HANAU – Kota Hanau mendadak lengang. Wilayah yang terletak 20
kilometer dari Frankfurt, Jerman itu masih juga mencekam. Rasa cemas melanda
warga setempat, setelah peristiwa penembakan terjadi di dua cafe terpisah
hingga menewaskan 10 orang korban, Kamis (20/2) dini hari waktu setempat.
Tak lama berselang, polisi pun
menyebar. Dan berhasil menemukan tersangka. Dari identitas yanga ada pelaku
tersebut bernama Tobias R (43). Sayang, kondisi pelaku terbujur di ruang tengah
degan tubuh sudah tak bernyawa lagi. Polisi pun menemukan senjata yang
digunakan untuk melakukan aksi kejinya itu.
Penyelidik Jerman mengatakan pada
hari Kamis bahwa mereka mencurigai motif xenophobia di balik penembakan di bar
shisha dan sebuah kafe yang menyebabkan 10 orang tewas semalam di kota Hanau.
â€Penyelidikan itu sangat penting dan ada tanda-tanda motif xenophobia,†terang
juru bicara jaksa kepada AFP.
Sumber lain menyebut, dari
penggeledahan yang dilakukan aparat kepolisian setempat ditemukan sejumlah
dokumen dan video yang berisi skenario penyerangan. Ahli anti-terorisme King’s
College London Peter Neumann dalam komentarnya menyebut, pelaku terpapar
ideologi do-it-yourself yang didapatnya dari yotube maupun penggalan-penggalan
cerita di media sosial. â€Polanya jelas, dan sama sekali tidak baru,†tambahnya.
Untuk diketahui, serangan pertama
terjadi di sebuah bar di distrik Heumarkt di pusat Hanau sekitar pukul 10 malam
(2100 GMT). Pelaku bersembunyi lalu membunyikan bel pintu dan menembaki
orang-orang di bar yang tengah merokok. Setelah peristiwa, penyerang melarikan
diri dari tempat kejadian dengan menggunakan kendaraan mobil. â€Malam yang
mengerikan,†ujar Walikota Hanau, Claus Kaminsky, kepada Bild koran harian di
wilayah tersebut.
“Kamu tidak bisa membayangkan
malam yang lebih buruk. Tentu saja akan membuat kita sibuk untuk waktu yang
sangat lama dan tetap menjadi kenangan yang menyedihkan. Saya sangat tersentuh.
Pihak kejaksaan sudah menangangi perkara ini,†imbuhnya.
Fakta tewasnya 10 orang tersebut
mengguncang dirinya. â€Tapi saya meminta semua warga negara untuk tidak
berspekulasi. Polisi harus memiliki kesempatan untuk menjernihkan situasi dan
menyelidiki – sampai saat itu, kita harus menunggu dengan hati-hati, betapapun
sulitnya hal ini,†imbuh Claus Kaminsky.
Sementara Anggota parlemen
setempat Katja Leikert, mengatakan pembantaian ini merupakan skenario horor
yang paling nyata. â€Pada malam yang mengerikan ini untuk Hanau yang paling
mencekam. Saya ingin menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada kerabat
mereka yang terbunuh. Saya berharap yang terluka akan pulih dengan cepat,â€
tuturnya.
Menilik dari peristiwa yang
terjadi, Jerman memang menjadi sasaran ekstremis beberapa bulan terakhir. Salah
satunya peristiwa yang masih diingat adalah tewasnya 12 orang di Berlin pada Desember
2016. Banyak pihak yang menuding, ini merupakan serangan sayap kanan telah
menjadi perhatian khusus bagi otoritas Jerman.
Pada Oktober 2019, terjadi pula
serangan senjata yang mematikan di kota Halle di timur pada hari suci Yom
Kippur. Peristiwa itu merupakan ancaman kekerasan neo-Nazi di mana dua orang
tertembak matu.
Lalu Juni 2019, politisi
konservatif Walter Luebcke, ditembak di rumahnya. Diduga pelakukan seorang
pengungsi liberal, Dan terakhir pekan lalu polisi menangkap 12 anggota kelompok
ekstrim kanan Jerman yang diyakini merencanakan serangan besar-besaran terhadap
masjid-masjid yang serupa dengan yang dilakukan di Selandia Baru tahun lalu.
Organisasi Islam Jerman-Turki
Ditib, yang mendanai sekitar 900 masjid di Jerman, menyerukan perlindungan yang
lebih besar bagi umat Islam di negara itu. Mereka merasa tidak lagi merasa aman
di Jerman. (fin/ful/kpc)