32.1 C
Jakarta
Wednesday, November 5, 2025

Ekonomi Kalteng Triwulan III-2025 Tumbuh 5,36 Persen, Didukung Lonjakan Ekspor Batu Bara

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat perekonomian daerah ini pada triwulan III-2025 tumbuh sebesar 5,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/y-on-y).

Pertumbuhan ekonomi tersebut juga tercatat meningkat 1,60 persen secara triwulanan (q-to-q).

Kepala BPS Provinsi Kalteng Agnes Widiastuti menjelaskan, sektor pertambangan masih menjadi salah satu penopang utama ekonomi Kalteng, terutama melalui peningkatan ekspor batu bara.

 “Produksi batu bara Kalimantan Tengah triwulan III-2025 meningkat baik secara q-to-q maupun y-on-y, sejalan dengan indikator volume ekspor batu bara yang naik 8,35 persen secara triwulanan dan 18,02 persen secara tahunan,” ujarnya di Kantor BPS Kalteng, Rabu, (5/11).

Menurut Agnes, peningkatan ekspor batu bara menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah di tengah menurunnya kinerja beberapa komoditas tambang lainnya.

Baca Juga :  BI Kalteng Sebut Kecukupan Pasokan Komoditas Penting bagi Masyarakat

“Produksi bijih emas dan zirkon menurun, karena operasional perusahaan tambang emas terbesar di Kalimantan Tengah berhenti sejak April 2025 serta adanya penghentian ekspor komoditas zirkon pada triwulan III-2025,” ungkapnya.

Meski sektor pertambangan menghadapi tantangan pada sebagian komoditas, kontribusinya tetap signifikan terhadap perekonomian daerah. Berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB), perekonomian Kalteng triwulan III-2025 mencapai Rp59,7 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 mencapai Rp30,9 triliun.

Dari sisi lapangan usaha, Pertambangan dan Penggalian masih memberikan kontribusi sebesar 8,70 persen terhadap struktur PDRB ADHB Kalimantan Tengah. Sementara sektor lain yang juga berperan besar antara lain Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 23,37 persen, Industri Pengolahan 16,90 persen, Perdagangan Besar-Eceran 12,70 persen, dan Konstruksi 8,88 persen.

Baca Juga :  Beasiswa TABE dalam Proses Pencetakan Kartu ATM, Begini Penjelasan Kadisdik Kalteng

Agnes menyebut, meski pertambangan secara agregat mencatat perlambatan akibat penurunan komoditas tertentu, kinerja ekspor tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian Kalteng.

“Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa tumbuh 22,23 persen dan menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB, dengan kontribusi 56,59 persen,” terangnya.

Lebih lanjut, komponen pengeluaran lainnya terdiri atas Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 37,45 persen, Konsumsi Rumah Tangga 36,56 persen, Konsumsi Pemerintah 11,85 persen, serta Konsumsi Lembaga Nonprofit (PK-LNPRT) sebesar 1,55 persen. Sementara itu, impor barang dan jasa yang menjadi pengurang dalam struktur PDRB mencapai 43,95 persen.

“Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kalteng pada triwulan III-2025 menunjukkan arah positif. Kinerja ekspor batu bara menjadi faktor penopang, meski beberapa komoditas tambang lain tengah mengalami koreksi produksi,” pungkas Agnes.(hfz)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat perekonomian daerah ini pada triwulan III-2025 tumbuh sebesar 5,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/y-on-y).

Pertumbuhan ekonomi tersebut juga tercatat meningkat 1,60 persen secara triwulanan (q-to-q).

Kepala BPS Provinsi Kalteng Agnes Widiastuti menjelaskan, sektor pertambangan masih menjadi salah satu penopang utama ekonomi Kalteng, terutama melalui peningkatan ekspor batu bara.

 “Produksi batu bara Kalimantan Tengah triwulan III-2025 meningkat baik secara q-to-q maupun y-on-y, sejalan dengan indikator volume ekspor batu bara yang naik 8,35 persen secara triwulanan dan 18,02 persen secara tahunan,” ujarnya di Kantor BPS Kalteng, Rabu, (5/11).

Menurut Agnes, peningkatan ekspor batu bara menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah di tengah menurunnya kinerja beberapa komoditas tambang lainnya.

Baca Juga :  BI Kalteng Sebut Kecukupan Pasokan Komoditas Penting bagi Masyarakat

“Produksi bijih emas dan zirkon menurun, karena operasional perusahaan tambang emas terbesar di Kalimantan Tengah berhenti sejak April 2025 serta adanya penghentian ekspor komoditas zirkon pada triwulan III-2025,” ungkapnya.

Meski sektor pertambangan menghadapi tantangan pada sebagian komoditas, kontribusinya tetap signifikan terhadap perekonomian daerah. Berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB), perekonomian Kalteng triwulan III-2025 mencapai Rp59,7 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 mencapai Rp30,9 triliun.

Dari sisi lapangan usaha, Pertambangan dan Penggalian masih memberikan kontribusi sebesar 8,70 persen terhadap struktur PDRB ADHB Kalimantan Tengah. Sementara sektor lain yang juga berperan besar antara lain Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 23,37 persen, Industri Pengolahan 16,90 persen, Perdagangan Besar-Eceran 12,70 persen, dan Konstruksi 8,88 persen.

Baca Juga :  Beasiswa TABE dalam Proses Pencetakan Kartu ATM, Begini Penjelasan Kadisdik Kalteng

Agnes menyebut, meski pertambangan secara agregat mencatat perlambatan akibat penurunan komoditas tertentu, kinerja ekspor tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian Kalteng.

“Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa tumbuh 22,23 persen dan menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB, dengan kontribusi 56,59 persen,” terangnya.

Lebih lanjut, komponen pengeluaran lainnya terdiri atas Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 37,45 persen, Konsumsi Rumah Tangga 36,56 persen, Konsumsi Pemerintah 11,85 persen, serta Konsumsi Lembaga Nonprofit (PK-LNPRT) sebesar 1,55 persen. Sementara itu, impor barang dan jasa yang menjadi pengurang dalam struktur PDRB mencapai 43,95 persen.

“Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kalteng pada triwulan III-2025 menunjukkan arah positif. Kinerja ekspor batu bara menjadi faktor penopang, meski beberapa komoditas tambang lain tengah mengalami koreksi produksi,” pungkas Agnes.(hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru