untuk membagikan dana subsidi kepada semua peserta
kompetisi, baik Liga 1 maupun Liga 2,’’ ucapnya.

 

Walau sudah berjanji, Lukita berharap klub juga berpikir
logis dan realistis. Terutama dalam menyikapi situasi pandemi korona saat ini.
Menurut dia, pandemi korona otomatis berdampak pada situasi kompetisi yang
tidak mungkin berjalan normal. Termasuk masalah finansial. ’’Kami harus
mengevaluasi banyak hal dan merencanakan lagi beberapa yang menentukan
kelangsungan kompetisi. Termasuk kesepakatan dengan sponsor dan pihak ketiga
lainnya,’’ katanya. 

Exit mobile version