32.3 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

NPI Triwulan II 2021 Defisit 5,7 Triliun

PROKALTENG.CO – Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2021 tercatat mengalami defisit rendah sebesar 0,4 miliar dolar AS atau setara Rp 5,7 triliun. Hal ini ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang tetap rendah dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut

"NPI pada triwulan II-2021 tetap baik, sehingga mendukung ketahanan eksternal,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi, Erwin Haryono, Jumat (20/8).

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir Juni 2021 mencapai 137,1 miliar dolar AS atau Rp 1.982 triliun. Jumlah tersebut relatif sama dibandingkan posisi pada akhir Maret 2021.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional. "Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2021 tetap rendah meski meningkat sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," terang BI.

Transaksi berjalan pada periode laporan mencatat defisit sebesar 2,2 miliar dolar AS atau Rp 31 triliun (0,8 persen dari PDB), meningkat dibandingkan dengan defisit sebesar 1,1 miliar dolar AS atau Rp 15,5 triliun (0,4 persen dari PDB) pada triwulan sebelumnya.

Baca Juga :  XL Axiata Umumkan Pemenang Tender Penjualan 2.782 Menara

Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca barang, didukung oleh kenaikan ekspor seiring peningkatan permintaan negara mitra dagang utama dan harga komoditas dunia, di tengah kenaikan impor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi berupa dividen seiring perbaikan kinerja korporasi pada periode laporan. "Defisit neraca jasa juga meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight impor barang," beber Erwin.

Transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2021 kembali mencatat surplus, ditopang oleh investasi langsung dan investasi portofolio. Pada triwulan II-2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar 1,9 miliar dolar AS atau Rp 27 triliun (0,7 persen dari PDB), melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 5,5 miliar dolar AS atau Rp 79 triliun (2 persen dari PDB).

Baca Juga :  Wujudkan Inklusi Keuangan, Nasabah UMi BRI Cairkan Pinjaman Secara Cashless

Surplus tersebut ditopang oleh aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang meningkat menjadi sebesar 5,3 miliar dolar AS atau Rp 76 triliun terutama dalam bentuk modal ekuitas sejalan dengan prospek perekonomian domestik yang membaik.

Net inflows investasi portofolio tetap terjaga sebesar 4,4 miliar dolar AS, meski sedikit turun dari 4,9 miliar dolar AS atau Rp 70 triliun pada triwulan sebelumnya sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

"Sementara itu, transaksi investasi lainnya mengalami peningkatan defisit antara lain disebabkan oleh kenaikan pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo," ujar Erwin.

Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.

PROKALTENG.CO – Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2021 tercatat mengalami defisit rendah sebesar 0,4 miliar dolar AS atau setara Rp 5,7 triliun. Hal ini ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang tetap rendah dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut

"NPI pada triwulan II-2021 tetap baik, sehingga mendukung ketahanan eksternal,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi, Erwin Haryono, Jumat (20/8).

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir Juni 2021 mencapai 137,1 miliar dolar AS atau Rp 1.982 triliun. Jumlah tersebut relatif sama dibandingkan posisi pada akhir Maret 2021.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional. "Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2021 tetap rendah meski meningkat sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," terang BI.

Transaksi berjalan pada periode laporan mencatat defisit sebesar 2,2 miliar dolar AS atau Rp 31 triliun (0,8 persen dari PDB), meningkat dibandingkan dengan defisit sebesar 1,1 miliar dolar AS atau Rp 15,5 triliun (0,4 persen dari PDB) pada triwulan sebelumnya.

Baca Juga :  XL Axiata Umumkan Pemenang Tender Penjualan 2.782 Menara

Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca barang, didukung oleh kenaikan ekspor seiring peningkatan permintaan negara mitra dagang utama dan harga komoditas dunia, di tengah kenaikan impor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi berupa dividen seiring perbaikan kinerja korporasi pada periode laporan. "Defisit neraca jasa juga meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight impor barang," beber Erwin.

Transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2021 kembali mencatat surplus, ditopang oleh investasi langsung dan investasi portofolio. Pada triwulan II-2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar 1,9 miliar dolar AS atau Rp 27 triliun (0,7 persen dari PDB), melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 5,5 miliar dolar AS atau Rp 79 triliun (2 persen dari PDB).

Baca Juga :  Wujudkan Inklusi Keuangan, Nasabah UMi BRI Cairkan Pinjaman Secara Cashless

Surplus tersebut ditopang oleh aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang meningkat menjadi sebesar 5,3 miliar dolar AS atau Rp 76 triliun terutama dalam bentuk modal ekuitas sejalan dengan prospek perekonomian domestik yang membaik.

Net inflows investasi portofolio tetap terjaga sebesar 4,4 miliar dolar AS, meski sedikit turun dari 4,9 miliar dolar AS atau Rp 70 triliun pada triwulan sebelumnya sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

"Sementara itu, transaksi investasi lainnya mengalami peningkatan defisit antara lain disebabkan oleh kenaikan pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo," ujar Erwin.

Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.

Terpopuler

Artikel Terbaru