32.6 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Mau Nikah ? Pasien Positif Covid-19 Diisolasi 3 Hari Menjelang Hari H

Saat akad nikah, kedua mempelai berada di dua tenda berbeda yang
berjarak 5 meter dan sang penghulu harus memakai APD. Seusai akad nikah,
pengantin pria dibawa kembali ke dalam tempat isolasi.

SUGENG DWI NURCAHYOPacitan,
Jawa Pos

SEORANG pria berbaju batik dan memakai masker
keluar dari balik pintu gerbang Wisma Atlet Pacitan, Jawa Timur. Dia berjalan menuju
terop yang sudah disiapkan sejak pagi.

Sekitar 5 meter dari tempat AF, pria tersebut, duduk, juga di bawah
naungan tenda, seorang perempuan, MRA, yang berbusana kebaya oranye telah
menunggu. Seorang penghulu kemudian datang. Mengenakan alat pe lindung diri
(APD). Buku hijau dan merah dikeluarkan.

Kalimat sakral ijab kabul diucapkan. ”Sah, ya?’’ kata penghulu. ”Sah!”
teriak kepala dusun (Kasun) yang menjadi wali nikah. Beberapa orang lainnya
yang mengenakan APD kompak menimpali.

Akad nikah itu harus berlangsung ”jauh-jauhan” karena AF pasien positif
Covid-19. Dia diisolasi di wisma atlet yang pelatarannya digunakan menggelar
pernikahan kemarin pagi.

”Tetap sah sekalipun ada jarak saat ijab kabul tadi,” kata M. Yasin,
sang penghulu yang bertugas.

Keharuan pun makin menyeruak seusai akad. Tangis kedua mempelai yang
sama-sama berusia 20 tahun itu pecah begitu penghulu mengakhiri acara.

Baca Juga :  Dilaporkan Luhut, Haris Azhar: Kondisi Kebebasan Sipil Makin Menyusut

”Pastinya senang karena sudah nikah, tapi emosi juga karena nggak bisa
kumpul keluarga dan nggak bisa disaksikan keluarga saat akad pernikahan,” kata
AF dalam keterangan kepada media melalui pengeras suara.

Pernikahan AF dan MRA sebenarnya sudah disusun matang. Berkas
persyaratan nikah bahkan masuk ke KUA sejak 6 Juli. Ratusan undangan telah pula
disebar, mengumumkan tanggal bahagia keduanya: 23 Juli 2020.

Hari bahagia itu akan dilangsungkan di kampung mereka yang berada di
wilayah Kecamatan Tulakan, Pacitan. Tapi, malang tak dapat ditolak.

Tiga hari menjelang hari H (20/7), AF dinyatakan positif Covid-19
berdasar hasil tes swab. Dia dijemput petugas kesehatan dan diisolasi di Wisma
Atlet Pacitan.

AF diduga tertular virus SARSCoV-2 dari rekannya sekuriti perusahaan
pembangkit listrik di Sudimoro, Pacitan. ”Saya panik dan bingung. Menjelang
hari pernikahan saya malah harus (menjalani) karantina,” ujar dia kepada Jawa
Pos Radar Pacitan.

Dia pun meminta solusi kepada para tenaga medis, apakah pernikahannya
bisa tetap terlaksana. Sebab, tanggal baik sudah ditentukan sejak lama. Ratusan
undangan juga kadung disebar.

Baca Juga :  Saling Menerapkan Prokes Dalam Keluarga

Beruntung, curhatannya itu direspons. Tim medis yang tergabung dalam
TGTP (Tim Gugus Tugas Penanganan) Covid-19 Pacitan bersedia memfasilitasi akad
nikah. Sekalipun kedua orang tua AF tidak bisa hadir karena harus menjalani
karantina mandiri. Kasun pun diminta menjadi wali.

Protokol kesehatan ketat tentu harus tetap diterapkan. AF harus berada
di tenda sendiri yang berjarak 5 meter dari penghulu, saksi, dan calon
istrinya.

Yasin menyebut pernikahan yang dipandunya itu langka. Baru kali ini
dilakukan di Pacitan.

Meski sempat waswas dan takut tertular virus korona, dia lega pernikahan
tersebut akhirnya berjalan lancar sesuai rencana. ”Yang jelas, dua hari saya
tidak bisa tidur setelah yang laki-laki dinyatakan positif, memikirkan nasib
pengantin,’’ kata Yasin

AF tentu lebih tak bisa tidur lagi. Kini, setelah resmi menjadi suami
MRA, dia berharap sang istri tabah. ”Ini cobaan. Semoga saya bisa segera
berkumpul dengan keluarga lagi,” katanya.

MRA hanya bisa sesenggukan. Campur aduk antara bahagia dan sedih.
Tangisnya terdengar lebih keras lagi saat suami yang baru menikahinya digiring
kembali ke dalam wisma atlet untuk melanjutkan isolasi.

Saat akad nikah, kedua mempelai berada di dua tenda berbeda yang
berjarak 5 meter dan sang penghulu harus memakai APD. Seusai akad nikah,
pengantin pria dibawa kembali ke dalam tempat isolasi.

SUGENG DWI NURCAHYOPacitan,
Jawa Pos

SEORANG pria berbaju batik dan memakai masker
keluar dari balik pintu gerbang Wisma Atlet Pacitan, Jawa Timur. Dia berjalan menuju
terop yang sudah disiapkan sejak pagi.

Sekitar 5 meter dari tempat AF, pria tersebut, duduk, juga di bawah
naungan tenda, seorang perempuan, MRA, yang berbusana kebaya oranye telah
menunggu. Seorang penghulu kemudian datang. Mengenakan alat pe lindung diri
(APD). Buku hijau dan merah dikeluarkan.

Kalimat sakral ijab kabul diucapkan. ”Sah, ya?’’ kata penghulu. ”Sah!”
teriak kepala dusun (Kasun) yang menjadi wali nikah. Beberapa orang lainnya
yang mengenakan APD kompak menimpali.

Akad nikah itu harus berlangsung ”jauh-jauhan” karena AF pasien positif
Covid-19. Dia diisolasi di wisma atlet yang pelatarannya digunakan menggelar
pernikahan kemarin pagi.

”Tetap sah sekalipun ada jarak saat ijab kabul tadi,” kata M. Yasin,
sang penghulu yang bertugas.

Keharuan pun makin menyeruak seusai akad. Tangis kedua mempelai yang
sama-sama berusia 20 tahun itu pecah begitu penghulu mengakhiri acara.

Baca Juga :  Dilaporkan Luhut, Haris Azhar: Kondisi Kebebasan Sipil Makin Menyusut

”Pastinya senang karena sudah nikah, tapi emosi juga karena nggak bisa
kumpul keluarga dan nggak bisa disaksikan keluarga saat akad pernikahan,” kata
AF dalam keterangan kepada media melalui pengeras suara.

Pernikahan AF dan MRA sebenarnya sudah disusun matang. Berkas
persyaratan nikah bahkan masuk ke KUA sejak 6 Juli. Ratusan undangan telah pula
disebar, mengumumkan tanggal bahagia keduanya: 23 Juli 2020.

Hari bahagia itu akan dilangsungkan di kampung mereka yang berada di
wilayah Kecamatan Tulakan, Pacitan. Tapi, malang tak dapat ditolak.

Tiga hari menjelang hari H (20/7), AF dinyatakan positif Covid-19
berdasar hasil tes swab. Dia dijemput petugas kesehatan dan diisolasi di Wisma
Atlet Pacitan.

AF diduga tertular virus SARSCoV-2 dari rekannya sekuriti perusahaan
pembangkit listrik di Sudimoro, Pacitan. ”Saya panik dan bingung. Menjelang
hari pernikahan saya malah harus (menjalani) karantina,” ujar dia kepada Jawa
Pos Radar Pacitan.

Dia pun meminta solusi kepada para tenaga medis, apakah pernikahannya
bisa tetap terlaksana. Sebab, tanggal baik sudah ditentukan sejak lama. Ratusan
undangan juga kadung disebar.

Baca Juga :  Saling Menerapkan Prokes Dalam Keluarga

Beruntung, curhatannya itu direspons. Tim medis yang tergabung dalam
TGTP (Tim Gugus Tugas Penanganan) Covid-19 Pacitan bersedia memfasilitasi akad
nikah. Sekalipun kedua orang tua AF tidak bisa hadir karena harus menjalani
karantina mandiri. Kasun pun diminta menjadi wali.

Protokol kesehatan ketat tentu harus tetap diterapkan. AF harus berada
di tenda sendiri yang berjarak 5 meter dari penghulu, saksi, dan calon
istrinya.

Yasin menyebut pernikahan yang dipandunya itu langka. Baru kali ini
dilakukan di Pacitan.

Meski sempat waswas dan takut tertular virus korona, dia lega pernikahan
tersebut akhirnya berjalan lancar sesuai rencana. ”Yang jelas, dua hari saya
tidak bisa tidur setelah yang laki-laki dinyatakan positif, memikirkan nasib
pengantin,’’ kata Yasin

AF tentu lebih tak bisa tidur lagi. Kini, setelah resmi menjadi suami
MRA, dia berharap sang istri tabah. ”Ini cobaan. Semoga saya bisa segera
berkumpul dengan keluarga lagi,” katanya.

MRA hanya bisa sesenggukan. Campur aduk antara bahagia dan sedih.
Tangisnya terdengar lebih keras lagi saat suami yang baru menikahinya digiring
kembali ke dalam wisma atlet untuk melanjutkan isolasi.

Terpopuler

Artikel Terbaru