26.3 C
Jakarta
Friday, September 20, 2024

Tekan Impor, Komisi VII DPR RI Dukung Pembangunan Industri LPG Dalam Negeri

JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mendukung langkah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang berencana membangun industri Liquefied Petroleum Gas (LPG) di dalam negeri.

Mengingat, politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini bilang ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG dari tahun ke tahun rupanya semakin parah.

Hal tersebut, lanjut Mukhtarudin tentunya membuat beban keuangan negara semakin berat.

“Jadi, saya kira langkah Menteri Bahlil bangun LPG dalam negeri ini guna untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG yang tinggi,” kata Mukhtarudin, Jumat 13 September 2024.

Wakil Ketua Fraksi Golkar DPR RI ini mengatakan perlunya pengembangan industri LPG domestik itu juga untuk menjaga masa depan energi RI, serta menjaga ketahanan demi kedaulatan.

Baca Juga :  Mukhtarudin Ingin Platform Keuangan Digital Diperkuat

Mukhtarudin membeberkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan gas alam yang besar.

“Sehingga sangat rasional jika indonesia memproduksi LPG sendiri,” imbuh Mukhtarudin.

Oleh karena itu, Mukhtarudin mendorong agar ada substitusi ke sumber energi dalam negeri.

“Bila substitusi ini terjadi, maka tidak hanya kemandirian energi yang terdorong, namun juga berdampak pada seimbangnya neraca perdagangan Indonesia,” pungkas Mukhtarudin.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pembangunan LPG dalam negeri penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional.

“Khusus untuk LPG, kita ke depan akan membangun industri LPG di dalam negeri, dengan memanfaatkan potensi C3 (propane) dan C4 (butana). Ini kita harus bangun supaya mengurangi impor kita,” ujar Bahlil.

Baca Juga :  Anggota DPR RI Mukhtarudin Dukung Pemekaran Provinsi Kalteng

Bahlil membeberkan, Indonesia sampai saat ini mengeluarkan devisa yang signifikan untuk impor LPG, sekitar Rp450 triliun keluar setiap tahun untuk membeli minyak dan gas, termasuk LPG.

“Ini kan berdampak langsung pada neraca perdagangan dan pembayaran negara, sehingga pembangunan industri domestik dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengurangi beban tersebut,” pungkas Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (tim)

JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mendukung langkah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang berencana membangun industri Liquefied Petroleum Gas (LPG) di dalam negeri.

Mengingat, politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini bilang ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG dari tahun ke tahun rupanya semakin parah.

Hal tersebut, lanjut Mukhtarudin tentunya membuat beban keuangan negara semakin berat.

“Jadi, saya kira langkah Menteri Bahlil bangun LPG dalam negeri ini guna untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG yang tinggi,” kata Mukhtarudin, Jumat 13 September 2024.

Wakil Ketua Fraksi Golkar DPR RI ini mengatakan perlunya pengembangan industri LPG domestik itu juga untuk menjaga masa depan energi RI, serta menjaga ketahanan demi kedaulatan.

Baca Juga :  Mukhtarudin Ingin Platform Keuangan Digital Diperkuat

Mukhtarudin membeberkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan gas alam yang besar.

“Sehingga sangat rasional jika indonesia memproduksi LPG sendiri,” imbuh Mukhtarudin.

Oleh karena itu, Mukhtarudin mendorong agar ada substitusi ke sumber energi dalam negeri.

“Bila substitusi ini terjadi, maka tidak hanya kemandirian energi yang terdorong, namun juga berdampak pada seimbangnya neraca perdagangan Indonesia,” pungkas Mukhtarudin.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pembangunan LPG dalam negeri penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional.

“Khusus untuk LPG, kita ke depan akan membangun industri LPG di dalam negeri, dengan memanfaatkan potensi C3 (propane) dan C4 (butana). Ini kita harus bangun supaya mengurangi impor kita,” ujar Bahlil.

Baca Juga :  Anggota DPR RI Mukhtarudin Dukung Pemekaran Provinsi Kalteng

Bahlil membeberkan, Indonesia sampai saat ini mengeluarkan devisa yang signifikan untuk impor LPG, sekitar Rp450 triliun keluar setiap tahun untuk membeli minyak dan gas, termasuk LPG.

“Ini kan berdampak langsung pada neraca perdagangan dan pembayaran negara, sehingga pembangunan industri domestik dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengurangi beban tersebut,” pungkas Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (tim)

Terpopuler

Artikel Terbaru