BUNTOK, PROKALTENG.CO – Banjir yang melanda jalan utama Trans Kalimantan sejak dini hari Selasa (22/4) mengakibatkan genangan air setinggi pinggang orang dewasa di wilayah Desa Lembeng. Banjir ini menghambat arus lalu lintas yang menghubungkan Buntok dan Palangka Raya, memaksa pengendara mencari jalan alternatif untuk melintas.
Antrean kendaraan pun mengular sepanjang hari. Beberapa pengendara sepeda motor terpaksa putar balik, sementara lainnya memanfaatkan jasa warga setempat yang menyediakan gerobak dorong untuk menyeberangi genangan air.
Inisiatif warga tersebut menjadi solusi bagi mereka yang tetap nekat melanjutkan perjalanan.
Di sisi lain, petugas gabungan dari BPBD Barsel, Damkar, Satpol PP, Dishub, serta TNI-Polri tampak bersiaga di lokasi untuk mengatur arus lalu lintas dan memberikan panduan kepada pengendara.
“Kami imbau truk bermuatan berat untuk tidak melintas dulu. Lubang jalan tertutup air cukup dalam, sangat berisiko,” ujar salah satu petugas di lokasi dilansir dari Kalteng Pos.
Meski jalur masih memungkinkan bagi kendaraan minibus, pengendara harus ekstra hati-hati, terutama di titik rawan yang dapat merusak kendaraan. Dua titik genangan yang parah terpantau di Desa Pararapak dan Desa Lembeng, wilayah vital penghubung antarwilayah yang turut mengganggu aktivitas logistik dan mobilitas masyarakat.
Bencana banjir ini menyebabkan 44 desa dan 7 kelurahan di Barito Selatan terendam, memaksa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barito Selatan mengumumkan status tanggap darurat bencana banjir.
Bupati Barito Selatan, Eddy Raya Samsuri, melalui Wakil Bupati Khristanto Yudha, menyampaikan bahwa keputusan untuk menaikkan status menjadi darurat banjir dilakukan karena wilayah yang terdampak meliputi 44 desa, 7 kelurahan, dengan perkiraan 77 ribu jiwa terdampak.
“Kami segera menggunakan dana belanja tidak terduga (BTT) untuk penanganan bencana ini, dan distribusi bantuan akan dilakukan secepatnya bersama dinas sosial, BPBD, serta pihak terkait,” ujarnya.
Hingga saat ini, banjir telah menggenangi empat kabupaten, yakni Barito Selatan, Barito Utara, Murung Raya, dan Katingan. Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng pada 21 April 2025 mencatat, 43.435 kepala keluarga (KK) atau 133.856 jiwa terdampak bencana ini, dengan ratusan jiwa mengungsi dan puluhan ribu rumah serta fasilitas umum terendam.
Kepala Pelaksana BPB-PK Kalteng, Ahmad Toyib, menyebutkan bahwa Kabupaten Barito Selatan merupakan wilayah dengan kondisi terparah dan durasi banjir terpanjang.
“Barito Selatan dan Barito Utara adalah dua kabupaten dengan wilayah terdampak paling luas,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah pun segera mengerahkan Tim Reaksi Cepat untuk memverifikasi lapangan, memantau debit air, serta mengumpulkan data kerusakan dan kebutuhan warga terdampak.
“Pemprov Kalteng terus berkoordinasi dengan BPBD kabupaten dan asisten terkait untuk langkah-langkah penanganan bencana,” tandasnya. (ovi/ena/ce/ram/kpg)