29.3 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Israel Batasi Bantuan Kemanusiaan, Warga Gaza Terancam Kelaparan

PROKALTENG.CO-Badan PBB untuk Pengungsi (UNRWA) khawatir Gaza sedang bergulat dengan bencana kelaparan. Sebanyak 40 persen populasinya kini kekurangan pangan. Dibutuhkan lebih banyak bantuan agar situasi di Gaza tidak semakin parah.

’’Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, mencari makanan dan air. Satu-satunya harapan yang tersisa adalah gencatan senjata kemanusiaan,’’ ujar Direktur Urusan UNRWA di Gaza Thomas White, seperti dikutip The Guardian.

Dia menambahkan, jumlah rata-rata orang di tempat penampungan UNRWA lebih dari 12 ribu. Itu empat kali lipat dari kapasitas. ’’Makanannya tidak cukup,’’ tambah White, mengacu bantuan pangan yang mereka salurkan.

Israel berusaha cuci tangan dengan situasi yang terjadi di Gaza. Jubir Pemerintah Israel Eylon Levy menuduh PBB gagal memberikan bantuan kepada warga sipil di Gaza. Dia mengklaim bahwa Hamas membajak bantuan dan UNRWA menutupinya.

Padahal, Israel-lah yang membatasi bantuan yang masuk ke Gaza dan melakukan pemeriksaan superketat sehingga pengiriman terhambat. Israel memblokade Jalur Gaza sepenuhnya dan kerap memutus utilitas serta komunikasi di wilayah tersebut.

Baca Juga :  Israel Hancurkan Kuburan Muslim Dekat Masjid Al Aqsa

Presiden Prancis Emmanuel Macron menghubungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu via telepon. Dia menegaskan perlunya gencatan dalam jangka panjang di Gaza. Dia merasa prihatin dengan tingginya angka kematian warga sipil.

Hingga kemarin, sebanyak 21.320 warga Palestina tewas dan 55.603 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Di sisi lain, Netanyahu masih ingin perang berlangsung. ’’Prancis dalam beberapa hari mendatang akan bekerja sama dengan Jordania untuk operasi kemanusiaan di Gaza,’’ bunyi pernyataan Istana Elysee Prancis, seperti dikutip DW.

Macron juga menekankan pentingnya mengakhiri kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga sipil Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Tapi, permintaan itu tidak mudah. Sebab, militer Israel sendiri juga melakukan kekerasan di Tepi Barat dan intensitasnya meningkat belakangan ini.

Kemarin Israel menyerbu Ramallah, al-Bireh, Hebron, Halhul, Nablus, Jenin, Tulkarem, dan Jericho di Tepi Barat. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dalam laporannya kemarin menyesalkan kemerosotan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Mereka mendesak kekerasan terhadap warga Palestina di sana dihentikan.

Baca Juga :  Hope For Gaza, Karya Seniman Lokal untuk Palestina dari Para Relawan

OHCHR mencatat, sekitar 4.785 warga Palestina di Tepi Barat ditahan sejak 7 Oktober. Mereka juga melihat penahanan sewenang-wenang, penahanan tidak sah, kasus-kasus penyiksaan, dan bentuk perlakuan buruk lainnya terhadap tahanan Palestina.

Sementara itu, Amerika Serikat kembali menggelontorkan bantuan bagi Ukraina. Gedung Putih menyetujui bantuan militer ke Ukraina senilai USD 250 juta (Rp 3,86 triliun). Itu adalah bantuan terakhir di tahun fiskal ini. Bantuan tersebut mencakup komponen sistem pertahanan udara, amunisi untuk HIMARS, peluru artileri 155mm dan 105mm, rudal antipesawat, dan peralatan medis.

Masalah bantuan ke Ukraina saat ini menjadi ganjalan dalam pembahasan anggaran negara untuk tahun fiskal berikutnya. APBN yang seharusnya digedok terpaksa diulur. Sementara itu, Ukraina telah memperingatkan bahwa kemampuan perang dan keuangan publiknya terancam jika bantuan Barat tidak diberikan. (sha/c18/bay/jpg/hnd)

PROKALTENG.CO-Badan PBB untuk Pengungsi (UNRWA) khawatir Gaza sedang bergulat dengan bencana kelaparan. Sebanyak 40 persen populasinya kini kekurangan pangan. Dibutuhkan lebih banyak bantuan agar situasi di Gaza tidak semakin parah.

’’Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, mencari makanan dan air. Satu-satunya harapan yang tersisa adalah gencatan senjata kemanusiaan,’’ ujar Direktur Urusan UNRWA di Gaza Thomas White, seperti dikutip The Guardian.

Dia menambahkan, jumlah rata-rata orang di tempat penampungan UNRWA lebih dari 12 ribu. Itu empat kali lipat dari kapasitas. ’’Makanannya tidak cukup,’’ tambah White, mengacu bantuan pangan yang mereka salurkan.

Israel berusaha cuci tangan dengan situasi yang terjadi di Gaza. Jubir Pemerintah Israel Eylon Levy menuduh PBB gagal memberikan bantuan kepada warga sipil di Gaza. Dia mengklaim bahwa Hamas membajak bantuan dan UNRWA menutupinya.

Padahal, Israel-lah yang membatasi bantuan yang masuk ke Gaza dan melakukan pemeriksaan superketat sehingga pengiriman terhambat. Israel memblokade Jalur Gaza sepenuhnya dan kerap memutus utilitas serta komunikasi di wilayah tersebut.

Baca Juga :  Israel Hancurkan Kuburan Muslim Dekat Masjid Al Aqsa

Presiden Prancis Emmanuel Macron menghubungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu via telepon. Dia menegaskan perlunya gencatan dalam jangka panjang di Gaza. Dia merasa prihatin dengan tingginya angka kematian warga sipil.

Hingga kemarin, sebanyak 21.320 warga Palestina tewas dan 55.603 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Di sisi lain, Netanyahu masih ingin perang berlangsung. ’’Prancis dalam beberapa hari mendatang akan bekerja sama dengan Jordania untuk operasi kemanusiaan di Gaza,’’ bunyi pernyataan Istana Elysee Prancis, seperti dikutip DW.

Macron juga menekankan pentingnya mengakhiri kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga sipil Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Tapi, permintaan itu tidak mudah. Sebab, militer Israel sendiri juga melakukan kekerasan di Tepi Barat dan intensitasnya meningkat belakangan ini.

Kemarin Israel menyerbu Ramallah, al-Bireh, Hebron, Halhul, Nablus, Jenin, Tulkarem, dan Jericho di Tepi Barat. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dalam laporannya kemarin menyesalkan kemerosotan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Mereka mendesak kekerasan terhadap warga Palestina di sana dihentikan.

Baca Juga :  Hope For Gaza, Karya Seniman Lokal untuk Palestina dari Para Relawan

OHCHR mencatat, sekitar 4.785 warga Palestina di Tepi Barat ditahan sejak 7 Oktober. Mereka juga melihat penahanan sewenang-wenang, penahanan tidak sah, kasus-kasus penyiksaan, dan bentuk perlakuan buruk lainnya terhadap tahanan Palestina.

Sementara itu, Amerika Serikat kembali menggelontorkan bantuan bagi Ukraina. Gedung Putih menyetujui bantuan militer ke Ukraina senilai USD 250 juta (Rp 3,86 triliun). Itu adalah bantuan terakhir di tahun fiskal ini. Bantuan tersebut mencakup komponen sistem pertahanan udara, amunisi untuk HIMARS, peluru artileri 155mm dan 105mm, rudal antipesawat, dan peralatan medis.

Masalah bantuan ke Ukraina saat ini menjadi ganjalan dalam pembahasan anggaran negara untuk tahun fiskal berikutnya. APBN yang seharusnya digedok terpaksa diulur. Sementara itu, Ukraina telah memperingatkan bahwa kemampuan perang dan keuangan publiknya terancam jika bantuan Barat tidak diberikan. (sha/c18/bay/jpg/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru