26.1 C
Jakarta
Thursday, April 18, 2024

BI Kembali Turunkan Suku Bunga

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk
kembali menurunkan suku bunga acuannya atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 25 bps, dari 5,75% menjadi 5,50%. Keputusan ini dihasilkdan dalam rapat
Dewan Gubernur BI, di Jakarta Rabu (21/8) hingga kemarin (22/8).

“Adapun suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75%,
dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%,” kata Direktur
Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, kemarin.

Sebelumnya pada 18 Juli lalu, BI sudah memangkas suku bunga acuan atau BI
7days reverse repo rate 25 basis poin atau 0,25%. Untuk suku bunga deposit
facility diturunkan 25 bps menjadi 5% dan lending facility menjadi 6,5%.

Junanto menegaskan, kebijakan menurunkan bunga acuan itu konsisten dengan
rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran, tetap
menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung
stabilitas eksternal, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong
momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global.

“Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan kecukupan
likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi
kebijakan moneter yang akomodatif,” kata Junanto.

Baca Juga :  Triwulan II 2021, Ekonomi Kalteng Tumbuh 5,56 Persen

Ia menyebutkan, kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong
penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian,
termasuk pembiayaan ramah lingkungan. Kebijakan sistem pembayaran dan
pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan
ekonomi.

“Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan bauran kebijakan yang akomodatif
sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal,
dan perlunya terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,” jelas Direktur Departemen
Komunikasi BI.

Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait, lanjut
Junanto. terus diperkuat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong
permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk
modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di
Jakarta pada Kamis ini menguat tipis, menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG)
Bank Indonesia. Rupiah menguat tipis sebesar dua poin atau 0,01 persen menjadi
Rp14.238 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.240per dolar AS. “Rupiah
stabil di tengah penantian pasar terhadap rapat bulanan Bank Indonesia (BI)
pada hari Kamis ini, guna untuk menentukan suku bunga acuan,” kata Direktur Utama
Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kemarin.

Baca Juga :  Erick Thohir Buka BRI & Pegadaian ICF 2023

Ia memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di
level 5,75 persen. “Melihat kondisi saat ini BI diperkirakan akan berhati-hati
dan menahan diri dari penurunan suku bunga seraya terus mengamati kondisi
global akibat dari perang dagang yang kemungkinan masih akan terjadi sampai
tahun 2020,” katanya.

Dalam transaksi kemarin, ia memproyeksikan, rupiah kemungkinan akan
bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat tipis karena pasar menunggu
hasil dari pertemuan Bank Indonesia. Rupiah akan bergerak di kisaran
Rp14.200-Rp14.300 per dolar AS.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra
mengatakan pergerakan rupiah masih dibayangi oleh sentimen perang dagang menyusul
komentar Donald Trump mengenai sikap pemerintahnya akan tetap menekan China
walaupun merugikan perekonomian AS. “Trump menyatakan perekonomian AS sudah
sudah dicurangi oleh pemerintah China selama beberapa dekade,” katanya.

Menurut dia, komentar Trump itu memberi sinyal bahwa dampak negatif bagi
mata uang negara berkembang, termasuk rupiah masih akan terasa ke depannya,
sentimen perang dagang akan membuat dolar AS tetap diuntungkan dengan situasi
itu. (ful/fin/kpc)

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk
kembali menurunkan suku bunga acuannya atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 25 bps, dari 5,75% menjadi 5,50%. Keputusan ini dihasilkdan dalam rapat
Dewan Gubernur BI, di Jakarta Rabu (21/8) hingga kemarin (22/8).

“Adapun suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75%,
dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%,” kata Direktur
Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, kemarin.

Sebelumnya pada 18 Juli lalu, BI sudah memangkas suku bunga acuan atau BI
7days reverse repo rate 25 basis poin atau 0,25%. Untuk suku bunga deposit
facility diturunkan 25 bps menjadi 5% dan lending facility menjadi 6,5%.

Junanto menegaskan, kebijakan menurunkan bunga acuan itu konsisten dengan
rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran, tetap
menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung
stabilitas eksternal, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong
momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global.

“Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan kecukupan
likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi
kebijakan moneter yang akomodatif,” kata Junanto.

Baca Juga :  Triwulan II 2021, Ekonomi Kalteng Tumbuh 5,56 Persen

Ia menyebutkan, kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong
penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian,
termasuk pembiayaan ramah lingkungan. Kebijakan sistem pembayaran dan
pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan
ekonomi.

“Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan bauran kebijakan yang akomodatif
sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal,
dan perlunya terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,” jelas Direktur Departemen
Komunikasi BI.

Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait, lanjut
Junanto. terus diperkuat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong
permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk
modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di
Jakarta pada Kamis ini menguat tipis, menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG)
Bank Indonesia. Rupiah menguat tipis sebesar dua poin atau 0,01 persen menjadi
Rp14.238 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.240per dolar AS. “Rupiah
stabil di tengah penantian pasar terhadap rapat bulanan Bank Indonesia (BI)
pada hari Kamis ini, guna untuk menentukan suku bunga acuan,” kata Direktur Utama
Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kemarin.

Baca Juga :  Erick Thohir Buka BRI & Pegadaian ICF 2023

Ia memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di
level 5,75 persen. “Melihat kondisi saat ini BI diperkirakan akan berhati-hati
dan menahan diri dari penurunan suku bunga seraya terus mengamati kondisi
global akibat dari perang dagang yang kemungkinan masih akan terjadi sampai
tahun 2020,” katanya.

Dalam transaksi kemarin, ia memproyeksikan, rupiah kemungkinan akan
bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat tipis karena pasar menunggu
hasil dari pertemuan Bank Indonesia. Rupiah akan bergerak di kisaran
Rp14.200-Rp14.300 per dolar AS.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra
mengatakan pergerakan rupiah masih dibayangi oleh sentimen perang dagang menyusul
komentar Donald Trump mengenai sikap pemerintahnya akan tetap menekan China
walaupun merugikan perekonomian AS. “Trump menyatakan perekonomian AS sudah
sudah dicurangi oleh pemerintah China selama beberapa dekade,” katanya.

Menurut dia, komentar Trump itu memberi sinyal bahwa dampak negatif bagi
mata uang negara berkembang, termasuk rupiah masih akan terasa ke depannya,
sentimen perang dagang akan membuat dolar AS tetap diuntungkan dengan situasi
itu. (ful/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru