PROKALTENG.CO-Insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) berlanjut. Tahap II kebijakan yang menggairahkan kembali pasar otomotif itu bakal bermula pada bulan ini. Kali ini besaran diskonnya separo tahap I. Yakni, 50 persen.
Para pelaku industri otomotif menyambut baik keputusan pemerintah untuk melanjutkan insentif dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 tersebut. Meski insentif tidak lagi 100 persen, diskon PPnBM tetap akan menarik konsumen.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai, insentif PPnBM 50 persen akan tetap menjadi sentimen positif. Penjualan mobil, menurut dia, bakal tetap meningkat selama periode insentif tahap II.
“Stimulus PPnBM berlaku dengan tahapan berbeda. Kami harap minat masyarakat tetap tinggi dan penjualan mobil tetap positif,” ujarnya Selasa (8/6).
Kukuh menyatakan bahwa masyarakat mereaksi positif insentif PPnBM. Bahkan, lonjakan pembelian kendaraan bermotor cukup tajam.
“Dengan adanya relaksasi tersebut, baik penjualan dan produksi kendaraan bermotor per bulannya mulai menuju normal. Sama seperti sebelum pandemi, pada kisaran 80 ribu per bulan,” bebernya.
Indikasi positif itu, menurut Kukuh, bisa menghidupkan ekosistem industri otomotif Indonesia yang punya jumlah tenaga kerja besar. Jika sentimen positif itu terus berlanjut, sektor otomotif bisa ikut mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia.
“Kontribusi industri otomotif terhadap PDB cukup besar. Pada 2019, hampir 4 persen. Kalau ini bisa kembali normal, pemulihan ekonomi nasional bisa didorong dari otomotif,” tegasnya.
Sementara itu, Operation Manager Auto2000 Jawa Timur (Jatim) Judianto mengakui bahwa stimulus PPnBM berhasil menggenjot penjualan. “Sebelum stimulus, penjualan kami 900 unit per bulan. Tapi, saat stimulus berlaku pada Maret lalu, angkanya naik dua kali lipat menjadi 1.800 unit,” tegasnya Selasa (8/6).
Judianto mengatakan bahwa potensi sebenarnya jauh lebih besar dari angka tersebut. Namun, ada beberapa kendala yang menghambat. Misalnya, libur Lebaran pada Mei. Juga, kesulitan pabrik untuk memenuhi permintaan pasar.
Dia mencontohkan penjualan produk terbaru mereka, Raize. Dari 148 SPK yang tercatat, baru 60 unit yang bisa dikirim. “Pabrik sebenarnya kaget melihat respons masyarakat. Karena mereka juga tak bisa menambah pesanan bahan baku dalam sekejap. Akhirnya, tak semua permintaan bisa terpenuhi,” urai Judianto.
Perbedaan harga stimulus tahap pertama dan kedua memang diakui Judianto mencapai Rp 8 juta. “Meski memang tak sebesar jilid pertama, kami rasa pembebasan 50 persen PPnBM masih menarik. Kami berharap angka penjualan di wilayah Jatim bisa bertahan pada angka 1.800,” tambahnya.
SKENARIO INSENTIF PPNBM
Tahap | Periode | Insentif
I | Maret–Mei | 100%
II | Juni–Agustus | 50%
III | September–November | 25%
Sumber: Kemenperin