Site icon Prokalteng

Karhutla di Kotim Tahun Ini Lebih Parah dari Sebelumnya

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, Multazam. Saat diwawancara awak media, Senin (23/10). (FOTO : RUSLI/KP)

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Musibah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tahun ini dinyatakan lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Bencana yang membuat ribuan hektare lahan terbakar itu seakan sudah menjadi siklus empat tahunan. Bahkan jika dibandingkan dengan presentase di tahun 2019, angka di tahun ini lebih tinggi jika dibuat perbandingan.

Dalam penanganannya, konsep pentahelix harus terus dikuatkan dalam berbagai penanganan musibah. Konsep yang menyatukan seluruh aspek baik unsur pemerintah, akademisi, badan dan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, serta media massa berkolaborasi serta berkomitmen untuk mencapai tujuan yang sama itu diharapkan dapat menangani atau bahkan mencegah sedini mungkin musibah yang terjadi agar tidak semakin parah.

“Pentahelix itu harus dikuatkan dalam penanganan bencana. Tidak hanya Karhutla saja. Tetapi bencana lain seperti banjir, atau bencana lain yang ada di Kotim,”ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, Multazam, Senin (24/10).

Meski Kotim sudah memasuki masa transisi pemulihan Karhutla, namun patroli secara mandiri tetap dilkukan. Berbagai data terus dikumpulkan. Perhitungan ulang luasan lahan yang terbakar juga akan dilakukan. Meski terdapat banyak kekurangan, namun hal itu akan diambil pembelajaran untuk penanganan pada kejadian berikutnya.

“Kita akan hitung ulang luas kebakaran lahan. Tetapi data kongkritnya tidak bisa kita lakukan semua. Jadi data ini akan menjadi pembelajaran bagi kita untuk jangka menengah hingga jangka panjang. Banyak PR kita, dan kita sadar kita tidak sempurna dalam penanganan Karhutla,”ungkap Multazam.

Sejauh ini, sudah seribu lebih lahan yang terbakar akibat musibah Karhutla. Data tersebut akan terus diperbaharui. Wilayah yang cukup luas menjadi PR tersendiri bagi petugas dilapangan untuk melakukan pemetaan. Kabar baiknya, semenjak diguyur hujan dalam beberapa hari ini Kabupaten Kotim sudah nihil Karhutla.

“Sudah ada sekitar 1.038 hektare yang terbakar. Angka ini akan bukan hasil akhir. Ada wilayah yang belum kita lakukan pemetaan karena wilayahnya cukup luas dan drone (pesawat tanpa awak, red) hanya terbatas 30 menit saja. Selain itu izin pengoperasian wilayahnya juga terbatas,”tuturnya.

Multazam menambahkan, Karhutla tahun ini bisa dibilang yang terparah semenjak beberapa tahun. Hal tersebut berdasarkan lonjakan titik panas yang terpantau sejauh ini.

“Jika berdasarkan jumlah hotspot, tahun ini yang parahnya. Karena di 2019 hanya September saja yang melonjak hotspotnya. Sedangkan tahun ini dari Bulan Agustus hingga Oktober lonjakannya,” ucapnya.(sli/kpg/ind)

Exit mobile version