32.5 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

Pemerintah Optimistis 2021 jadi Titik Balik Perekonomian

PROKALTENG.CO-Pemerintah optimistis 2021 menjadi titik balik pandemi Covid-19.
Jika vaksinasi bisa meredam persebaran wabah, perekonomian akan bangkit dan
ketidakpastian berakhir.

Pertanyaan tersebut dilontarkan Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo (Jokowi) setelah vaksinasi Rabu lalu (13/1). Dia
mengklaim vaksinasi sebagai game changer atau
kunci penentu arah pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021.

“Anak-anak kita bisa belajar di sekolah lagi, kita bisa
kembali beribadah dengan tenang, dan perekonomian nasional bisa segera
bangkit,” ujarnya.

Jokowi menginstruksikan vaksinasi kepada sekitar
181.500.000 rakyat Indonesia tuntas sebelum akhir 2021. Untuk PEN 2021,
pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 372,3 triliun.

“Kita juga bersyukur UU Cipta Kerja telah diundangkan dan
peraturan turunannya segera terbit agar kita semakin kompetitif di pasar
global,” terangnya.

Pemerintah telah menerbitkan regulasi tentang pembentukan
lembaga pengelola investasi, Indonesia Investment Authority (INA). Tujuan
lembaga itu adalah meningkatkan foreign direct
investment
 dan menurunkan rasio utang terhadap produk domestik
bruto (PDB).

“Saya tadi bisik-bisik ke Bu Menkeu, sebulan atau dua
bulan berapa target yang masuk. Dijawab Bu Menkeu kira-kira USD 20 miliar,”
ungkap Jokowi.

Lantas, bagaimana respons pelaku usaha? Ketua Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani menegaskan bahwa vaksinasi akan menimbulkan
rasa aman, rasa percaya, dan mengurangi ketidakpastian. Itu akan membuat
masyarakat mulai spending dan mengaktifkan kembali roda perekonomian.

Baca Juga :  Ini 5 Raja Minyak Goreng di Indonesia

Menurut Rosan, mengetahui impact vaksinasi
terhadap perekonomian tetap butuh waktu. Idealnya, vaksinasi rampung pada
kuartal I 2021 agar perekonomian punya waktu tiga kuartal untuk konsolidasi,
pulih, dan bertumbuh.

“Kalau vaksinasi selesai kuartal III atau kuartal IV,
apalagi tahun depan, perekonomian 2021 masih relatif landai,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy
Nicholas Mandey berharap perekonomian pada kuartal II bisa tumbuh 1,4 persen.
Maka, pada kuartal III dan IV, pertumbuhan ekonomi bisa menjadi 4,5 persen.

“Ritel akan mengikuti pertumbuhan proyeksi ini,” ujarnya.

Optimisme terhadap vaksin juga muncul dari sektor
otomotif. “Pastinya kabar baik. Harapannya, dapat memberikan stimulus positif
bagi ekonomi secara umum di Indonesia,” ujar Business Innovation and Sales
& Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy.

Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede
menyatakan bahwa vaksinasi meningkatkan ekspektasi masyarakat terhadap
pemulihan ekonomi. Terutama terkait ketersediaan pekerjaan pada masa mendatang.
Berdasar data Bank Indonesia (BI), indeks ekspektasi terhadap ketersediaan
pekerjaan pada Desember 2020 meningkat menjadi 121,7. Bulan sebelumnya, indeks
tercatat 117,7.

Baca Juga :  Masyarakat Perlu Literasi Manfaat Lokapasar di Era Transformasi Digital

“Bahkan, bagi masyarakat dengan pendapatan Rp 4 juta–Rp 5
juta dan lebih dari Rp 5 juta mencatatkan indeks lebih dari 100,” ujarnya
kepada Jawa Pos Minggu (17/1).

Terkait vaksinasi, Kadin Indonesia mengusulkan akses
mandiri bagi swasta. Tujuannya adalah percepatan vaksinasi secara nasional.
Menurut Rosan, swasta ingin berpartisipasi menyukseskan dan mempercepat
vaksinasi.

“Dibukanya akses vaksinasi mandiri (untuk swasta, Red)
akan mengurangi beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk
pembiayaan vaksinasi,” ujar Rosan.

Dia mengusulkan, vaksinasi mandiri swasta diperuntukkan
bagi kalangan dunia usaha, karyawan atau pekerja, dan keluarga karyawan.
Kendati demikian, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi
Sukamdani menekankan bahwa vaksinasi mandiri itu bersifat opsional.

Sebab, tidak semua perusahaan mampu untuk mengadakan
vaksin mandiri. Itu bergantung kondisi keuangan perusahaan.

“Jadi, itu tidak melepaskan tanggung jawab negara terhadap
vaksinasi untuk seluruh rakyat Indonesia,” ujar Hariyadi.

PERTUMBUHAN PDB INDONESIA 2020

Q1: 2,97 persen

Q2: minus 5,32 persen

Q3: minus 3,49 persen

JUMLAH INVESTOR RITEL

2016: 894 ribu

2017: 1,123 juta

2018: 1,619 juta

2019: 2,484 juta

2020: 3,88 juta

Sumber: BPS, KSEI, OJK

PROKALTENG.CO-Pemerintah optimistis 2021 menjadi titik balik pandemi Covid-19.
Jika vaksinasi bisa meredam persebaran wabah, perekonomian akan bangkit dan
ketidakpastian berakhir.

Pertanyaan tersebut dilontarkan Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo (Jokowi) setelah vaksinasi Rabu lalu (13/1). Dia
mengklaim vaksinasi sebagai game changer atau
kunci penentu arah pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021.

“Anak-anak kita bisa belajar di sekolah lagi, kita bisa
kembali beribadah dengan tenang, dan perekonomian nasional bisa segera
bangkit,” ujarnya.

Jokowi menginstruksikan vaksinasi kepada sekitar
181.500.000 rakyat Indonesia tuntas sebelum akhir 2021. Untuk PEN 2021,
pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 372,3 triliun.

“Kita juga bersyukur UU Cipta Kerja telah diundangkan dan
peraturan turunannya segera terbit agar kita semakin kompetitif di pasar
global,” terangnya.

Pemerintah telah menerbitkan regulasi tentang pembentukan
lembaga pengelola investasi, Indonesia Investment Authority (INA). Tujuan
lembaga itu adalah meningkatkan foreign direct
investment
 dan menurunkan rasio utang terhadap produk domestik
bruto (PDB).

“Saya tadi bisik-bisik ke Bu Menkeu, sebulan atau dua
bulan berapa target yang masuk. Dijawab Bu Menkeu kira-kira USD 20 miliar,”
ungkap Jokowi.

Lantas, bagaimana respons pelaku usaha? Ketua Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani menegaskan bahwa vaksinasi akan menimbulkan
rasa aman, rasa percaya, dan mengurangi ketidakpastian. Itu akan membuat
masyarakat mulai spending dan mengaktifkan kembali roda perekonomian.

Baca Juga :  Ini 5 Raja Minyak Goreng di Indonesia

Menurut Rosan, mengetahui impact vaksinasi
terhadap perekonomian tetap butuh waktu. Idealnya, vaksinasi rampung pada
kuartal I 2021 agar perekonomian punya waktu tiga kuartal untuk konsolidasi,
pulih, dan bertumbuh.

“Kalau vaksinasi selesai kuartal III atau kuartal IV,
apalagi tahun depan, perekonomian 2021 masih relatif landai,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy
Nicholas Mandey berharap perekonomian pada kuartal II bisa tumbuh 1,4 persen.
Maka, pada kuartal III dan IV, pertumbuhan ekonomi bisa menjadi 4,5 persen.

“Ritel akan mengikuti pertumbuhan proyeksi ini,” ujarnya.

Optimisme terhadap vaksin juga muncul dari sektor
otomotif. “Pastinya kabar baik. Harapannya, dapat memberikan stimulus positif
bagi ekonomi secara umum di Indonesia,” ujar Business Innovation and Sales
& Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy.

Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede
menyatakan bahwa vaksinasi meningkatkan ekspektasi masyarakat terhadap
pemulihan ekonomi. Terutama terkait ketersediaan pekerjaan pada masa mendatang.
Berdasar data Bank Indonesia (BI), indeks ekspektasi terhadap ketersediaan
pekerjaan pada Desember 2020 meningkat menjadi 121,7. Bulan sebelumnya, indeks
tercatat 117,7.

Baca Juga :  Masyarakat Perlu Literasi Manfaat Lokapasar di Era Transformasi Digital

“Bahkan, bagi masyarakat dengan pendapatan Rp 4 juta–Rp 5
juta dan lebih dari Rp 5 juta mencatatkan indeks lebih dari 100,” ujarnya
kepada Jawa Pos Minggu (17/1).

Terkait vaksinasi, Kadin Indonesia mengusulkan akses
mandiri bagi swasta. Tujuannya adalah percepatan vaksinasi secara nasional.
Menurut Rosan, swasta ingin berpartisipasi menyukseskan dan mempercepat
vaksinasi.

“Dibukanya akses vaksinasi mandiri (untuk swasta, Red)
akan mengurangi beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk
pembiayaan vaksinasi,” ujar Rosan.

Dia mengusulkan, vaksinasi mandiri swasta diperuntukkan
bagi kalangan dunia usaha, karyawan atau pekerja, dan keluarga karyawan.
Kendati demikian, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi
Sukamdani menekankan bahwa vaksinasi mandiri itu bersifat opsional.

Sebab, tidak semua perusahaan mampu untuk mengadakan
vaksin mandiri. Itu bergantung kondisi keuangan perusahaan.

“Jadi, itu tidak melepaskan tanggung jawab negara terhadap
vaksinasi untuk seluruh rakyat Indonesia,” ujar Hariyadi.

PERTUMBUHAN PDB INDONESIA 2020

Q1: 2,97 persen

Q2: minus 5,32 persen

Q3: minus 3,49 persen

JUMLAH INVESTOR RITEL

2016: 894 ribu

2017: 1,123 juta

2018: 1,619 juta

2019: 2,484 juta

2020: 3,88 juta

Sumber: BPS, KSEI, OJK

Terpopuler

Artikel Terbaru