JAKARTA – Anggota DPR RI Mukhtarudin mengatakan bonus demografi menjadi kesempatan strategis bagi Indonesia untuk melakukan berbagai percepatan pembangunan dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) bagi generasi muda yang berusia produktif di tanah air.
Pasalnya, kata Mukhtarudin, Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi tinggal 6 tahun ke depan, tepatnya pada tahun 2030 hingga 2040.
“Jadi, bonus demografi adalah momen penting yang tidak boleh begitu saja kita lewatkan. Artinya, momentum tersebut tentu saja harus dihadapi dengan perencanaan yang matang,” tandas Mukhtarudin, Jumat (15/3).
Bonus demografi adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah mengingatkan beberapa pengalaman berbagai negara yang telah sukses mengoptimalkan periode bonus demografi, seperti Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang.
“Saya kira negara- negara tersebut berhasil memanfaatkan momentum bonus demografi dengan cara masing-masing,” imbuh Mukhtarudin.
Apalagi, Mukhtarudin bilang tahun 2030 mendatang ini terdapat agenda besar pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
Sejalan dengan itu, pencanangan Visi Indonesia Emas tahun 2045 dengan harapan terciptanya generasi produktif yang berkualitas.
Peraih tokoh peduli daerah terbaik Parlemen Award 2023 ini mengatakan dengan melimpahnya SDM tanah air tidak akan bisa produktif apabila tidak ada lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan bidang yang dikuasai.
“Ya, tentu kita berharap berpemerintah harus mempersiapkan berbagai lapangan pekerjaan dan membuka keran investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” imbuh Mukhtarudin.
Selain itu, peraih tokoh pejuang Pancasila versi KNPI 2021 ini tak lupa mengingatkan masih adanya fenomena kekerasan dan vandalisme, paham radikal, sikap intoleran.
“Dan berbagai arus pemikiran yang menegaskan ideologi serta menggerus nilai-nilai kearifan lokal bangsa,” ujarnya.
Mukharudin menilai berbagai virus ideologi tersebut jika tidak ditangkal sejak saat ini, dapat membuat bonus demografi berubah menjadi bencana demografi.
Menurut Mukharudin, hadirnya berbagai virus ideologi yang merongrong kehidupan generasi muda memang tidak mudah untuk diagnosa secara kasat mata.
Namun, lanjut Mukhtarudin, dapat dirasakan dalam kehidupan keseharian. Misalnya, dalam gaya hidup, cara berpakaian, bersikap dan bertingkah laku, di mana kecenderungan menjadikan budaya asing sebagai kiblat dan rujukan.
“Karena itu, membekali generasi muda kita dengan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan, untuk melindungi jatidiri dan identitas kebangsaan kita di masa depan, menjadi sebuah keniscayaan untuk menghadapi era bonus Demografi tahun 2030 mendatang,” pungkas Mukhtarudin. (tim)