27.8 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

54,8 Persen Pasar Modal Dikuasai Milenial

PROKALTENG.CO – Selama masa pandemi, minat investor di pasar soal
meningkat tajam. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember
2020, jumlah investor pasar modal sebanyak 3,88 juta.

Angka tersebut melonjak 56,45
persen dibandingkan 2019 yang sebanyak 2,48 juta. Menariknya, sebanyak 54,8
persen merupakan investor di bawah 30 tahun alias milenial.

Padahal, kinerja portofolio
investasi banyak yang anjlok akibat pandemi Covid-19. OJK mewasapadai,
peningkatan jumlah investor tersebut, apakah sudah melek informasi di pasar
modal atau sekadar ikut-ikutan.

Fenomena tersebut juga harus
menjadi perhatian pelaku pasar modal lain. Menjaga kondisi pasar modal tetap
sehat.

Presiden Direktur Syailendra
Capital Fajar R Hidayat melihat potensi upside Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) masih cukup besar. Pihaknya memprediksi, keadaan akan membaik seiring
dengan program vaksinasi yang terus berjalan, sehingga diharapkan dapat
menjinakkan pandemi.

Sehingga ekonomi bisa meningkat,
dimana salah satu indikator meningkatnya ekonomi adalah bursa saham.
“Syailendra memperkirakan pada akhir tahun IHSG akan berada di level 6.900,”
ujarnya dalam keterangannya, Rabu (14/4).

Bahkan, Fajar menyebut IHSG pada
level tertingginya bisa saja bergerak ke level 7.000-7.200. Ia memproyeksikan
level ini justru akan terjadi pada kuartal III tahun ini. Sebelum akhirnya
perlahan terkoreksi dan bergerak ke arah 6.900 pada akhir tahun.

Baca Juga :  Jokowi: Percepat Digitalisasi Pasar Modal

“Pada kuartal III, pergerakan
pasar saham juga akan mengalami perubahan. Sejauh ini pasar saham masih
digerakan oleh sentimen maupun informasi . Sehingga, ketika ada sentimen
positif, maka pasar akan menguat, begitu pun sebaliknya,” ucapnya.

Namun, memasuki semester II,
pasar saham lebih terdoronb oleh fundamental saham-saham. Meskipun demikian,
kinerja emiten sebenarnya belum dapat diambil kesimpulan lantaran laporan
keuangan full year 2020 ataupun kuartal I 2021 masih sangat dipengaruhi pandemi
dan masa transisi.

“Tapi, untuk laporan keuangan
kuartal II 2021, baru terlihat hasil dari konsistensi strategi masing-masing
perusahaan dalam menyiasati dampak pandemi,” imbuhnya.

Dengan demikian, jika investasi
saham dianggap terlalu berisiko, investor bisa mencoba masuk ke reksadana. Ia
menjabarkan, terdapat empat produk reksadana yang disiapkan, yakni reksadana
pendapatan tetap, campuran dan reksadana indeks.

“Syailendra Capital sendiri
merupakan salah satu pemain besar di industri reksa dana. Dari total dana
kelolaan alias asset under management, Syailendra masuk 10 besar di industri
reksa dana,” ungkapnya.

Fajar memprediksi, tahun ini
pertumbuhan industri reksa dana akan kembali mulai normal. Ia memperkirakan,
pertumbuhan industri reksadana pada tahun ini akan berada di kisaran 5 persen –
10 persen.

Baca Juga :  Ini Rekomendasi BI Agar Roda Ekonomi Kalteng Tetap Berjalan Saat Pande

Menurutnya, jenis reksa dana yang
berpotensi tumbuh paling optimal adalah, reksa dana saham, reksa dana indeks,
reksa dana pendapatan tetap, lalu reksa dana pasar uang. PT Syailendra Capital
menyiapkan beberapa produk baru reksa dana berbasis ritel di tahun ini.

“Produk ini dibentuk untuk
menangkap peluang pertumbuhan investor ritel yang cukup pesat belakangan ini,”
ucapnya.

Fajar menambahkan, saat ini pasar
reksa dana indeks masih punya ruang yang sangat besar untuk terus tumbuh. Fajar
mengatakan, reksa dana indeks menawarkan transparansi yang akan memudahkan
investor.

Dengan berbagai produk reksa dana
baru yang sudah disiapkan ini, Fajar optimistis Syailendra bisa mencatatkan
pertumbuhan dana kelolaan sebesar 5-10 persen dibandingkan tahun lalu. Sebagai
informasi, pada akhir tahun lalu, dana kelolaan Syailendra mencapai Rp 23,43
triliun.

Sementara per akhir Februari
2021, dana kelolaan Syailendra tumbuh 4,35 persen menjadi Rp 24,45 triliun.
Jumlah tersebut tidak termasuk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) dan
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD). Jika termasuk semua jenis reksa dana, total
dana kelolaan perusahaan adalah sebesar Rp 26,14 triliun.

PROKALTENG.CO – Selama masa pandemi, minat investor di pasar soal
meningkat tajam. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember
2020, jumlah investor pasar modal sebanyak 3,88 juta.

Angka tersebut melonjak 56,45
persen dibandingkan 2019 yang sebanyak 2,48 juta. Menariknya, sebanyak 54,8
persen merupakan investor di bawah 30 tahun alias milenial.

Padahal, kinerja portofolio
investasi banyak yang anjlok akibat pandemi Covid-19. OJK mewasapadai,
peningkatan jumlah investor tersebut, apakah sudah melek informasi di pasar
modal atau sekadar ikut-ikutan.

Fenomena tersebut juga harus
menjadi perhatian pelaku pasar modal lain. Menjaga kondisi pasar modal tetap
sehat.

Presiden Direktur Syailendra
Capital Fajar R Hidayat melihat potensi upside Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) masih cukup besar. Pihaknya memprediksi, keadaan akan membaik seiring
dengan program vaksinasi yang terus berjalan, sehingga diharapkan dapat
menjinakkan pandemi.

Sehingga ekonomi bisa meningkat,
dimana salah satu indikator meningkatnya ekonomi adalah bursa saham.
“Syailendra memperkirakan pada akhir tahun IHSG akan berada di level 6.900,”
ujarnya dalam keterangannya, Rabu (14/4).

Bahkan, Fajar menyebut IHSG pada
level tertingginya bisa saja bergerak ke level 7.000-7.200. Ia memproyeksikan
level ini justru akan terjadi pada kuartal III tahun ini. Sebelum akhirnya
perlahan terkoreksi dan bergerak ke arah 6.900 pada akhir tahun.

Baca Juga :  Jokowi: Percepat Digitalisasi Pasar Modal

“Pada kuartal III, pergerakan
pasar saham juga akan mengalami perubahan. Sejauh ini pasar saham masih
digerakan oleh sentimen maupun informasi . Sehingga, ketika ada sentimen
positif, maka pasar akan menguat, begitu pun sebaliknya,” ucapnya.

Namun, memasuki semester II,
pasar saham lebih terdoronb oleh fundamental saham-saham. Meskipun demikian,
kinerja emiten sebenarnya belum dapat diambil kesimpulan lantaran laporan
keuangan full year 2020 ataupun kuartal I 2021 masih sangat dipengaruhi pandemi
dan masa transisi.

“Tapi, untuk laporan keuangan
kuartal II 2021, baru terlihat hasil dari konsistensi strategi masing-masing
perusahaan dalam menyiasati dampak pandemi,” imbuhnya.

Dengan demikian, jika investasi
saham dianggap terlalu berisiko, investor bisa mencoba masuk ke reksadana. Ia
menjabarkan, terdapat empat produk reksadana yang disiapkan, yakni reksadana
pendapatan tetap, campuran dan reksadana indeks.

“Syailendra Capital sendiri
merupakan salah satu pemain besar di industri reksa dana. Dari total dana
kelolaan alias asset under management, Syailendra masuk 10 besar di industri
reksa dana,” ungkapnya.

Fajar memprediksi, tahun ini
pertumbuhan industri reksa dana akan kembali mulai normal. Ia memperkirakan,
pertumbuhan industri reksadana pada tahun ini akan berada di kisaran 5 persen –
10 persen.

Baca Juga :  Ini Rekomendasi BI Agar Roda Ekonomi Kalteng Tetap Berjalan Saat Pande

Menurutnya, jenis reksa dana yang
berpotensi tumbuh paling optimal adalah, reksa dana saham, reksa dana indeks,
reksa dana pendapatan tetap, lalu reksa dana pasar uang. PT Syailendra Capital
menyiapkan beberapa produk baru reksa dana berbasis ritel di tahun ini.

“Produk ini dibentuk untuk
menangkap peluang pertumbuhan investor ritel yang cukup pesat belakangan ini,”
ucapnya.

Fajar menambahkan, saat ini pasar
reksa dana indeks masih punya ruang yang sangat besar untuk terus tumbuh. Fajar
mengatakan, reksa dana indeks menawarkan transparansi yang akan memudahkan
investor.

Dengan berbagai produk reksa dana
baru yang sudah disiapkan ini, Fajar optimistis Syailendra bisa mencatatkan
pertumbuhan dana kelolaan sebesar 5-10 persen dibandingkan tahun lalu. Sebagai
informasi, pada akhir tahun lalu, dana kelolaan Syailendra mencapai Rp 23,43
triliun.

Sementara per akhir Februari
2021, dana kelolaan Syailendra tumbuh 4,35 persen menjadi Rp 24,45 triliun.
Jumlah tersebut tidak termasuk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) dan
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD). Jika termasuk semua jenis reksa dana, total
dana kelolaan perusahaan adalah sebesar Rp 26,14 triliun.

Terpopuler

Artikel Terbaru