26.7 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Dari Bisnis Rumahan, UMKM Makaroni Miliki Pabrik Berkat BRI

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – UMKM Binaan BRI Palangkaraya, Nurul Azkia Makaroni milik Asep (51) dimulai sejak 2012. Dari rumahan, UMKM Makaroni Nurul Azkia kini sudah memiliki pabrik. Penghasilan kotor sebanyak kurang lebih Rp50 juta dalam sebulannya. Berbagai macam jenis makaroni dijual. Dari makaroni tipis, tebal, kerupuk jengkol, stik, akar pinang, selang, mayang dan Kompas dijualnya.

“Awalnya kecil-kecilan dulu. Bungkusnya pakai manual. Sekarang semakin banyak modal ada sampai nambah 5 kilo sampai 10 kilo naruh ke pasar. Ke pasar gak sebungkus dua bungkus tapi puluhan bungkusan pak. Mengikuti orang banyak masuk ke pasar. Jadi saya ikuti ke pasar-pasar,” ujarnya, baru-baru ini.

Seiring berjalannya waktu, produk usahanya pun berkembang ke luar Kota. Seperti Kasongan, Tumbang Samba, hingga Kuala Kurun. Bahkan sempat ke luar Kalteng yakni Tanjung, Amuntai sampai di wilayah Kaltim.

“Pernah dulu sampai ke Kalsel, Tanjung Amuntai sampai ke wilayah Kaltim. Tapi sekarang sudah gak kuat lagi yang jauh-jauh jadi seada-adanya orang,” tambahnya.

Sehingga, saat ini ia tetap mempertahankan pelanggan yang setia membeli macaroni milik Asep ini. Seperti di Buntok, Pujon yang menjadi langganannya ia mengantar pada masa itu.

Baca Juga :  Maaf Ya! Pertamax Nail Lagi, Ini Daftar Harganya di Setiap Daerah

“Komunikasi dengan pelanggan tetap kadang mesan. Jadi saya menyiapkan dulu barangnya. Saya gak bisa terlalu banyak menyetok kerupuk ini waktunya seminggu atau dua minggu,” ungkapnya.

Di era digitalisasi, Asep mengaku ingin menambah jangkauan pembeli hingga luar Kalteng. Ia berencana memberdayakan dua anaknya untuk mempelajari sistem penjualan online dan membuat survei di kantin-kantin sekolah atau Kantor wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel).

“Ingin mempelajari belum sih. Rencana anak saya yang kuliah suruh belajar online seperti orang dan satunya saya suruh bikin survei daerah kalsel di kantin-kantin di sekolah atau di kantor,” tandasnya.

Asep merasa terbantu dengan kehadiran BRI untuk pengembangan usahanya. Asep sendiri mengaku bergabung menjadi binaan BRI sejak 5 tahun yang lalu. Ia sendiri memperlihatkan tiga alat packingnya yang ada di pabrik produksi tersebut.

Pada saat itu, ia memerlukan modal, mesin packing, mesin pembuat bumbu untuk mempermudah jalan usahanya.

Baca Juga :  Penerbangan di Kalteng Alami Peningkatan Frekuensi

“Terasa banget saya banyak kekurangan mesin packing atau mesin buat bumbuin berapa macam di Gudang, alhamdulillah terbantu adanya pinjaman untuk usaha untuk mengembangan produksi selain nambah modal, nambah alat juga,” bebernya.

Usaha yang digelutinya sejak 2012 lalu, diakuinya dulu hanya memproduksi makaroni di rumah saja. Ia pun tak memiliki pabrik produksi makaroni pada saat itu. Bahkan penjepit kemasan makanannya pun manual.

“Dulunya produksinya di rumah aja. Gak ada pabrik kaya gini. Goreng di rumah sekilo dua kilo. Plastic manual penjepit manual. Sekarang pakai mesin, kalau dulu pengen 50 kilo 2 hari 3 hari. Sekarang 3 kwintal sebentar aja setengah hari selesai,” terangnya.

Sehingga. Produksi dari produk berbagai macam jenis makaroni dan kerupuk saat ini, sudah sebanyak 1 kwintal dalam sehari. Namun begitu, pabrik produksi milik Asep pun juga sempat membuat 2 hingga 3 kwintal kerupuk dan makaroni dalam sehari.

“Terasa sekali dengan adanya BRI, alatnya itu harganya Rp 35 sampai 40 juta,” tandasnya. (hfz/pri)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – UMKM Binaan BRI Palangkaraya, Nurul Azkia Makaroni milik Asep (51) dimulai sejak 2012. Dari rumahan, UMKM Makaroni Nurul Azkia kini sudah memiliki pabrik. Penghasilan kotor sebanyak kurang lebih Rp50 juta dalam sebulannya. Berbagai macam jenis makaroni dijual. Dari makaroni tipis, tebal, kerupuk jengkol, stik, akar pinang, selang, mayang dan Kompas dijualnya.

“Awalnya kecil-kecilan dulu. Bungkusnya pakai manual. Sekarang semakin banyak modal ada sampai nambah 5 kilo sampai 10 kilo naruh ke pasar. Ke pasar gak sebungkus dua bungkus tapi puluhan bungkusan pak. Mengikuti orang banyak masuk ke pasar. Jadi saya ikuti ke pasar-pasar,” ujarnya, baru-baru ini.

Seiring berjalannya waktu, produk usahanya pun berkembang ke luar Kota. Seperti Kasongan, Tumbang Samba, hingga Kuala Kurun. Bahkan sempat ke luar Kalteng yakni Tanjung, Amuntai sampai di wilayah Kaltim.

“Pernah dulu sampai ke Kalsel, Tanjung Amuntai sampai ke wilayah Kaltim. Tapi sekarang sudah gak kuat lagi yang jauh-jauh jadi seada-adanya orang,” tambahnya.

Sehingga, saat ini ia tetap mempertahankan pelanggan yang setia membeli macaroni milik Asep ini. Seperti di Buntok, Pujon yang menjadi langganannya ia mengantar pada masa itu.

Baca Juga :  Maaf Ya! Pertamax Nail Lagi, Ini Daftar Harganya di Setiap Daerah

“Komunikasi dengan pelanggan tetap kadang mesan. Jadi saya menyiapkan dulu barangnya. Saya gak bisa terlalu banyak menyetok kerupuk ini waktunya seminggu atau dua minggu,” ungkapnya.

Di era digitalisasi, Asep mengaku ingin menambah jangkauan pembeli hingga luar Kalteng. Ia berencana memberdayakan dua anaknya untuk mempelajari sistem penjualan online dan membuat survei di kantin-kantin sekolah atau Kantor wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel).

“Ingin mempelajari belum sih. Rencana anak saya yang kuliah suruh belajar online seperti orang dan satunya saya suruh bikin survei daerah kalsel di kantin-kantin di sekolah atau di kantor,” tandasnya.

Asep merasa terbantu dengan kehadiran BRI untuk pengembangan usahanya. Asep sendiri mengaku bergabung menjadi binaan BRI sejak 5 tahun yang lalu. Ia sendiri memperlihatkan tiga alat packingnya yang ada di pabrik produksi tersebut.

Pada saat itu, ia memerlukan modal, mesin packing, mesin pembuat bumbu untuk mempermudah jalan usahanya.

Baca Juga :  Penerbangan di Kalteng Alami Peningkatan Frekuensi

“Terasa banget saya banyak kekurangan mesin packing atau mesin buat bumbuin berapa macam di Gudang, alhamdulillah terbantu adanya pinjaman untuk usaha untuk mengembangan produksi selain nambah modal, nambah alat juga,” bebernya.

Usaha yang digelutinya sejak 2012 lalu, diakuinya dulu hanya memproduksi makaroni di rumah saja. Ia pun tak memiliki pabrik produksi makaroni pada saat itu. Bahkan penjepit kemasan makanannya pun manual.

“Dulunya produksinya di rumah aja. Gak ada pabrik kaya gini. Goreng di rumah sekilo dua kilo. Plastic manual penjepit manual. Sekarang pakai mesin, kalau dulu pengen 50 kilo 2 hari 3 hari. Sekarang 3 kwintal sebentar aja setengah hari selesai,” terangnya.

Sehingga. Produksi dari produk berbagai macam jenis makaroni dan kerupuk saat ini, sudah sebanyak 1 kwintal dalam sehari. Namun begitu, pabrik produksi milik Asep pun juga sempat membuat 2 hingga 3 kwintal kerupuk dan makaroni dalam sehari.

“Terasa sekali dengan adanya BRI, alatnya itu harganya Rp 35 sampai 40 juta,” tandasnya. (hfz/pri)

Terpopuler

Artikel Terbaru