Pertumbuhan anak menjadi salah satu yang diperhatikan orang tuanya serta salah satunya adalah tinggi badan anak. Salah satu faktor pertumbuhan anak serta tinggi badannya naik adalah faktor genetik dari ayah maupun ibunya.
Dokter Asa Ibrahim seorang Spesialis Orthopedi menyebutkan selain faktor genetik, ada beberapa aspek sangat menentukan tinggi badan anak.
Namun ia menjelaskan bukan berati anak tidak dapat tumbuh tinggi, justru anak bisa melampaui tinggi orang tuanya. “Selain faktor genetik, ada faktor lain yang sangat penting penting, yaitu nutrisi,” tulis Asa Ibrahim di media sosial Instagram miliknya yang diakses JawaPos.com pada Sabtu (23/9).
Ia menjelaskan bahwa selama 100 tahun terakhir, rata-rata orang Korea bertambah tinggi 15 hingga 20 cm karena perbedaan nutrisi.
“Bisa dibilang anak-anak di korsel seiring waktu jadi lebih tinggi dibandingkan orang tuanya,” lanjutnya.
Berikut beberapa faktor menurut dokter Asa Ibrahim agar tinggi anak bisa didapatkan secara maksimal.
Pertama adalah maksimalkan Nurtisi
Menurut dokter Asa, dengan memberikan nutrisi yang baik, seseorang bisa mencapai tinggi optimal genetiknya.“Bahkan jauh lebih tinggi dibanding ayah ibunya(yang mungkin saat kecil nutrisinya tidak sebaik anak tersebut),” tulisnya.
Ia menyebutkan nutrisi yang baik meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Kedua adalah cukup Kalsium dan Vitamin D
Asa Ibrahim menilai angka defisiensi vitamin D pada anak mencapai 90 persen, bahkan menurut beberapa penelitian tidak mencapai potensi tinggi badan optimal, selain itu bisa ada masalah tulang lain.
Ia menyarankan agar orang tua mengecek kadar vitamin D, jika nilainya di bawah angka 30, maka harus memaksimalkan suplementasi vitamin D dibantu dengan berjemur.
“Berjemur yang dianjurkan sekitar 15-20 menit pukul 9 siang atau 3 sore, jika ingin di bawah jam 9 pagi atau setelah pukul 3 sore maka paparan cahaya mataharinya harus lebih lama,” jelas dokter Asa Ibrahim.
Ketiga adalah olahraga
Asa mengatakan faktor lainnya adalah aktivitas fisik atau olahraga, karena pembentukan tulang itu responsif dengan beban yang didapatkan tulang. “Kalo sering olahraga, ada stimulasi tulang dan sendi, akan terpacu untuk lebih optimal tingginya,” kata Asa Ibrahim.
“Olahraga yang disebut paling baik adalah pada prosesnya menggerakkan banyak sendi dan bagian tubuh, misal berenang,” lanjutnya.
Keempat adalah optimalkan stimulasi pertumbuhan sejak balita
Ia menjelaskan stimulasi pertumbuhan harus dimaksimalkan semenjak balita, jika dilakukan dimulai remaja menurutnya agak terlambat dan tidak bisa optimal. Asa Ibrahim menuturkan jika dimulai usia 15 tahun maka harus dikejar, karena sebagian besar wanita berhenti pertumbuhan di usia 16, jika laki-laki di usia 18.
“kalo sudah masuk 15 tahun tapi masih terlihat pendek, baiknya segera konsultasi ke dokter orthopedi untuk evaluasi,” tutupnya. (jpc/ind)