33 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Kopaska Lihat Lampu KRI Nanggala Masih Menyala

Kopaska sempat melihat di lampu kapal selam
masih menyala. Hal ini diungkapkan KSAL, Laksamana Yudo Margono. Ia mengatakan
dengan kondisi listrik tidak blackout, ada harapan cadangan oksigen di kapal
selam KRI Nanggala 402 dapat bertahan dalam waktu lima hari.

“Kemarin saya sampaikan 72 jam itu ketika
kapal blackout. Tapi ketika kapal ini tidak blackout atau memiliki kelistrikan,
ini bisa sampai lima hari,” kata KSAL Laksamana Yudo Margono di kutip dari
pojoksatu.id Minggu (25/4)

Menurutnya, tim dari Kopaska menyebut lampu
di kapal selam tersebut masih terlihat menyala saat awal menyelam.

“Saya menduga kapal tidak blackout, tapi
kalau saat menyelam blackout, kemampuannya hanya 72 jam. Tapi kalau ini
kelistrikannya hidup, itu bisa bertahan 5 hari,” ucapnya.

Sebelumnya KRI Nanggala 402 hilang kontak
dalam latihan penembakan torpedo pada Rabu (21/4) dini hari.

TNI melakukan fokus pencarian KRI
Nanggala-402 di laut sebelah utara Bali, sekitar 40 km dari Celukan Bawang,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.

Di lokasi tersebut ditemukan tumpahan minyak
dan daya magnet yang besar yang diduga bersumber dari KRI Nanggala 402. Kapal
selam KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam berdasarkan sejumlah bukti. Lokasi
tenggelamnya KRI Nanggala 402 disebut berada di palung yang berarus kencang.

Baca Juga :  Nasib Eliezer di Polri Ditentukan Regulasi Ini

Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto
menyebut kapal selam yang membawa 53 prajurit TNI AL itu tenggelam. Bukti
autentiknya berdasarkan penemuan tumpahan minyak dan serpihan.

“Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan
minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik menuju fase tenggelamnya KRI
Nanggala,” kata Hadi dalam konferensi pers di Bali

Selama empat hari, TNI dibantu seluruh
instansi terkait dan armada militer negara sahabat mencari KRI Nanggala 402.Sabtu
dini hari kemarin batas akhir dari ketersediaan oksigen di kapal selam itu jika
tidak terjadi blackout atau listrik mati.

“TNI AL bersama Polri, Basarnas, KNKT dan
BPBD, serta aset-aset negara sahabat, seperti Australia, Amerika Serikat,
Singapura, Malaysia, telah berupaya dan semaksimal mungkin untuk mencari
keberadaan KRI Nanggala.

 

“Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir
life support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam,” jelas
Hadi Sabtu.

Menurut penuturan Kelompok Ahli Gubernur Bali
Bidang Kelautan dan Perikanan, I Ketut Sudiarta, lokasi tenggelamnya KRI
Nanggala 402 di laut utara Bali merupakan wilayah transisi.

Baca Juga :  Pesawat Kepresidenan Dicat Ulang, DPR: Lebih Baik untuk Beli Oksigen

Transisi yang dimaksud adalah antara Paparan
Sunda yang dangkal dengan Paparan Sahul yang dalam.

Laut utara Bali itu termasuk kategori palung
laut, yang disebut sebagai palung laut Bali-Flores. Itu kan menyambung sampai
ke laut Flores, merupakan laut yang dalam,” kata I Ketut Sudiarta.Sudiarta
menjelaskan laut dekat Selat Lombok kedalamannya hingga mencapai 1,3 kilometer.

Sementara itu, laut di sekitar Celukan Bawang
kedalamannya sekitar 700 meter. Karena itu, semakin ke timur, laut tersebut
semakin dalam dan masuk kategori palung laut.

Akademisi Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa ini menjelaskan arus di laut utara
Bali memang termasuk yang mendapat arus global, sehingga relatif kuat dan
memutar.Arus kuat itu karena adanya angin global ke Selat Makassar.

“Arus besar dunia ini dari Pasifik masuk ke
Selat Makassar, terus ke selatan ke Selat Lombok. Nanti masuk dia ke Samudra
Hindia.

“Nah, sebagai sekitar
10-20 persen dia bawa ke timur, tapi nanti dia memutar lagi. Tapi masuk lagi
dia ke Selat Lombok,” tuturnya

Kopaska sempat melihat di lampu kapal selam
masih menyala. Hal ini diungkapkan KSAL, Laksamana Yudo Margono. Ia mengatakan
dengan kondisi listrik tidak blackout, ada harapan cadangan oksigen di kapal
selam KRI Nanggala 402 dapat bertahan dalam waktu lima hari.

“Kemarin saya sampaikan 72 jam itu ketika
kapal blackout. Tapi ketika kapal ini tidak blackout atau memiliki kelistrikan,
ini bisa sampai lima hari,” kata KSAL Laksamana Yudo Margono di kutip dari
pojoksatu.id Minggu (25/4)

Menurutnya, tim dari Kopaska menyebut lampu
di kapal selam tersebut masih terlihat menyala saat awal menyelam.

“Saya menduga kapal tidak blackout, tapi
kalau saat menyelam blackout, kemampuannya hanya 72 jam. Tapi kalau ini
kelistrikannya hidup, itu bisa bertahan 5 hari,” ucapnya.

Sebelumnya KRI Nanggala 402 hilang kontak
dalam latihan penembakan torpedo pada Rabu (21/4) dini hari.

TNI melakukan fokus pencarian KRI
Nanggala-402 di laut sebelah utara Bali, sekitar 40 km dari Celukan Bawang,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.

Di lokasi tersebut ditemukan tumpahan minyak
dan daya magnet yang besar yang diduga bersumber dari KRI Nanggala 402. Kapal
selam KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam berdasarkan sejumlah bukti. Lokasi
tenggelamnya KRI Nanggala 402 disebut berada di palung yang berarus kencang.

Baca Juga :  Nasib Eliezer di Polri Ditentukan Regulasi Ini

Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto
menyebut kapal selam yang membawa 53 prajurit TNI AL itu tenggelam. Bukti
autentiknya berdasarkan penemuan tumpahan minyak dan serpihan.

“Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan
minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik menuju fase tenggelamnya KRI
Nanggala,” kata Hadi dalam konferensi pers di Bali

Selama empat hari, TNI dibantu seluruh
instansi terkait dan armada militer negara sahabat mencari KRI Nanggala 402.Sabtu
dini hari kemarin batas akhir dari ketersediaan oksigen di kapal selam itu jika
tidak terjadi blackout atau listrik mati.

“TNI AL bersama Polri, Basarnas, KNKT dan
BPBD, serta aset-aset negara sahabat, seperti Australia, Amerika Serikat,
Singapura, Malaysia, telah berupaya dan semaksimal mungkin untuk mencari
keberadaan KRI Nanggala.

 

“Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir
life support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam,” jelas
Hadi Sabtu.

Menurut penuturan Kelompok Ahli Gubernur Bali
Bidang Kelautan dan Perikanan, I Ketut Sudiarta, lokasi tenggelamnya KRI
Nanggala 402 di laut utara Bali merupakan wilayah transisi.

Baca Juga :  Pesawat Kepresidenan Dicat Ulang, DPR: Lebih Baik untuk Beli Oksigen

Transisi yang dimaksud adalah antara Paparan
Sunda yang dangkal dengan Paparan Sahul yang dalam.

Laut utara Bali itu termasuk kategori palung
laut, yang disebut sebagai palung laut Bali-Flores. Itu kan menyambung sampai
ke laut Flores, merupakan laut yang dalam,” kata I Ketut Sudiarta.Sudiarta
menjelaskan laut dekat Selat Lombok kedalamannya hingga mencapai 1,3 kilometer.

Sementara itu, laut di sekitar Celukan Bawang
kedalamannya sekitar 700 meter. Karena itu, semakin ke timur, laut tersebut
semakin dalam dan masuk kategori palung laut.

Akademisi Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa ini menjelaskan arus di laut utara
Bali memang termasuk yang mendapat arus global, sehingga relatif kuat dan
memutar.Arus kuat itu karena adanya angin global ke Selat Makassar.

“Arus besar dunia ini dari Pasifik masuk ke
Selat Makassar, terus ke selatan ke Selat Lombok. Nanti masuk dia ke Samudra
Hindia.

“Nah, sebagai sekitar
10-20 persen dia bawa ke timur, tapi nanti dia memutar lagi. Tapi masuk lagi
dia ke Selat Lombok,” tuturnya

Terpopuler

Artikel Terbaru