28.9 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Jelang Munas Golkar, Isu Aklamasi Calon Tunggal Merebak

Kurang dari sebulan lagi, Partai Golkar bakal menggelar
Musyawarah Nasional (Munas). Salah satu agenda pentingnya adalah memilih calon
ketua baru untuk lima tahun kedepan.

Namun, sudah beredar isu bahwa pemilihan ketua umum akan
dilakukan dengan mekanisme aklamasi dan hanya ada calon tunggal. Strategi itu
kabarnya seang dijalankan oleh pihak Airlangga Hartarto.

Isu calon tunggal pun langsung menuai respon dari berbagai
kalangan. Salah satunya pengamat politik Voxpol Center Research Pangi Syarwi
Chaniago.

“Golkar ini termasuk partai tertua di Indonesia, dari orde
lama, orde baru hingga era reformasi saat ini tetap eksis dan matang. Aneh jika
tiba-tiba hanya ada calon tunggal,” ujar Pangi kepada JawaPos.com, Kamis (14/11).

Menurut Pangi, mestinya momen Munas seperti ini harus dijadikan
pembelajaran bagi kader muda Golkar. Sekaligus menjadi panggung untuk
memunculkan wajah-wajah baru Golkar yang sudah teruji.

Baca Juga :  Mendagri: Pilkada Selanjutnya Tetap Dilaksanakan 2024

“Jadi bukan malah memunculkan calon tunggal dan mematikan yang
lainnya. Kalau seperti ini gayanya, Golkar kembali ke era orde baru. Karena,
hanya ingin mempertahankan status quo saja. Setahu saya Golkar milik semua
orang bukan dinasti atau golongan tertentu,” paparnya.

Pangi juga menambahkan, Partai Golkar tidak akan melawan
demokrasi, karena partai ini dari dulu penuh dinamika dan  memberi ruang
kontestasi kepada setiap kader, memberi ruang gerak pada siapapun untuk
memimpin dan menjadi nahkoda partai.

Pangi pun menyarankan agar Munas Golkar membuka ruang lebar-lebar
pada kader lain yang secara kapasitas intelektual dan kepemimpinannya sudah
mumpuni untuk tampil. Karena dengan seperti itu, Golkar akan kelihatan lebih
demokratis dan terbuka.

Baca Juga :  Nasdem: Posisi Menteri Diberikan kepada Orang yang Berkeringat

“Masa masih musim main kapling oleh satu orang atau kelompok
tertentu saja yang ingin selalu berkuasa,” ujar Pangi.

Sementara itu, Direktur Politik Hukum Wain Advisory Indonesia
Sulthan Muhammad Yus mengungkapkan, Partai Golkar dikenal selalu dinamis dan
terjadi persaingan sengit antarcalon ketua umum dalam setiap penyelenggaraan Munas.

“Ini merupakan ciri khas Golkar. Oleh karenanya, jika dalam
Munas Golkar pada Desember mendatang ada pihak-pihak yang ingin meredam
persaingan tersebut dengan memaksakan aklamasi, hal tersebut berbahaya bagi
eksistensi Partai Golkar,” katanya.(jpc)

 

Kurang dari sebulan lagi, Partai Golkar bakal menggelar
Musyawarah Nasional (Munas). Salah satu agenda pentingnya adalah memilih calon
ketua baru untuk lima tahun kedepan.

Namun, sudah beredar isu bahwa pemilihan ketua umum akan
dilakukan dengan mekanisme aklamasi dan hanya ada calon tunggal. Strategi itu
kabarnya seang dijalankan oleh pihak Airlangga Hartarto.

Isu calon tunggal pun langsung menuai respon dari berbagai
kalangan. Salah satunya pengamat politik Voxpol Center Research Pangi Syarwi
Chaniago.

“Golkar ini termasuk partai tertua di Indonesia, dari orde
lama, orde baru hingga era reformasi saat ini tetap eksis dan matang. Aneh jika
tiba-tiba hanya ada calon tunggal,” ujar Pangi kepada JawaPos.com, Kamis (14/11).

Menurut Pangi, mestinya momen Munas seperti ini harus dijadikan
pembelajaran bagi kader muda Golkar. Sekaligus menjadi panggung untuk
memunculkan wajah-wajah baru Golkar yang sudah teruji.

Baca Juga :  Mendagri: Pilkada Selanjutnya Tetap Dilaksanakan 2024

“Jadi bukan malah memunculkan calon tunggal dan mematikan yang
lainnya. Kalau seperti ini gayanya, Golkar kembali ke era orde baru. Karena,
hanya ingin mempertahankan status quo saja. Setahu saya Golkar milik semua
orang bukan dinasti atau golongan tertentu,” paparnya.

Pangi juga menambahkan, Partai Golkar tidak akan melawan
demokrasi, karena partai ini dari dulu penuh dinamika dan  memberi ruang
kontestasi kepada setiap kader, memberi ruang gerak pada siapapun untuk
memimpin dan menjadi nahkoda partai.

Pangi pun menyarankan agar Munas Golkar membuka ruang lebar-lebar
pada kader lain yang secara kapasitas intelektual dan kepemimpinannya sudah
mumpuni untuk tampil. Karena dengan seperti itu, Golkar akan kelihatan lebih
demokratis dan terbuka.

Baca Juga :  Nasdem: Posisi Menteri Diberikan kepada Orang yang Berkeringat

“Masa masih musim main kapling oleh satu orang atau kelompok
tertentu saja yang ingin selalu berkuasa,” ujar Pangi.

Sementara itu, Direktur Politik Hukum Wain Advisory Indonesia
Sulthan Muhammad Yus mengungkapkan, Partai Golkar dikenal selalu dinamis dan
terjadi persaingan sengit antarcalon ketua umum dalam setiap penyelenggaraan Munas.

“Ini merupakan ciri khas Golkar. Oleh karenanya, jika dalam
Munas Golkar pada Desember mendatang ada pihak-pihak yang ingin meredam
persaingan tersebut dengan memaksakan aklamasi, hal tersebut berbahaya bagi
eksistensi Partai Golkar,” katanya.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru