KATINGAN, PROKALTENG.CO – Meski diguyur hujan sejak pagi, pelaksanaan ANBK mandiri di SMAN 1 Sanaman Mantikei tetap berjalan mulus. Bukan sekadar lancar, tapi juga membuktikan bahwa sekolah di pelosok Katingan kini siap bersaing secara digital.
Berkat Starlink dan panel surya dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, kekhawatiran soal sinyal internet dan listrik yang selama ini menghantui ujian berbasis komputer berhasil disingkirkan. Untuk pertama kalinya, ANBK digelar tanpa harus bergantung pada cuaca atau jaringan luar.
“Alhamdulillah, sesi pertama dan kedua ANBK berjalan lancar meskipun cuaca tidak bersahabat. Semua ini karena adanya bantuan fasilitas dari pemerintah provinsi, terutama Starlink dan panel surya,” ujar Kristoni, Kepala SMA Negeri 1 Sanaman Mantikei, penuh rasa syukur, Senin (4/8/2025).
Sebanyak 50 siswa kelas XI mengikuti asesmen yang dibagi ke dalam dua sesi. Kristoni menjelaskan, peserta dipilih dari kelas XI karena mereka sudah menjalani satu tahun pembelajaran, dan hasil asesmen ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi mutu pendidikan ke depan.
Ujian dilaksanakan secara daring, diawasi oleh tim internal dan pengawas silang dari sekolah lain.
“Kalau dulu kami khawatir dengan sinyal yang tidak stabil, sekarang tidak lagi. Dengan Starlink, jaringan internet di sekolah kami sudah sangat memadai,” jelas Kristoni.
Tak hanya internet. Panel surya dan power station turut menopang kebutuhan listrik.
“Tadi sempat mati lampu, tapi kami tidak panik. Panel surya langsung menjadi penopang utama sehingga ujian tetap berjalan tanpa hambatan,” tambahnya.
Kristoni menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.
“Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Gubernur H. Agustiar Sabran, Bapak Wakil Gubernur H. Edy Pratowo, serta Plt. Kadisdik Kalteng Bapak Muhammad Reza Prabowo. Perhatian mereka terhadap digitalisasi pendidikan di Kalteng telah membuat sekolah-sekolah seperti kami tidak lagi tertinggal,” ucapnya haru.
Derasnya hujan tak menyurutkan semangat. Para siswa menjalani ujian dengan percaya diri, tanpa takut terkendala jaringan atau listrik.
“Bantuan ini bukan hanya soal teknologi, tapi tentang keadilan bagi anak-anak di daerah terpencil. Kini kami bisa membuktikan bahwa meski berada jauh dari kota, kami tidak kalah dalam mutu pendidikan,” pungkas Kristoni. (mmcdisdik)