BUNTOK, PROKALTENG.CO – Saat ini keberadaan sistem Sanitary Landfill di Kabupaten Barito Selatan (Barsel) memang sudah beroperasi sejak awal Januari lalu. Namun untuk pengelolaan sampah pada sanitary landfill sendiri masih sangat terbatas karena adanya kendala pada tanah penutup sistem tersebut.
Kabid Pengelolaan Sampah Limbah B3 dan Peningkatan Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Barsel, M Nanang Shalahudin menjelaskan, seluruh sampah sudah dibuang ke dalam tanggul sanitary landfill tapi terdapat keterbatasan pada tanah penutup.
Dimana kata dia seharusnya ditutup setiap hari dengan sistem sanitary landfill, namun sekarang masih dilakukan controlled landfill.
“Sistem sanitary landfill sudah sejak awal Januari dioperasikan, tapi sekarang tanah penutup masih terbatas sehingga masih dilakukan controlled landfill,” terangnya, Rabu (30/3).
Adapun alat pendukung sistem sanitary landfill ini sambungnya, sudah ada dua unit alat berat berupa excavator.
Kemudian untuk pelayanan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baru dilaksanakan di seputaran perkotaan saja khususnya tiga kelurahan pada Kota Buntok dan dua desa terdekat.
“Dari data terdahulu, rata-rata spah yang masuk ke TPA ini sekitar 70-75 kubik per hari,” tutupnya.
Reporter: Tigor
BUNTOK, PROKALTENG.CO – Saat ini keberadaan sistem Sanitary Landfill di Kabupaten Barito Selatan (Barsel) memang sudah beroperasi sejak awal Januari lalu. Namun untuk pengelolaan sampah pada sanitary landfill sendiri masih sangat terbatas karena adanya kendala pada tanah penutup sistem tersebut.
Kabid Pengelolaan Sampah Limbah B3 dan Peningkatan Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Barsel, M Nanang Shalahudin menjelaskan, seluruh sampah sudah dibuang ke dalam tanggul sanitary landfill tapi terdapat keterbatasan pada tanah penutup.
Dimana kata dia seharusnya ditutup setiap hari dengan sistem sanitary landfill, namun sekarang masih dilakukan controlled landfill.
“Sistem sanitary landfill sudah sejak awal Januari dioperasikan, tapi sekarang tanah penutup masih terbatas sehingga masih dilakukan controlled landfill,” terangnya, Rabu (30/3).
Adapun alat pendukung sistem sanitary landfill ini sambungnya, sudah ada dua unit alat berat berupa excavator.
Kemudian untuk pelayanan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baru dilaksanakan di seputaran perkotaan saja khususnya tiga kelurahan pada Kota Buntok dan dua desa terdekat.
“Dari data terdahulu, rata-rata spah yang masuk ke TPA ini sekitar 70-75 kubik per hari,” tutupnya.
Reporter: Tigor