31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Tragis! Atlet Cantik Bunuh Diri di Asrama, Tak Tahan Sering Disiksa Pe

GADIS
cantik bernama Choi Suk-hyeon (22), seorang atlet triatlon putri Korea Selatan
(Korsel), ditemukan bunuh diri di asramanya, di Busan, karena tekanan
orang-orang di sekelilingnya. Disebutkan, Choi tertekan selama bertahun-tahun menjadi
korban kekerasan fisik dan verbal dari pelatihnya. Tekanan itu makin berat
setelah Choi melaporkan keluhannya kepada otoritas olahraga tetapi tidak
digubris, kata sejumlah laporan seperti dikutip AFP.

Dari tangkapan layar perbincangan lewat teksnya dengan ibunya
yang luas tersebar, peraih medali perunggu turnamen junior putri pada kejuaraan
triatlon Asia 2015 ini memohon kepada sang ibu, untuk “membeberkan
dosa-dosa” para pelaku kekerasan terhadapnya.

Korea Selatan adalah
kekuatan olahraga kawasan dan reguler, yang masuk 10 besar dalam daftar peraih
medali Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin. Tetapi dalam masyarakat yang
sudah sangat kompetitif, menjadi juara adalah berarti segalanya dalam komunitas
olahraganya, dan kekerasan fisik serta verbal sudah sangat dikenal di negeri
ini.

Choi menduduki urutan keempat dalam kejuaraan
nasional 2016, tetapi itu gagal mencapai target dengan menempati urutan ke-14
dalam kejuaraan sama tahun lalu.
Pada
satu kesempatan, Choi menulis di buku hariannya: “Hujan turun hari ini dan
saya dipukuli begitu keras…Saya menangis setiap hari.”

Baca Juga :  Daddies Lolos ke Semifinal, Minions Gagal

Berbagai laporan media di Korea Selatan menyebutkan bahwa
Choi merekam audio kekerasan fisik terhadap dirinya. Dalam satu file yang
disiarkan stasiun televisi kabel YTN, pelatihnya marah besar karena berat
badannya, “Kamu tak boleh makan selama tiga hari.” Sang pelatih
melanjutkan,

“Kamu sudah janji
kepada saya bahwa kamu mau bertanggung jawab.” Lalu si pelatih menyuruh
dia, “Rapatkan gigimu,” diikuti suara tamparan keras.

Para ofisial tim memaksa dia untuk memakan
roti seharga 200.000 won (Rp2,3 juta) sebagai hukuman karena tidak bisa menjaga
berat badan dan biasa memukuli si atlet. Choi mengadu kepada Komite Olahraga
dan Olimpiade Korea Selatan (KSOC) April lalu agar menggelar penyelidikan.

Baca Juga :  Legenda Bulutangkis Indonesia Markis Kido Meninggal Dunia

Namun seorang sahabat berkata kepada kantor berita
Yonhap bahwa Choi “sudah berusaha meminta bantuan banyak lembaga
pemerintah tetapi semua orang mengabaikan permohonan dia.” KSOC membantah
telah mengabaikan permohonan dia dengan menyatakan dalam jumpa pers bahwa
lembaga ini sudah menugaskan seorang penyelidik wanita setelah menerima
pengaduan dari Choi awal April.

KSOC berjanji untuk mengambil langkah keras
terhadap mereka yang terlibat sambil menyampaikan penyesalan mendalam atas
insiden itu. Kini penyelidik akan membuka penyelidikan kasus ini, kata KSOC.
Sebuah petisi di posting di laman kantor ke presiden Korea Selatan guna
menuntut penyelidikan menyeluruh, sudah ditandatangani oleh 5.000 orang sampai
Kamis siang.


GADIS
cantik bernama Choi Suk-hyeon (22), seorang atlet triatlon putri Korea Selatan
(Korsel), ditemukan bunuh diri di asramanya, di Busan, karena tekanan
orang-orang di sekelilingnya. Disebutkan, Choi tertekan selama bertahun-tahun menjadi
korban kekerasan fisik dan verbal dari pelatihnya. Tekanan itu makin berat
setelah Choi melaporkan keluhannya kepada otoritas olahraga tetapi tidak
digubris, kata sejumlah laporan seperti dikutip AFP.

Dari tangkapan layar perbincangan lewat teksnya dengan ibunya
yang luas tersebar, peraih medali perunggu turnamen junior putri pada kejuaraan
triatlon Asia 2015 ini memohon kepada sang ibu, untuk “membeberkan
dosa-dosa” para pelaku kekerasan terhadapnya.

Korea Selatan adalah
kekuatan olahraga kawasan dan reguler, yang masuk 10 besar dalam daftar peraih
medali Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin. Tetapi dalam masyarakat yang
sudah sangat kompetitif, menjadi juara adalah berarti segalanya dalam komunitas
olahraganya, dan kekerasan fisik serta verbal sudah sangat dikenal di negeri
ini.

Choi menduduki urutan keempat dalam kejuaraan
nasional 2016, tetapi itu gagal mencapai target dengan menempati urutan ke-14
dalam kejuaraan sama tahun lalu.
Pada
satu kesempatan, Choi menulis di buku hariannya: “Hujan turun hari ini dan
saya dipukuli begitu keras…Saya menangis setiap hari.”

Baca Juga :  Daddies Lolos ke Semifinal, Minions Gagal

Berbagai laporan media di Korea Selatan menyebutkan bahwa
Choi merekam audio kekerasan fisik terhadap dirinya. Dalam satu file yang
disiarkan stasiun televisi kabel YTN, pelatihnya marah besar karena berat
badannya, “Kamu tak boleh makan selama tiga hari.” Sang pelatih
melanjutkan,

“Kamu sudah janji
kepada saya bahwa kamu mau bertanggung jawab.” Lalu si pelatih menyuruh
dia, “Rapatkan gigimu,” diikuti suara tamparan keras.

Para ofisial tim memaksa dia untuk memakan
roti seharga 200.000 won (Rp2,3 juta) sebagai hukuman karena tidak bisa menjaga
berat badan dan biasa memukuli si atlet. Choi mengadu kepada Komite Olahraga
dan Olimpiade Korea Selatan (KSOC) April lalu agar menggelar penyelidikan.

Baca Juga :  Legenda Bulutangkis Indonesia Markis Kido Meninggal Dunia

Namun seorang sahabat berkata kepada kantor berita
Yonhap bahwa Choi “sudah berusaha meminta bantuan banyak lembaga
pemerintah tetapi semua orang mengabaikan permohonan dia.” KSOC membantah
telah mengabaikan permohonan dia dengan menyatakan dalam jumpa pers bahwa
lembaga ini sudah menugaskan seorang penyelidik wanita setelah menerima
pengaduan dari Choi awal April.

KSOC berjanji untuk mengambil langkah keras
terhadap mereka yang terlibat sambil menyampaikan penyesalan mendalam atas
insiden itu. Kini penyelidik akan membuka penyelidikan kasus ini, kata KSOC.
Sebuah petisi di posting di laman kantor ke presiden Korea Selatan guna
menuntut penyelidikan menyeluruh, sudah ditandatangani oleh 5.000 orang sampai
Kamis siang.


Terpopuler

Artikel Terbaru