PROKALTENG.CO-Puluhan jenazah korban tewas serangan brutal Israel, yang identitasnya tak diketahui dimakamkan secara massal pada hari Rabu (22/11) di tempat pemakaman, Khan Yunis, Jalur Gaza selatan.
Dilansir dari Arab News pada Kamis (23/11), berbalut terpal biru puluhan jenazah diturunkan dengan tandu, dimana sebagian berlumuran darah, ke dalam lubang berpasir yang diperbesar dengan alat penggali.
“Karena para syahid ini tidak punya siapa pun untuk mengucapkan selamat tinggal, kami menggali kuburan massal untuk menguburkan mereka. Mereka adalah syahid yang tidak diketahui identitasnya,” ujar Bassem Dababesh dari komite darurat di Kementerian Agama.
Jenazah yang dimakamkan secara massal tersebut berasal dari rumah sakit Indonesia dan Al-Shifa di Jalur Gaza utara, menurut anggota komite di lokasi pemakaman.
Ashraf Al-Qudra, juru bicara kementerian kesehatan yang dikendalikan Hamas menyebutkan bahwa korban yang terkena serangan udara Israel, sebagian dievakuasi dari Rumah sakit Indonesia pada hari Senin (20/11).
“Ada mayat di mana-mana. Jika saya tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, saya tidak akan percaya,” ujar Umm Mohammed Al-Ran, seorang wanita yang dievakuasi dari rumah sakit Indonesia menuju Rafah di selatan.
“Orang-orang yang terluka meninggal di depan kami karena kehabisan darah,” papar Umm kepada AFP.
“Bau kematian ada di setiap sudut rumah sakit. Korban luka meminta obat pereda nyeri, namun dokter tidak punya obat apa pun untuk diberikan,” tambah Umm menjelaskan kesaksiannya.
Situasi yang sama terjadi di rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah tersebut. Pada tanggal (14/11), direktur rumah sakit Mohammad Abu Salmiya mengatakan 179 jenazah telah dikuburkan secara massal di dalam kompleks tersebut.
Di antara korban yang kehilangan nyawa, ada tujuh bayi prematur yang meninggal karena tidak ada listrik untuk menyalakan inkubatornya.
Jenazah yang tiba di Khan Yunis pada hari Rabu (22/11), sempat ditahan oleh Israel sebelum dibebaskan setelah ada perwakilan dari ‘negara ketiga dan PBB,’ menurut komite darurat di kementerian agama.
Sejak konflik pecah, korban yang meninggal dikuburkan dengan tergesa-gesa di lahan pribadi dan bahkan lapangan sepak bola, ketika kuburan penuh atau tidak dapat diakses karena pertempuran.
Seminggu setelah perang dimulai, Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan ada kekurangan kantong jenazah.
“Setiap cerita yang keluar dari Gaza adalah tentang kelangsungan hidup, keputusasaan, dan kehilangan,” kata Philippe.
Perang dimulai pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan serangan terhadap Israel yang menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut pemerintah Israel.
Israel melancarkan serangan pengeboman besar-besaran dan kemudian serangan darat di Gaza yang menurut pemerintah Hamas, telah menewaskan 14.100 orang, ribuan di antaranya adalah anak-anak. (nov/Arab News/jpc/hnd)